"Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas."
-Fiersa Besari♡
***
Bel masuk sudah berbunyi 15 menit yang lalu, para murid sedang fokus mengerjakan soal ujian nasional dengan tenang. Ini adalah hari keempat mereka sudah melaksanakan ujian. IPA adalah pelajaran terakhir yang ujiankan.
Sistem UN kali ini adalah berbasis komputer, biasa disebut UNBK. Adara menatap soal dengan serius, ia paling lemah pada pelajaran yang menghitung. Kebetulan sekali, di pelajaran IPA ada fisika. Ah ... Adara merasa pusing sekali kali ini.
Berkali-kali ia menghembuskan napasnya secara kasar, menggaruk bahkan mengacak rambutnya secara kasar. Ia tidak bisa mengerjakan soal nomor terakhir. Akhirnya ... ia menjawab dengan asal.
Adara berdecak. "Ck! Susah amat sih, kaya naklukin hati Leon." Ia menggerutu dengan kesal.
Adara merenggangkan tangannya, ia menghembuskan napasnya dengan panjang. Lelahnya terbayar dengan lilah, akhirnya ujian telah berakhir. Adara menompang dagunya, ia menatap ke sekeliling ruangan, teman kelasnya sedang berpikir dengan keras. Terlihat sekali dari raut wajahnya.
"Kalo pusing kaya gini, liat wajah teman menderita, asik juga," gumam Adara.
Ia terkekeh kecil melihat Dion yang menjedotkan kepalanya ke meja, Airin yang sedang mengigit kuku jarinya, Karissa yang sedang meggelengkan kepalanya, dan Liza yang sedang menghitung sesuatu dengan tangannya.
Adara terlalu asik menertawakan temanya itu, ia bahkan tidak sadar Leon memperhatikannya sedari tadi. Sudut bibir Leon terangkat melihat Adara yang sedang tertawa kecil. Leon tidak mengerti, mengapa pandangannya tidak bisa lepas dari Adara.
"Mukanya pada konyol banget, gila ...."
Adara kembali menyapu pandangannya ke arah yang lain, pandangannya terhenti saat melihat Leon yang sedang menatapnya. Adara melengos, ia lalu mengepalkan tangannya. Adara meremas kertas yang digunakan dirinya pada waktu menghitung fisika tadi, ia meremasnya dengan membayangkan wajah Leon yang sedang ia rusak.
Segitu marahnya lo sama gue, Ra? batin Leon.
Leon menghembuskan napasnya kasar, ia lalu kembali mengerjakan soal. Tapi ... bayangan Adara selalu menghantui pikiranya membuat ia tidak bisa menjadi fokus mengerjakan.
Mood Adara menjadi buruk saat ini, ia memanyunkan bibirnya. Karena bingung harus melakukan apa, Adara akhirnya memutuskan tidur. Ia menelungkupkan wajahnya, dan memejamkan matanya.
Jarum jam terus berdenting, menandakan waktu terus berjalan. Sudah 13 menit Adara tertidur, akhirnya ia terbangun karena suara bising yang menyapa telinganya. Suara bising tersebut terjadi karena bel susah berbunyi, dan para murid harus segera keluar ruangan.
Adara masih mengantuk, ia ingin melanjutkan tidurnya. Tapi denting waktu tak bermain kompromi, ia harus keluar dari kelas secepatnya.
"AKHIRNYA BEBAS!" Dion berteriak sambil melompat-lompat di udara.
Airin menatap geli Dion, ia lalu memukul Dion dengan buku. "Enggak usah alay, bisa?"
"Lo enggak tahu? Akhirnya gue bebas dari tanggung jawab sebagai ketua. Dan juga, bebas dari lo! Gue bakal pilih sekolah yang berbeda dari you!" Dion menunjuk Airin.
"Gii bikil bibis diri li." Airin menirukan ucapan Dion dengan mengganti huruf fokal menjadi huruf I.
Dion memelototkan matanya, Airin membalas dengan menjulurkan lidahnya ke depan. Adara hanya memutar bola matanya malas melihat kelakuan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Teen FictionBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...