65. ʙᴇʀᴜʙᴀʜ

4.3K 397 6
                                    

"Tidak ada cara yang lebih mudah untuk berbohong dari pada tersenyum ketika tidak bahagia."

-JohnMaurer

***

"Ibu yang masak?" Adara menatap satu-persatu makanan yang tersaji di atas meja. Matanya berbinar ketika melihat salah satu makanan kesukaannya. Yaitu, pepes ikan gurame.

Faya hanya mengangguk. Ia sedang menata makanan di atas meja dan juga minuman. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi, mulutnya pun dari tadi hanya membisu tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Adara menatap satu-persatu anggota keluarganya. Ia melihat Rama yang hanya diam sambil memainkan ponselnya dan meminum segelas kopi hitam. Asapnya mengepul menguarkan aroma kopi yang pekat.

Adiknya-Adelio, sedari tadi hanya diam sambil memakan makananya. Ia sudah mengenakan seragam dan memakai sepatu sekolah. Adelio mengunyah makananya dengan lahap.

Adara menekuk bibirnya, ia merasa suasana pagi ini sungguh asing. Seperti ... bukan keluarganya saja. Pagi yang biasanya diiringi oleh bentakan dan cacian, kini malah di awali dengan keterdiaman. Dan itu ... membuatnya kaget sekaligus senang.

Namun, perlahan kesenangan yang ia rasakan memudar. Ia melihat ibunya mengajak Adelio berangkat sekolah tanpa berpamitan pada siapapun. Ketika Adelio selesai makan, Faya mengisyaratkan Adelio untuk memakai tas dan mendekat padanya. Ia menggandeng Adelio lalu keluar dari rumah.

Aneh sekali, pikirnya.

Terdengar suara seseorang yang sedang menyeruput. Adara menoleh ke arah papanya. Ia menghela napas pelan ketika melihat papanya yang hanya bermain ponsel dan terkesan tidak perduli. "Pa?"

Rama mengangkat kedua alisnya. "Apa?"

"Ibu kenapa?"

Adara memilin jarinya di bawah meja. Ia mengulum bibirnya, menahan gugup yang seketika melandanya. Setelah kejadian beberapa hari kemarin, ia memberanikan diri bertanya kepada papanya.

"Mana Papa tau." Rama mengangkat bahunya. Ia terkesan tidak perduli apa yang terjadi pada istrinya.

Bibir Adara menukik ke bawah, ia kecewa pada jawaban papanya yang terkesan tak acuh. Adara memandang makanan kesukaannya di meja dengan tatapan sendu. Ia sudah tidak berselera makan, nafsu makannya sungguh hilang.

"Ara berangkat dulu, Pa," ucap Adara seraya menjulurkan tangan kanannya, menanti tangan kanan papanya untuk ia jabat dan cium.

"Heem," gumam Rama seraya mengulurkan tangan kanannya.

Bahu Adara meluruh, mood paginya seketika memburuk. Semuanya berubah, dan terkesan berbeda. Setelah kejadian 3 hari yang lalu, saat Adara menumpahkan semua emosinya, semuanya menjadi berbeda.

****

Menopang dagunya, Adara menatap kosong ke depan. Diliriknya es teh yang isinya tinggal setengah. Ia mengaduk-aduk minuman tersebut tanpa selera.

Menempelkan pipinya pada meja kantin, Adara menghela napasnya panjang. Berdecak untuk kesekian kalinya, Adara mencebikan bibirnya lalu mendengkus pelan. Otaknya sangat lelah untuk berpikir.

"Lo kenapa sih, Ra?" Aileen bertanya sambil mencomot cilok Lyly yang tinggal dua biji. Lyly melotot ke arah Aileen. Ia sungguh menyukai cilok Mang Ade. Ia tidak rela ciloknya dimakan oleh Aileen.

Saat ini adalah jam istirahat. Adara dan kedua sahabatnya memutuskan untuk ke kantin. Sedangkan Geovano dan yang lainnya sedang di dalam kelas. Kelas mereka sedang mengadakan turnamen mobile Legend. Mau itu laki-laki atau perempuan semuanya bisa ikut serta.

𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang