"Harmoni rumahmu lebur, kamu tersungkur, semuanya mengabur. Tetapi jauh di dalam sanubari kamu tak ingin bergegas pergi. Kamu bertahan dan menghadapi kenyataan. Hatimu hancur, tetapi kamu harus tetap mencintai mereka yang menghancurkanmu, dengan puing-puing hatimu yang hancur itu."
-RosedianaDiary
***
"Ara, bangun!"Adara menggeliatkan badan ketika mendengar suara ibunya. Gadis itu mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan penglihatannya yang memburam akibat bangun tidur.
"Jam berapa, Bu?"
"Mandi, udah sore ini," jawab Faya sambil mengelus rambut Adara.
"Oke."
Adara turun dari ranjang adiknya dan berjalan menuju kamarnya. Samar-samar ia melihat sosok papanya sedang duduk di ruang keluarga. Adara mengedipkan matanya beberapa kali, penglihatannya masih buram sebab ia masih sangat mengantuk.
"Papa?" gumam Adara pelan, yang masih bisa di dengar oleh Rama.
Rama yang semula fokus melihat acara televisi menolehkan kepalanya ketika mendengar suara lembut menyapa telinganya. Rama lalu melirik ke arah jam dinding sebentar dan kembali melihat Adara.
"Kenapa? Sana mandi, udah ashar ini," ucap Rama menatap Adara yang penampilannya acak-acakan sehabis bangun tidur.
Kesadaran Adara mulai kembali sepenuhnya, ia melihat Rama duduk ditemani segelas kopi hitam kesukaannya. Rasanya sedikit asing melihat papanya di rumah, sebab Adara terbiasa melihat papanya hanya pada saat malam hari.
"Papa di rumah? Tumben," tanya Adara menyindir Rama.
Rama tertohok mendengar pertanyaan Adara, ia mendengkus pelan melihat anaknya yang sedang tersenyum miring. "Ngga usah ganggu Papa, udah sana mandi."
Melihat muka Rama yang memerah, Adara berlari kilat menuju kamarnya. Adara mengambil handuk dan mulai bersiap mandi, ia menutup matanya ketika merasakan sensasi dingin membelai tubuhnya.
"Huftt ... dingin banget, sih, ini air."
Adara memang tipikal gadis ketika mandi membutuhkan waktu lama, empat puluh menit kemudian ia keluar dari kamar mandi.
"Segarnya!" Adara merentangkan tangannya dan tersenyum manis.
"Hai, Jelek!" seru Adelio sambil tersenyum mengejek.
Adara tersentak mendengar suara di kamarnya. Ia menolehkan kepala ke tempat tidur, ternyata adiknya tengah berbaring di ranjangnya. Sapaan Adelio tadi membuatnya sedikit kesal, Adara menatap Adelio tajam.
"Ngapain lo ke kamar gue!"
"Hotspot dong, Ka. HP ibu nggak ada kuotanya ini," ucap Adelio seraya menampilkan gigi ratanya.
Adara mendengkus, Adelio memang kerap meminta hotspot ke Adara. Biasanya ia akan mendownload game atau membuka aplikasi youtube. Adara ingin menolaknya mentah-mentah, tetapi takut Adelio menangis dan nanti ia yang akan dimarahi oleh ibunya.
"Udah, tuh, udah Kaka nyalain hotspot-nya."
"Kebakar, dong, Ka? Masa dinyalain!" Adelio tertawa kencang sambil menepuk sprei kasur.
Adara mengernyitkan dahi, ia bingung mengapa Adelio mengatakan kebakar. Selama beberapa detik berpikir, Adara berdecak kesal. Ia tidak mengira selera humor adiknya akan sangat receh seperti ini.
"Ya maksudnya bukan nyalain pake api, dodol! Punya adik gini amat, sabar," ucap Adara seraya mengelus pelan dadanya.
Adelio masih tertawa ditempatnya, ketika melihat Adara melotot ia langsung terdiam dan mulai membuka aplikasi youtube untuk melihat vidio tentang game yang sering ia mainkan akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Fiksi RemajaBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...