Chapter 49 - Rumit

80 29 33
                                    

#LoveYouReaders😻
#HappyReading🍭

"Halo, Al? Kenapa?"

"Aska—"

"Aska kenapa, Al?" tiba-tiba Olyn merasa degup jantungnya berdetak lima kali lebih cepat ketika Alva menyebut nama Aska.

"Aska—udah siuman," sahut Alva akhirnya. Olyn terkejut mendengar hal itu, namun tak urung ia menghembuskan napas leganya.

"Thanks, Al." Olyn memutuskan sambungan teleponnya, lalu kembali ke ruangan Ozha.

"Telepon dari siapa, Nak?" tanya Ozha saat melihat Olyn menghampirinya.

"Hmm, Aska, Tan. Katanya dia ga bisa kesini, dia titip salam buat Tante," jawab Olyn dengan tersenyum tulus, dan lagi-lagi ia berbohong.

"Baiklah, tapi—"

"Tapi apa, Tan?" saat-saat seperti inilah yang Olyn benci, dimana ia takut ketahuan berbohong dari wajahnya.

"Kamu kenapa pucat gitu? Tante gak gigit kamu kan, Nak?"

Olyn tersenyum sebagai jawaban.

"Ada apa? Kenapa kamu seperti maling yang tertangkap basah?" ujar Ozha serius. Olyn lagi-lagi merasakan degupan jantungnya begitu cepat, dan untuk menjawab pun ia merasa gelagapan.

"Kenapa, Nak? Kenapa pucat?" ucapan Ozha membayarkan lamunan Olyn.

"Ah eng—enggak kok, Tan. Olyn cuman—belum makan aja," jawab Olyn pelan. Yaa, lagi-lagi Olyn berbohong. Sudah berapa kali ia berbohong?

"Ooh belum, yaudah kamu pergi sarapan gih."

"Tapi tante belum makan..." sela Olyn.

"Ah ini? Tante bisa makan sendiri kok." Olyn menggeleng kuat.

"Gak, Tan. Biar Olyn yang suapin, Tante." Setelah mengucapkan itu, Olyn membuka kresek, mengambil kotak makanan yang berisi bubur ayam. Olyn menyuapkan Ozha dengan telaten.

"Alhamdulillah Tante sudah kenyang, sekarang kamu pergi cari sarapan, ya?" ujar Ozha seraya mengelap mulutnya dengan tisu.

"Tante baru lima suap lho, masa udah kenyang aja?" ujar Olyn lembut.

"Namanya juga orang sakit, Nak. Kamu pergi deh, sebelum Tante marah," ujar Ozha dengan wajah dibuat segalak mungkin.

"Tante ngusir Olyn?" Olyn menampilkan wajah sedihnya, Ozha mencubit gemas hidung mungil Olyn.

"Kamu gak usah sok drama, Tante yakin kamu cukup mengerti maksud Tante," ujar Ozha dengan terkekeh pelan. Olyn tersenyum tulus melihat kekehan Ozha, terasa menghangat.

"Oke, Tan. Olyn pamit dulu, Assalamu'alaikum Tante." Olyn berdiri lalu menyalami tangan Ozha.

"Wa'alaikumussalam, Nak. Hati-hati ya?" Olyn tersenyum menanggapi ucapan Ozha lalu berjalan keluar, kemana lagi kalau bukan ruangan Aska? Ingatkan, Olyn berbohong tentang wajahnya yang pucat karena belum sarapan?

Olyn memutar knop pintu ruangan Aska. Ia melihat Aska sedang memejamkan matanya, wajahnya terlihat begitu damai.

"Aska..." lirih Olyn pelan. Ia menyentuh lembut punggung tangan Aska.

"Jangan sentuh gue." Olyn terlonjak dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Aska. Aska mebuka matanya perlahan.

"Kenapa? Tangan lo sakit? Atau perlu gue panggilin dokter?" Olyn mencoba tersenyum, ia senang melihat Aska siuman.

"Mata gue yang sakit."

"Ma—mata? Mata lo—kenapa, Ka?"

"Mata gue sakit liat wajah lo, mending sekarang lo pergi. Lo bilang gak mau liatin wajah lo di depan gue, kan? Lo bilang mau pergi dari hidup gue, kan? Gue minta lo buktiin itu sekarang."

What Is Love? [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang