19. ʜᴀᴛɪ ʏᴀɴɢ ᴛᴇʀʟᴜᴋᴀ

6.2K 662 61
                                    

"Jika seorang perempuan menangis karena disakiti laki-laki, maka setiap langkah laki-laki tersebut dikutuk oleh para malaikat."

-(Ali bin Abi Thalib)

***

Kalo bisa bacanya sambil dengerin musik, biar feelnya lebih kerasa.
Happy reading♡

❤❤❤


"Ra? Kamu kenapa?"

"Aku ... aku ...."

Adara merasa resah dan takut, napasnya pun menjadi terengah-engah. Seketika ia merasakan nyeri di bagian kepalanya, Adara memijat pelan pelipisnya.

"Cha? Are you okay?" Geovano memegang pundak Adara.

Adara menggelengkan kepalanya, perasaanya menjadi tidak enak. Ia memandang Geovano dengan raut wajah ingin menangis. "Ayo kita ke rumah nenek, Geo."

Leon tidak mengerti situasi apa yang terjadi, ia hendak bertanya lebih lanjut, tapi ia terlalu takut memperkeruh suasana. Leon memandang Adara dengar raut wajah cemas. "Emm ... kalian pergi aja, takutnya penting. Biar aku yang bayar."

Adara hanya mengangguk, ia lalu berjalan dengan cepat menjauhi warung bubur ayam tersebut. Geovano yang melihat Adara berlalu pergi langsung mengikutinya. Geovano hanya mengikuti Adara dari belakang, sengaja ia tidak bertanya agar Adara tidak bertambah sedih.

Mereka berhenti tepat di sebuah rumah yang di dominasi warna gold. Adara berjalan masuk ke dalam gerbang, Geovano pun mengikutinya.

PRANGG!

Tubuh Adara menegang kala melihat pamannya melempar piring ke arah papanya melalui celah pintu yang sedikit terbuka, beruntung piring tersebut tidak mengenai papanya.

"Kamu mikir, dong, Ka! Bapak sama ibu udah tua, jangan dimintain uang lagi!"

"Kamu ngapain ikut campur urusan aku, ha?!" teriak Rama sambil mengepalkan kedua tangan.

"Ya ikut campur, lah! Bapak sama ibu itu orang tuaku juga! Harusnya sebagai anak kamu sekarang yang ngasih mereka uang! Bukan minta!"

"Sudah kalian jangan bertengkar, malu kalo di denger tetangga," ucap Nenek.

"Bu, Ka Rama nggak bisa di biarin gini terus!"

Rama yang benar-benar merasa marah menatap tajam adiknya. "Kamu ngga usah bicara sembarangan, ayo sini maju kamu!"

"Jangan pikir karena aku adik, aku takut sama Ka Rama!"

"Ya udah, ayo sini!" teriak Rama sambil menggulung lengan bajunya.

Adelio dan Dika menangis melihat masing-masing papanya hendak berkelahi. Para perempuan pun berusaha menenangkan mereka sedangkan kakek hanya diam melihatnya. Di umurnya yang sudah tua, ia sudah lelah melihat anak-anaknya bertengkar.

Napas Adara memburu melihatnya, penglihatannya pun tiba-tiba memburam akibat air mata. Adara mencari sosok ibu dan adiknya, terlihat Adelio menangis sambil memeluk Faya. Adara yang melihat adik kecilnya menangis ikut merasakan sakit di bagian dadanya.

Adara melangkah masuk ke dalam rumah dengan membanting keras pintu. Geovano tidak berani terlalu mencampuri urusan keluarga sahabatnya itu, maka ia hanya bisa berdiam diri di luar.

"Ibu ...."

Faya menyeka air matanya dengan kasar melihat Adara menghampirinya. Semua orang di dalam ruangan terdiam ketika melihat Adara masuk dengan membanting pintu rumah.

Adara menggelengkan kepalanya. "Kalian kalo mau berantem jangan di depan anak kecil."

Adara berucap lirih melihat Adelio dan adik sepupunya yaitu Dika menangis, ia tidak tega melihat anak kecil seperti mereka melihat pertengkaran orang dewasa, cukup ia saja yang mengalaminya saat kecil.

𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang