00.41

4.8K 635 73
                                    

Dharma bangun dari acara tidur siang berkedok 'marah ke anak-anaknya' sekitar jam 4 sore. Dia gak langsung keluar tapi ke kamar mandi dulu. Berendem di air anget terus gak lupa luluran dikit, ngilangin daki sekalian ngerawar diri biar suami makin cinta.

Sejam kemudian Dharma baru buka pintu kamarnya dan dia nahan dirinya buat lari melukin tiga anaknya itu pas anak-anaknya yang lagi duduk di sofa ruang TV secara serentak ngeliat ke dia.

Tatapan mata anak-anaknya yang ngebulet kaget liat dia keluar kamar terus gerakan heboh anak-anaknya yang buru-buru nyamperin dia hampir bikin Dharma senyum lebar. Tapi Dharma harus tahan.

"Unda--"

"Ayah mana?"

Chandra manyunin bibirnya pas Dharma motong omongannya. Jeno yang liat itu nepuk pundak kembarannya pelan.

"Ayah ke depan tadi, beli es krim buat--"

"Oh jadi mentang-mentang Bunda gak ada disamping kalian jadi kalian bebas minta ke Ayah buat beli es krim? Gitu?"

Gelengan heboh dari tiga anaknya bener-bener bikin Dharma hampir senyum. Apalagi liat si bungsu hampir nangis. Uhhh anak Bunda yang satu itu mana tahan jauhan sama Dharma sebentar aja.

"Udah ah, Bunda mau minum--"

"Dek yang ambil!!"

Dharma gigit pipi dalemnya pas liat Chandra yang lari kearah dapur. Tenang, kalo air minum emang udah di atur sama Johnny supaya anak-anaknya bisa ambil sendiri. Masalah gelas? Tenang lagi, semua peralatan makan bukan dari beling jadi aman.

Dharma nurut aja pas dia ditarik dua anaknya buat duduk di sofa. Dharma liatin Jeno yang liatin dia gak kedip.

"Abang kenapa?"

"Unda mau pijit? Eno pijit yaaa? Nihhh~"

Dharma lagi-lagi nahan senyumnya pas Jeno mijitin lengan kanannya terus Rendi ikutan mijit lengan kirinya.

"Undaa ini mimiknya~"

"Makasih yaa."

Dharma tetep ngucapin makasih, sebagai bentuk apresiasi ke anaknya yang udah ambilin dia minum walaupun dia sekarang lagi marah, ceritanya.

Chandra senyum lebar, "EUNG! Macama~ Unda mau maem? Dek ambilin yaa?"

Dharma gelengin kepalanya, "Gak usah. Eh ini kalian udah mau ngomong lagi? Tadi Bunda--"

"HUWEEEEE UNDAA MAAP!!!!"

Belum selesai Dharma ngomong dia udah di serang pake pelukan dari depan, kiri sama kanan dari anak-anaknya. Chandra yang meluk dia dari depan ngedongak dengan mata berkaca-kaca.

"Undaaa maap, jangan malah lagi yaaa nanti dek cedih hng~"

"Huum Undaa, Enooo juga cedih ndak ada Undaa~"

"Iya, kakak juga minta maaf ya Bunda udah bohongin adek-adek, gak sopan sama Ayah juga."

"Biarin--"

"Undaa jangan malah pweasee~ nanti capa yang lus-lus pala dek cama Eno kalo mau bobok?"

"Iyaaa Undaaa~~ jangan malah yaaa~"

Dharma yang gak tahan sama tingkah tiga anaknya yang gemesin parah akhirnya senyum lebar terus tangannya terentang buat melukin tiga anaknya sekaligus.

"Janji gak nakal lagi?"

"Eung!!"

"Dengerin kata Bunda?"

"Janji!!"

"Oke Bunda maafin--"

"YEAYYYY!!!"

Dharma ketawa pelan denger sorakan semangat dari anak-anaknya. Mana sekarang mereka joget-joget gak jelas di depannya.

Gerak-gerakin badan sama kepalanya ke kiri sama ke kanan sambil ketawa-ketawa. Duh gemes banget, apalagi si duo gembul. Lemaknya ituloh yang di pipi ikut goyang, kan Dharma jadi gemes setengah meninggal.

"Loh ada apa ini?"

"AYAHHH!!!"

Johnny yang lagi nenteng plastik isi es krim cuma bisa ketawa pas dia dapet serangan pelukan dari tiga anaknya. Mana si duo gembul meluk erat kaki dia sambil gelantungan disana.

"Udah dong, nih es krimnya. Katanya mau rayu Bunda pake es krim."

Dharma liatin anak-anaknya terharu, "Es krimnya buat Bunda?"

"IYA!!"

Dharma senyum lebar pas denger jawaban itu. Apalagi pas anak-anaknya ngebentuk hati diatas kepala mereka pake dua tangan terus teriak, "ALAFYU UNDAA~"

Udah lah melebur hati Dharma dikasi konten begini sama anak-anaknya.

.

.

.

"Inget gimana perjanjiannya?"

"Ndak boleh libut! Duduk dicamping Kak Lendi!"

Dharma ngelus kepala Jeno lembut terus ngeliat ke Chandra, "Adek?"

"Ndak boleh nakal!"

Dharma senyum lebar, "Oke, ayo sana sama Kakak."

Si kembar senyum lebar terus lari masuk ke dalem perpustakaan sekolah Rendi. Ikut duduk di lingkaran yang dibuat anak-anak kelas Rendi dengan satu guru di tengah dan 3 guru yang ada di sekeliling mereka.

Akhirnya si kembar bisa ikut belajar sama Rendi. Dharma senyum lebar pas liat dua anaknya yang duduk tenang disana sambil liatin serius guru yang lagi ngomong di tengah lingkaran.

Sekolah Rendi ada kegiatan khusus di tiap akhir bulan buat nyeritain ulang buku yang mereka baca bulan ini dan untungnya itu boleh di ikutin anggota keluarga siswa.

Jadi si kembar bisa ngerasain sekolah sehari. Mereka semangat luar biasa hari ini sampe bikin Dharma takjub.

Gatau aja beberapa tahun kemudian mereka udah bosen sekolah sampe rasanya mau nikah aja.

Ehh itu sikembar atau kalian? Wkw

*******
Udah gemesin belum chap ini?
Atau masih kurang? hng.

Trio YudistiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang