"Lelah dengan keadaan rumah yang tak pernah bisa menjadi tempat yang benar-benar dikata 'rumah'."
***
Bacanya sambil play musik yang ada di mulmed, ya♡.
❤❤❤
Menggunakan kakinya, Adara berlari menuju ruang tamu. Dimana, sumber suara kedua orang tuanya berasal.
"Kamu ...!" Rama melayangkan tangannya ke atas hendak memukul Faya.
"Papa!" Napas Adara memburu melihat tangan Papanya yang sudah menggantung bebas di udara.
"What are you doing?!"
Mendegar suara anaknya, Rama refleks menurunkan lengannya. Ia berdiam mematung menatap anaknya dengan napas yang memburu.
"Kamu sudah pulang, sayang?" Faya bertanya berusaha mencairkan suasana.
Adara menatap kosong kedepan. "Sudah."
"Lio mana?" Adara bertanya sambil menatap manik mata Ibunya.
"Lio ada dirumah Kakek, tadi Ibu sama Papa juga dari sana."
"Oh."
Rama yang merasa lelah berdiri, duduk di single sofa yang berada di ruang tamu. Ia mengambil ponsel di sakunya dan memfokuskan pandangan pada benda pipih yang berada ditangannya.
Adara menghela napas pelan melihat tingkah Papanya yang terkesan tidak perduli. Ia memandang sendu kedua orang tuanya bergantian dan mulai duduk tepat di depan Papanya.
"Aku mau bilang sesuatu." Adara menatap kedepan dengan pandangan kosong.
"Mau bilang apa, Nak?"
"Ibu duduk dulu, ngga baik ngobrol sambil berdiri." Adara tersenyum kecil menatap Ibunya.
"Pa ...."
Rama masih tetap memainkan ponselnya tanpa memperdulikan teguran Adara. Adara menatap lelah Papanya.
Adara memandang Rama dengan pandangan yang sulit diartikan. "Bisa minta waktunya sebentar, Pa."
Rama yang mendengar nada berbeda dari cara bicara Adara, meletakan ponselnya kembali ke dalam saku.
"Ada apa?" Rama bertanya sambil bersandar pada sofa.
"Bu, Pa ... Ara besok bagi raport."
Mulut Faya membisu mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Adara, ia memalingkan wajah ke samping ketika tatapan Adara menuju padanya. Rama kembali memegang ponsel yang baru saja ia masukkan ke saku.
"Ara boleh minta tolong buat ambilin raport?" Adara meminta tolong kepada orang tuanya seperti meminta tolong dengan orang asing.
"Ibu ... kayanya mau ambil raport Adelio, Nak." Faya memandang Adara dengan tatapan menyesal.
Adara menatap Papanya, ia berharap ... Papanya mau melakukan hal yang dipintanya. "Papa besok mau pergi."
Jawaban Rama sontak membuat bahu Adara luruh. Lemas, Adara merasakan tubuhnya lemas mendengar jawaban orang tuanya.
"Papa nggak bisa luangin waktu sebentar buat, Ara?"
"Kayanya ... enggak."
Kedua lengan Adara mengepal mendengar jawaban Papanya. Adara menghela napas berusaha menenangkan pikirannya yang mulai kacau.
"Papa mau kemana memangnya?"
"Papa mau ke---"
Adara memotong ucapan Rama yang belum selesai. "Apa hal itu lebih penting, dari Ara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Teen FictionBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...