"Kapan aku berbohong? Aku hanya beralasan agar semuanya baik-baik saja."
***
Adara berjalan di sepanjang koridor dengan sesekali membalas sapaan dan senyum para murid yang berpapasan dengannya. Di sampingnya ada Geovano, yang hanya berjalan tanpa memperdulikan beberapa siswi yang menatapnya secara terang-terangan.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Adara dan Geovano memutuskan untuk ke lapangan basket. Ekstrakulikuler basket selalu berlatih setiap hari sepulang sekolah. Dan kali ini, Adara memutuskan untuk melihat sahabatnya berlatih.
Terhitung selama beberapa jam Geovano hanya menemani Adara di UKS. Saat Adara dibawa ke UKS, Adara tidak kembali lagi ke dalam kelas. Kondisinya saat ini pun masih belum stabil.
"Yakin mau tunggu aku aja? Aku latihan basketnya lama, loh. Sampe sore."
Adara duduk di kursi sebelah lapangan. "Heem. Aku juga males pulang cepat."
"Ya udah, aku mau latihan dulu." Geovano menaruh tasnya di sebelah kiri Adara.
Adara mengangguk sambil tersenyum lemah, wajahnya masih terlihat pucat. Geovano mengacak rambut Adara sebentar lalu berlari kecil menuju lapangan untuk bergabung bersama yang lain.
Sudut bibir Adara terangkat ketika melihat Geovano melakukan lay up shoot. Geovano terlihat sangat keren. Tak sadar sedari tadi melihat Geovano, ia bahkan tidak mengetahui bahwa Aileen dan Lyly sedang berdiri di sampingnya.
"Hm!" Aileen berdeham mencoba mengalihkan perhatian gadis tersebut.
"EKHEM!" ulangnya. Adara masih tidak merespon membuat Aileen berdecak kasar.
Adara tersentak kaget saat Lyly menyentil keningnya. "Eh?" Adara melihat ke samping.
"Kau fokus sekali, Nona," cibir Lyly melihat Adara yang hanya cengegesan.
"Haha ... maafkan aku." Adara tertawa kecil.
Aileen dan Lyly lalu duduk di sebelah Adara. Aileen menyingkirkan tas Geovano, lalu ia taruh di bawah. Saat ini posisi Adara berada di tengah-tengah mereka berdua.
"Sorry," ujar Lyly kepada Adara.
Adara mengangkat salah satu alisnya ke atas. "Untuk apa?"
Helaan napas terdengar di sebelah kanan dan kiri Adara. Adara menatap kedua sahabatnya bergantian. "Kalian kenapa?"
"Sebenarnya, Ra. Kita minta maaf karena istirahat kedua nggak jenguk lo di UKS. Soalnya, Bu guru ngasih tugas nggak tanggung-tanggung."
"Ouh ... jadi gitu, Leen. Santai aih, nggak papa, kok!"
Lyly menyandarkan punggungnya pada kursi. "Cape banget asli. Tangan gue pegel nulis mulu," keluh Lyly.
Hening. Mereka bertiga tenggelam dalam pikiran masing-masing. Selama satu menit mereka hanya terdiam menatap permainan basket dengan seksama.
Aileen menyandarkan bahunya pada Adara. "Lo sakit? Tumben."
"Gue jarang makan," jawab Adara dengan pandangan yang fokus ke depan.
Jawaban Adara membuat kedua sahabatnya menoleh. Mereka menatap Adara dengan lekat. Menunggu Adara mengatakan sesuatu.
"Huft ...." Adara menghela napasnya pelan. "Males banget pulang. Di rumah hawanya kaya neraka, panas mulu."
"Di sini aja. Biar kita temenin." Lyly mengelus pundak Adara dengan pelan.
"Makasih. Kalian udah mau ngertiin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Novela JuvenilBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...