"Bagi dunia, kamu mungkin memang satu orang. Tapi bagi satu orang, kamu adalah dunianya."
***
Adara yang sedang fokus pada kertas ujian tersentak kaget saat ada kertas kecil yang mendarat di mejanya. Dengan cekatan tangan mungilnya membuka kertas tersebut. Detik selanjutnya, bibirnya tak henti-henti melengkung membentuk senyuman manis.
"Semangat ulangan terakhirnya, Sayang," gumam Adara. Ia merapihkan anak rambutnya ke belakang dan menoleh ke arah Geovano yang berjarak beberapa meter di dekatnya.
Adara melihat Geovano yang sedang menopang dagu sambil menatapnya. Geovano mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum saat Adara menoleh kepadanya, dibalas dengan Adara yang mengedipkan satu matanya kepada Geovano. Mereka lalu tertawa setelahnya.
Menggeleng kepalanya pelan dan ia lalu kembali fokus mengerjakan soal. Aileen yang melihat Adara sedari tadi tersenyum mengerutkan dahinya. Padahal mata pelajaran terakhir ini sangat sulit, tapi ia bingung mengapa Adara terlihat senang?
"Gila lo?" tanya Aileen, ia memegang dahi Adara dengan punggung tangannya.
"Aku masih sehat, kok. Sehat jiwa dan raga," jawab Adara sambil tersenyum manis kepada Aileen. Ia pun kembali fokus dengan soal di hadapannya.
Saat ini, murid kelas X IPA 1 sedang melaksanakan penilaian akhir semester, atau yang biasa di sebutnya dengan PAS. Sistem sekolah Adara menggunakan sistem kurikulum 2013. Maka saat ulangan akhir semester, tidak disebut dengan UAS, melainkan PAS.
Sudah terhitung dua bulan hubungan Adara dengan papanya membaik. Papanya juga sudah bekerja lagi di perusahaan tempat papanya di PHK dulu.
Hubungan ia dengan Geovano juga semakin membaik. Mereka berdua terlihat lebih dekat dan selalu bersama-sama kemanapun. Teman-teman Adara sudah menaruh rasa curiga akan kedekatan dua sejoli itu, tapi Adara dan Geovano selalu mengelak.
Namun tetap saja, semua pasti akan terungkap pada masanya. Geovano juga sering memberikan Adara perhatian kecil di depan publik. Mereka tidak berpacaran namun memiliki komitmen satu sama lain.
"Cha. Kenapa, sih, nggak mau pacaran? Katanya cinta?" Geovano mengerucutkan bibirnya.
Adara terkekeh geli melihat Geovano yang sedang cemberut di hadapannya. "Emang kalo nggak pacaran, berati aku enggak cinta? Pacaran buat apa emang?" Adara balik melempar Geovano dengan pertanyaan.
"Ya ... biar semua tau. Bahwa kamu udah jadi milik aku," ucap Geovano sambil bersandar pada bahu Adara.
"Kamu salah, Geo. Kalo kita pacaran, terus ada masalah akhirnya putus, kita bakal jadi orang asing. Persahabatan yang kita bangun sejak awal bakal hancur. Jadi ... aku memutuskan nggak ada kata pacaran antara aku dan kamu."
"Lah ... kok gitu? Terus kita gimana?"
Adara menyentil dahi Geovano. "Kamu ini lucu banget, sih. Emang kalo kita sahabatan, kita enggak boleh memiliki satu sama lain? Intinya, aku punya kamu, kamu punya aku. Ini tergantung kesadaran diri kita aja, mau sampai kapan bertahan."
Adara menatap ke depan sambil tersenyum. "Nggak ada salahnya, kan? Sahabat tapi romantis? Intinya aku sama kamu saling melengkapi aja. Jadi, hubungan kita ke depannya juga enggak akan canggung."
Geovano mengacak rambut Adara dengan gemas. "Aku paham. Tapi kamu jangan deket sama cowo lebih dari kamu deket sama aku."
"Siap!"
KRINGG!
Bel pulang sekolah yang berbunyi membuat Adara tersentak dari lamunannya. Untung saja sebelum melamun ia sudah menyelesaikan semua soal. Adara lalu maju ke depan dan menyerahkan kertas ulangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Teen FictionBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...