00.46

4.6K 593 21
                                    

Johnny kebangun pas denger suara teriakan Chandra dari luar. Dia duduk sebentar diatas kasur sebelum ngelirik jam dinding, 12:09. Mata Johnny melotot dan dia langsung turun dari kasurnya lari keluar kamar.

Suara pintu kamar yang dibuka kasar sama Johnny bikin Chandra yang lagi akting masak di depan Jeno ke jeda. Rendi yang lagi mau makan apel juga gak jadi.

Ayah sama tiga anak itu sekarang saling tatap tapi gak berapa lama anak-anaknya malah balik sibuk sama urusan mereka masing-masing. Johnny yang liat itu mau gak mau sedih juga.

Biasanya tiga anaknya itu bakalan lari kearah dia, berebutan minta di gendong. Berakhir dengan si kembar di gendongannya dan Rendi yang gelayutan di kaki dia.

Tapi sekarang?

Johnny jadi sedih sampe pengen nangis liat dia di cuekin sama anak-anaknya. Hampir beneran nangis kalo aja Dharma gak narik tangannya buat masuk ke kamar lagi.

Johnny duduk diatas kasur dengan Dharma yang berdiri didepannya. Johnny meluk pinggang Dharma dan nyandarin kepalanya di perut Dharma. Dharma ngelus lembut rambut Johnny, nenangin suaminya yang galau gara-gara di cuekin anak sendiri.

"Masalah kantor udah beres. Pegawai yang bawa lari uang perusahaan udah di polisi. Uangnya baru dia pake setengah, bakalan di ganti sama keluargnya barengan sama denda hukumannya. Tapi karena dia cuma punya ibu yang udah tua, istri sama anak yang masih bayi, aku jadi gak tega. Jadi aku minta mereka buat balikin pelan-pelan aja, istrinya juga aku kasih rekomendasi kerja biar bisa tetep ada pemasukan. Gapapa kan?"

"Makasih, kamu yang terbaik."

Dharma senyum tipis, "Masalah uang kantor juga udah selesai. Aku pake uangku dulu ya buat nutupin. Jangan di tolak! Itu juga uang kamu ya, pokoknya jangan ditolak."

Johnny senyum tipis, "Aku punya ibu peri ternyata."

Dharma mukul pundak Johnny pelan, "Gombal! Mandi sana abis itu makan siang bareng. Terus kamu yang harus bikin anak-anak tidur siang sekarang."

"Iyaa sayangku iyaa~"

"Cepet ya John!"

"Siap Jendral!"

"HIH!!"

.

.

.

Johnny liatin tiga anaknya yang sekarang lagi tiduran diatas kasur. Mereka udah pasang selimut tapi masih belum juga tidur. Mana Johnny dari tadi ngomong di cuekin, kan sedih.

"Ini Ayah beneran dicuekin?"

"Enooo~ mau peluk~"

"Adek mau kakak cium gak?"

"Enoo mauu~"

Johnny ngedengus, "Yaudah gapapa, yang penting sekarang kalian bobok dulu. Nanti sore kita jalan-jalan, oke?"

"Ayo adek sama abang bobok, nanti sore main lagi sama kakak yaaa~"

"Eungg!!"

Johnny lagi-lagi ngedengus. Untung dia sayang tiga bocah yang lagi saling peluk diatas kasur itu. Coba kalo enggak?!

Ya gak bakalan di apa-apain juga sih. Emang ada yang tega jahatin anak lucu kayak anak-anaknya itu? Mana ada!

Johnny ngehela nafas pelan, "Ayah tinggal ya, bobok siangnya yang nyenyak. Nanti bangun bobok Ayah bikinin martabak mie."

"Pake daging ya."

"Sosis."

"Uyeget!"

"Nugget dek."

"Nahh tuuu!!"

Johnny ketawa pelan, emang anak-anaknya bakalan kalah aja sama makanan.

"Okesiap, sekarang bobok yaa."

"Ayoo adek-adeknya kak Rendi harus bobok~ Nanti ada yang gak jadi bikin martabak mie kalo kita gak bobok~"

"Iyaa gitu?"

"Iyaa adek sayang, sekarang bobok."

"Ottay! Enooo peluk!!"

"Otte!"

Johnny ketawa pelan, terserah anak-anaknya lah. Yang penting mereka seneng. Dia nutup pintu kamar anak-anaknya terus jalan ke sofa di depan TV. Disana ada Dharma yang lagi duduk sambil nyemil kue.

"Bun?"

"Yaa?"

"Maaf."

Dharma ngelirik ke Johnny yang sekarang duduk disampingnya, "Bilang maaf sekali lagi dapet piring cantik, tapi melayang."

Johnny ketawa pelan, "Iyaa, makasih ya buat semuanya."

Dharma senyum tipis, "Gak masalah, lain kali jangan di pikirin sendiri yaa?"

"Iyaa. Maaf yaa."

Dharma yang denger itu langsung berdiri dari duduknya dan bikin Johnny bingung, "Mau kemana Bun?"

"Mau kasih Ayah lemparan piring cantik."

"EEEHHH AMPUN BUN!!!"

*******
Kalo ada pertanyaan "Apa yang bisa bikin Rendi, Jeno sama Chandra luluh?" jawabannya pasti, "Makanan!" wkwkwkwkwk~~

Trio YudistiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang