18. ᴅᴇʙᴀʀᴀɴ ʀᴀꜱᴀ

6.5K 673 164
                                    

"Senyum mu adalah keindahan yang tidak bisa terelakkan."

***

Di antara awan-awan yang berlenggang pelan, Adara berlari sesekali dirinya memandang langit yang biru dan cerah. Adara melirik Geovano yang berlari di sampingnya sambil tersenyum kecil.

"Mau sampe berapa putaran?"

"Terserah kamu, Cha."

"Ini udah empat putaran. Satu lagi, ya, abis itu udah."

Geovano tersenyum. "Oke."

Mereka berlari beriringan di taman yang biasa Adara datangi, taman dekat kompleks rumahnya. Napas Adara dan Geovano memburu, peluh keringat menetes dan membasahi baju mereka. Adara yang melihat keringat menetes dari dahi Geovano dan turun ke bawah hingga leher, menelan ludahnya.

Geo, kok, ganteng, sih? Adara menggeleng pelan mengeyahkan pikiran yang berada di kepalanya, ia sempat terpesona akan ketampanan Geovano.

"Kenapa geleng-geleng? Kan, aku nggak ngasih pertanyaan atau bilang sesuatu."

"Ah, itu ... pegel leher aku," jawab Adara sambil memegang lehernya. Ia terpaksa berbohong karena tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Sini, aku pijitin."

Adara melebarkan matanya mendengar ucapan Geovano. "Nggak ah! Ngga usah!"

"Udah jangan ngeyel, Cha. Sini!"

Adara pasrah ketika Geovano sudah di belakang tubuhnya. Sebenarnya ia ingin menolak tapi pijatan Geovano tidak bisa dibilang buruk, lagipula tubuhnya akhir-akhir ini memang terasa sedikit lelah.

"Gimana? Enak, 'kan?"

"Ah, iya!" Adara tersenyum saat Geovano menatapnya.

"Ara?"

Merasa ada yang memanggil Adara mulai melihat ke sumber suara dan Geovano menghentikan aktivitasnya.

"Leon?"

Adara bingung melihat Leon terlihat seperti marah, ia mengerutkan keningnya sambil memicingkan mata. "Kenapa, ya? Kok, kaya marah?" gumamnya.

Sebenarnya Leon berniat ke rumah Bella, tapi saat dijalan ia melihat pemandangan yang tidak menyehatkan matanya. Leon melihat Adara dan seorang lelaki, entah dorongan dari mana Leon memanggil nama Adara.

"Oh ... itu, gue mau ke rumah Bella."

Adara tidak mengerti dengan jawaban Leon. "Maksudnya gimana? Kalau mau ke Bella kenapa manggil gue?"

Leon diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa, sebab dirinya juga refleks memanggil Adara. "Tapi Bella nya nggak ada! Iya, nggak ada!" Leon menjawab sambil tertawa kaku.

"Bukannya tadi lo bilang mau ke Bella? Kok, Bellanya ngga ada? Berarti udah ke sana, dong?"

"Astaga! Maksud gue itu, Ra, sebenernya!"

Leon meruntuki dirinya sendiri yang salah tingkah di depan Adara, apalagi pagi ini Adara terlihat sangat menggemaskan dengan kaos kebesaran dan celana running di atas lutut. Jangan lupakan keringatnya yang menetes sehabis olahraga, Leon dibuat terpana melihatnya.

"Ekhemm!"

Geovano berdeham saat melihat Leon memperhatikkan Adara, ia merasa sangat tidak suka melihat lelaki tersebut memandang Adara dengan tatapan memuja. Geovano lalu tersenyum miring ketika ada ide yang bersarang di kepalanya.

"Cha, ayo kita ke warung bubur ayam!"

"Kamu laper?"

Geovano mengangguk sambil mengelus perut ratanya, Adara tersenyum melihat tingkah Geovano. Sedangkan Leon menatap Geovano geli, ia berlagak seperti ingin muntah di tempatnya.

𝐁𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐇𝐨𝐦𝐞? {𝐄𝐍𝐃} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang