"Mendapatkan uang seperti menggali dengan jarum, menghabiskan uang seperti air meresap ke pasir."
***
"Kamu ... anaknya Rama?"
Adara terpaku mendengar pertanyaan tersebut, ia takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi sebisa mungkin ia berusaha tenang. Diam-diam Adara meneliti lelaki yang mendatanginya, jika Adara ingat kembali lelaki tersebut adalah orang yang datang ke rumahnya semalam.
"Kenapa diam?"
"Boss Ujang, biar saya aja yang tanya!" seru salah satu anak buah Ujang, yang botak.
Anak buah tersebut maju dengan sombongnya ke arah Adara, Adara hanya diam melihatnya. Sebenarnya ia sedikit takut karena Ujang membawa empat anak buah, sedangkan dirinya hanya berdua bersama Adelio yang kecil.
"Kamu anaknya Rama?"
"Rama? Rama dan Sinta?" jawab Adara dengan lugunya.
Matanya anak buah tersebut melotot senang. "Wahh ... kamu tau cerita Ramayana?!" tanyanya dengan antusias.
"Tau, lah, Om."
"Bagaimana dengan Mahabharata?"
"OMG! Jelas saya tau, dong, Om Botak!"
Lelaki tersebut mengernyitkan dahi mendengar jawaban Adara. "Botak? Kamu bilang saya botak?!" tanyanya sambil menyipitkan mata.
Adara berusaha tenang dan tidak takut, untung saja dirinya anak yang pintar mengekspresikan wajahnya. "Haha ... gapapa botak, asal ganteng. Iya, kan, Om?"
Anak buah tersebut mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum bangga karena Adara puji. Ia lalu kembali bertanya, "Kamu suka Kurawa atau Pandawa?"
"Pandawa, dong! Apalagi Arjuna, keren bisa manah!" jawab Adara dengan menggebu-gebu.
Ujang bingung melihat interaksi keduanya. Bukannya bertanya, mengapa anak buahnya justru membahas cerita wayang? Karena sudah terlampau geram, Ujang mengepalkan kedua tangan sambil menunjuk Adara dan anak buahnya.
"Heh! Sudah-sudah, kamu ini! Saya nyuruh kamu buat tanya, bukan buat bahas wayang!" seru Ujang marah.
"DIAM!" teriak Adara berbarengan dengan anak buah botak tersebut. Seketika mereka terdiam, mencoba mencerna kembali situasi yang terjadi.
"Kamu berani sama saya?" tanya Ujang seraya menjewer telinga anak buahnya.
"Ampun Boss, ampunn!" jawab anak buah tersebut.
Ujang melepas jeweran anak buahnya dan beralih menatap Adara yang sedang tertawa melihat interaksi mereka berdua. Adara terus tertawa lalu dirinya terdiam ketika pandangannya dan Ujang bertemu, Ujang melotot dengan mukanya yang sudah merah padam. Dia mulai marah.
"Kamu ...!" seru Ujang seraya menunjuk Adara.
"Kalo ngga bisa pakai cara baik, pake cara kasar aja Bos tanyanya!" seru salah satu anak buah Ujang yang perutnya buncit.
Adara gelagapan, dirinya takut bila dipukul apalagi ia sedang bersama Adelio yang sedari tadi diam menyaksikan kejadian tersebut sambil memakan es krim. Adelio tampak santai memakan es krimnya dengan tenang tanpa takut pada kedatangan Ujang dan anak buahnya.
"Kok berhenti, sih? Padahal tadi seru! Lio kaya liat film!" ucap Adelio sambil berteriak.
Mendengar ucapan Adelio membuat Ujang dan anak buahnya semakin marah, Adara dibuat meringis melihat muka mereka. Adara ingin segera kabur, tapi tentu tidak bisa melarikan diri sambil membawa adik kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Ficção AdolescenteBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...