"Kau gagal, tetapi masih mampu bangkit kembali. Menurutku itu arti dari kuat yang sebenarnya."
~Hinata Hyuga
***
"Geo salah! Rumah Chaca bukan disini lagi!" seru Adara.
Geovano mengernyit heran. "Eh?"
Adara semakin mempererat pelukannya, ia menenggelamkan wajahnya pada punggung tegap Geovano. "Kamu lupa papaku kena PHK?"
"Rumahku terpaksa dijual karena buat makan sehari-hari." Nada suara Adara terdengar sedih.
"Sampe segitunya? Emang Om Rama ngga kerja?" tanya Geovano bingung.
Adara menggeleng lemah. "Mobil, rumah dan semua aset papa dijual karena papa ngga kerja lagi."
Geovano terdiam, ia mencoba mengatur emosi mendengar ucapan Adara mengenai papanya. Ia tidak suka melihat Adara bersedih, rasanya begitu mengesalkan. Geovano benar-benar tidak menyangka, setahun setelah kepergiannya hidup Adara berubah 360 derajat.
Netra hitamnya melihat ada halte bus di depan, ia lalu menuju ke halte tersebut. Geovano menurunkan Adara dan mengajaknya duduk di kursi halte.
Adara duduk termenung, dirinya melamun mengingat masa lalu kelamnya. Betapa menderitanya ia saat itu, semua harta keluarganya terjual habis, bahkan untuk makan saat ini, ia pun harus menghemat.
"Cha, dengerin aku."
Mendengar suara sahabatnya, Adara menatap objek disampingnya. Ia melihat Geovano yang menatap lurus ke depan. Namun hanya sebentar, sebelum Geovano beralih menatap Adara. Mata mereka kini saling beradu pandang.
Geovano memegang sebelah pipi Adara dan mengelusnya pelan. "Everything's gonna be alright."
Adara memegang tangan Geovano yang ada di pipinya. "Keep telling me that it gets better, does it ever?" tanya Adara dengan suara serak.
Geovano mengangguk pelan. "Percaya sama aku, hari baik itu akan terjadi. Yang harus kamu lakuin sekarang adalah jangan pernah berhenti berdoa. Ingat Cha ... aku akan selalu ada kapanpun kamu butuh."
Bulir air mata kembali menetes di pipi Adara, apakah hari itu akan tiba? Dimana keluarganya tertawa bersama dan hidup bahagia.
"Udah nggak usah nangis, nanti tambah cantik!" seru Geovano sambil terkekeh.
"Diem, deh! Godain aku mulu kamu!"
Geovano tergelak mendengar jawaban Adara. Ia hanya tidak ingin Adara menangis di depannya, dadanya ikut sesak melihatnya. Melihat Adara tertawa membuat perasaan Geovano menjadi senang.
"Kalau cuma makan, mah, aku bisa nampung kamu sama Adelio buat makan di rumahku," gurau Geovano sambil tertawa kecil.
"Kesannya aku kere banget, ya?" tanya Adara sambil tertawa.
Geovano berhenti tertawa dan tersenyum manis, ia lalu mengusap rambut Adara. "Yuk, anter aku ke rumah barumu."
"Hmm, rumahku sekarang jelek, beda jauh sama yang dulu."
"Mulai, nih! Geo ngga suka liat Chaca ngga bersyukur kaya gitu," ucap Geovano sambil menyentil dahi Adara.
"Aduh! Sakit ...."
"Lemah!" Geovano tertawa sambil mengusap pelan dahi Adara.
Mereka berjalan menuju kediaman Adara, Geovano tersenyum melihat Adara yang terus mengoceh di sampingnya. Rasanya seperti mimpi ketika melihat Adara melangkah beriringan bersamanya. Sebab, di Amerika dulu Geovano selalu merindukan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃}
Ficção AdolescenteBroken Home tidak harus selalu tentang perceraian, 'kan? Semua orang pasti menginginkan kehidupan nyaman, harmonis, dan juga mendapat kasih sayang dari orang tua. Entah dari mana semua bermula, seorang ibu yang terus bersabar menghadapi cobaan yang...