"Hidup seadanya. Jangan memaksa gaya yang menyiksa orang tua."
***
Sudah terhitung empat hari Rama mencari pekerjaan. Dirinya selalu berangkat pagi, dan kerap pulang pada sore hari. Hari ini ... ia merasa lelah. Lelah karena pekerjaan tak kunjung ia dapatkan.
Rama membaringkan tubuhnya pada sofa panjang berwarna biru tua yang berada di ruang keluarga. Ia menghirup napas panjang dan menghembuskannya perlahan.
"Asalamualaikum!" teriak Adara ketika memasuki rumah. Adara baru saja pulang dari sekolah.
Kepala Adara mengangguk-angguk ke ke atas dan ke bawah. Ia sedang mendengarkan musik melalui earphone hitam kesayangannya. Ia memberhentikan langkahnya ketika sampai di ruang keluarga. Letak kamarnya memang harus melewati ruang keluarga terlebih dahulu.
"Sore Papa!" Adara menyapa papanya dengan cengiran khasnya.
Rama yang semula tertidur, mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menggerakan tangannya menyuruh Adara untuk mendekat. Adara mengangguk lalu mendekat ke arah papanya. Ia duduk di samping papanya.
"Kamu udah pulang?" tanya Rama sambil mengelus rambut hitam sepunggung Adara.
"Baru aja. Oh, ya, Adelio mana?" Adara celingukan mencari adik manisnya.
"Papa aja baru pulang. Kayanya di kamar, deh."
Adara menoleh ke arah papanya. "Pa, Adara mau ganti baju dulu."
"Oke," ucap Rama.
Adara bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar. Ia lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah selesai mandi, ia memakai baju santai. Lalu menyisir rambutnya di depan cermin.
Adara mencari ponselnya yang berada di tas. Ia lalu berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya. Adara membuka playlist lalu mencari lagu savage love. Ia berbaring sambil bernyanyi pelan. Hidup Adara akan terasa hambar bila tak mendengarkan musik.
Kantuk mulai menyerang Adara. Ia akan mengantuk bila mendengarkan musik terlalu lama. Mata Adara menutup dan membuka, ia sedang menahan kantuknya. Namun, rasa kantuk memenangkan pertandingan. Akhirnya Adara mulai tertidur.
****
Faya sedang fokus menata makan malam di meja. Ia hari ini memasak makanan kesukaan suaminya. Hubungan mereka memang membaik selama empat hari ini. Faya berharap, hubungan dengan suaminya akan bertahan baik sampai kapanpun.
"Sayang, Ara mana?" tanya Rama yang sedang membaca koran.
Faya melirik Adelio yang sedang bermain ponselnya. "Lio, tolong panggilin kakak kamu."
Adelio meletakan ponsel di meja dengan terpaksa. Ia mengerucutkan bibirnya lalu berjalan menuju kamar kakanya. Adelio membuka pintu kamar, ia melihat kakanya sedang tertidur. Wajahnya terlihat sangat tenang.
Adelio tersenyum licik. Ia naik ke atas ranjang lalu mendekat ke arah kakanya. Adelio menjepit hidung Adara dengan tangan, lalu meniup-niup mata Adara. Adara yang merasa tidak bisa bernapas langsung membuka matanya.
Ia melirik Adelio dengan tajam. "Heh, Bocil! Ganggu aja, sih!" seru Adara. Ia lalu kembali memejamkan matanya dan tertidur.
Tak kehabisan akal, Adelio berdiri lalu loncat-loncat di ranjang. Ia melompat sambil meneriaki nama Adara. Adara menutup telinganya dengan kedua tangan. Ia merasa tak nyaman akan kelakuan adiknya.
"Huh!" Adara bangkit dari tidurnya. Ia meremas rambutnya, merasa gemas akan kelakuan adiknya.
Ia melirik tajam ke arah Adelio. Adelio yang merasa kakanya mulai marah berusaha menyelamatkan diri. Ia turun dari ranjang dan lari, Adara mengejar adiknya. Mereka berlarian memutari meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Fiksi RemajaBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...