52. ʟᴏɢɪᴋᴀ ᴅᴀɴ ᴘᴇʀᴀꜱᴀᴀɴ

3.7K 408 18
                                    

"Sederhananya bahagia, meskipun tak bisa memiliki, tapi aku tak bisa membencimu."

***

Saat waktu berlalu begitu cepat, akan ada banyak hal yang mungkin terlewat. Bumi terus berputar pada porosnya, roda zaman sudah menggilas, terhempas, atau mungkin terkubur. Semua berpacu dengan waktu.

Sudah tiga bulan ini Adara bersekolah di SMA Bunga Bangsa. Ia juga semakin dekat dengan Naufal, bahkan sudah satu minggu ini mereka selalu bertemu pada istirahat kedua. Mengobrol, makan bersama, tertawa, dan juga saling bercanda.

Pertandingan basket yang diadakan antar sekolah juga semakin mendekati waktu pelaksanaanya. Yang sudah dinanti-nanti akhirnya sudah mendekati waktunya. Besok, perlombaan itu akan dilaksanakan di sekolah tetangga. Tentu untuk penonton bebas, bisa dari sekolah maupun luar sekolah. Dikarenakan ini adalah perlombaan persaudaraan antar sekolah, untuk hadiah tentu saja selalu disediakan.

Geovano selama satu minggu ini selalu berlatih keras untuk pertandingan tersebut. Pertandingan ini adalah pertandingan pertama ia semenjak masuk SMA. Tentu pertandingan ini akan menjadi pertandingan yang sangat berkesan baginya.

Geovano berjalan dengan santai, sesekali dirinya bersiul ringan. Salah satu tangannya ia masukan ke dalam saku, dan tangan yang lain ia biarkan menggantung di udara. Ia berniat menuju ke perpustakaan, dimana Adara berada. Tadi, saat bel istirahat kedua baru saja dibunyikan, Adara buru-buru sekali berpamitan untuk menuju perpustakaan.

"Chaca ...," gumamnya saat melihat Adara sedang bersama seorang laki-laki.

Geovano berjalan pelan menuju rak yang berada di belakang tempat duduk Adara, ia berniat menguping pembicaraan Adara dengan lelaki tersebut. Dirinya mengitip lewat celah buku, walau tidak terlalu terlihat, tapi ia bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka berdua.

"Gimana? Bisa, kan?" tanya Naufal sekali lagi.

"Emm ... besok, ya? Oke, deh."

Naufal tersenyum hangat. "Besok, ya, kita ketemuan di taman."

"Siap, Ka."

Geovano menatap Adara dengan pandangan terluka. Ia dengan mudah membuat janji tanpa memikirkan Geovano. Padahal, pertandingan pertama sahabatnya akan dilaksanakan besok, tapi ia menjawab janji tersebut tanpa berpikir panjang.

Tubuhnya melemas, Geovano menyenderkan badannya pada rak buku. Ia menghirup napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berdecih pelan, ia lalu melangkah keluar meninggalkan Adara dengan kekecewaan.

"Bentar lagi bel bunyi, Kaka ke kelas dulu, ya."

"Bye," ucap Adara sambil melambaikan tangannya.

Adara membereskan buku yang sudah ia baca, ia mengembalikan buku tersebut ke tempat semula. Setelah rapih, ia lalu berjalan meninggalkan perpustakaan dan menuju kelasnya.

Saat sudah sampai di pintu kelas, ia melihat Geovano yang sedang termenung sambil menatap ke luar jendela. Adara mengerutkan dahinya, ia heran, tidak biasanya Geovano melamun seperti ini. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya.

Setelah duduk, Adara menompang dagunya sambil menatap Geovano dari samping. Ia menaikkan salah satu alisnya, Geovano bahkan tidak menyadari keberadaanya.

"Geo ...."

Geovano melirik Adara sekilas, ia lalu kembali menatap ke luar jendela. Ia berdecak pelan, moodnya menurun drastis saat ini. Geovano sangat ingin Adara datang ke pertandingan pertamanya, tapi sepertinya harapannya harus pupus.

"Hey ... kamu kenapa?"

"Engga," jawabnya pelan, lebih terdengar seperti bisikan.

"Kalau ada masalah cerita sama aku, jangan di pendam sendiri."

𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang