Chapter 45 - Rencana

71 37 10
                                    

#LoveYouReaders🙂
#HappyReading😶

Alva membawa Olyn ke taman rumah sakit, membantu menenangkan gadis yang masih histeris.

"Alvaa! Sumpah! Hiks bukan gue yang cabut... Hiks infus mama Aska..." lirih Olyn tersedu-sedu.

"Iya, Lyn, gue percaya sama lo... Lo bisa cerita kejadian tadi, maksud gue, pas Aska pergi, apa yang lo lakuin?"

Olyn mengangguk samar, lalu menceritakan saat dia menunggu Aska di ruangan Ozha, lalu ke toilet karna kebelet pipis, lalu menerima surat misterius untuk kesekian kalinya, dan saat itu Olyn merasa ada yang mengganjal, lalu menemui Aska, dan akhirnya-kalian tau sendiri bukan?

Sedangkan Alva mengetahui keberadaan keduanya karna Aska menceritakan semuanya selama dalam perjalanan membeli makanan untuk Olyn dan dirinya. Dan tentu Alva kaget saat datang malah disuguhi pemandangan tak mengenakkan. Karna Alva tau, saat Aska marah, dia tidak akan pernah memikirkan apa yang dia ucapkan.

"Kenapa lo ga bilang, kalo lo selalu dapat surat kek gitu?" tanya Alva mengintimidasi.

"Gue takut, Al... Gue diancam hiks," jawab Olyn dengan suara bergetar. Percayalah, baru kali ini dia menangis di depan pria selain daddy dan abangnya.

"Tapi bagaimanapun lo harus kasih tau, minimal satu orang yang sangat-sangat lo percayai. Suratnya masih lo simpan? Gue boleh baca? Siapa tau gue bisa bantu?"

"Gue takut, Al... Orang itu selalu mengawasi gerak-gerik gue..." Olyn mengedarkan pandangannya.

Cling!
Olyn merogoh iPhone-nya, satu pesan masuk dari orang yang tidak dikenal.

08596734xxxx : Tutup mulut lo. Kalo sampe lo kasih tau siapapun termasuk Alva, jangan harap hidup lo bakal tenang. Lo benar, gue selalu mengawasi gerak-gerik lo. Oh tidak! Bukan hanya gue, tapi beberapa orang yang juga membenci hubungan kalian. Haha.

Raut wajah Olyn menjadi pucat. Apa dia benar-benar akan menikmati beban ini sendiri? Tanpa ada yang bisa membantunya? Setidaknya hanya tempat untuknya bercerita. Sulit. Benar-benar sulit.

"Olyn? Lo kenapa? Wajah lo tiba-tiba pucat karna lo baca pesan masuk. Dari siapa, Lyn?"

"Lyn? Lo bengong?" Alva mengguncang pelan bahu Olyn. Alva tak bisa melihat dari siapa pesannya, karna terkena silaunya matahari. Olyn tersadar, lalu menatap gugup Alva.

"Gue... Gue dapat kabar kalo mama gue sakit di luar negri, gue khawatir..." lirih Olyn, rasa berbohong memang tidak enak, tapi mau bagaimana lagi? Ia terjebak disini.

"Ooh... Gue kira itu pesan dari orang misterius itu," gumam Alva. Olyn meneguk salivanya dengan susah payah, Alva benar-benar peka terhadap keadaan sekitar. "Mau gue antar pulang?"

Olyn mengangguk sebagai jawaban. Ia mengikuti Alva menuju motor sport-nya yang berwarna merah. Mereka menuju rumah Olyn. Olyn melihat pesan masuk lagi.

08596734xxxx : bagus kalo lo ga jadi ngomong.
08596734xxxx : ingat aja, kalo lo nekat ngomong, gue ga akan pernah main-main sama ucapan gue.
08596734xxxx : gue punya mata-mata yang selalu mengawasi lo, jadi kalo lo macam-macam, gue pasti tau.
08596734xxxx : haha. Wajah lo biasa aja dong. Kenapa pucat gitu sih? Tambah seneng loh gue buat neror lo.

Olyn menonaktifkan iPhone-nya. Lalu menatap ke sekeliling, namun sepi, ia tak melihat satu orang pun pengendara dengan sepeda motor ataupun mobil. Ia tambah yakin jika orang misterius itu benar-benar pandai dalam meneror seseorang.

"Olyn?"

"..." tak ada sahutan.

"Awws!" ringis Olyn seraya memegang dahinya yang beradu dengan helm keras milik Alva. "Lo kalo berhenti pelan-pelan kek! Ngomong dulu atau apa gitu! Sakit nih!" protes Olyn seraya mengusap dahinya, berharap rasa sakit itu berkurang. Alva diam, lalu melanjutkan perjalanan.

What Is Love? [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang