1. ANDRIAN STEVAN MEGANTARA

28.6K 1.3K 46
                                    

Andrian menghentikan motor nya dengan tiba-tiba saat seorang gadis dengan bodohnya berlalu di hadapanya dengan jalan terburu-buru. Ia menggeram tertahan saat gadis bodoh tersebut malah terbengong di hadapan ban montornya.

"Minggir!" Titahnya

Dengan berlahan cewek itu minggir dan menatap andrian dengan raut wajah terkejut. Bukan karena cewek itu kenal dengan cowok itu, tapi karena wajah cowok itu terlihat menyeramkan apalagi di tambah luka di sudut mata dan bibir. Terlihat seperti vampir dengan darah yang sedikit menetes di sudut kanan bibir.

"Lo-" ucapanya cewek tersebut menggantung, saat andrian menancap gasnya dengan kecepetan penuh. meninggalkan tempat tersebut dan menghiraukan cewek itu.

"Menyebalkan!" Kata cewek itu. dan berjalan kembali saat teringat tujuan utamanya.

●●●●

Andrian menghentikan motornya di depan rumah minimalis bergaya eropa tersebut, rumah orang tuanya, hari ini dirinya kembali untuk menginap karena perintah dari sang mamah.

Ia turun dan memasuki rumah tersebut yang tampak sepi, bagaimana tidak, rumah sebesar ini hanya perpenghuni 4 orang. Mamahnya, papahnya dan kedua pembantu. Menatap malas ke arah sofa yang di tempati oleh dua orang paruh baya yang tampak mesra itu. Tidak ingat umur! Pikirnya.

"Andrian pulang!" Kata andrian membuyarkan kemesraan mereka.

"Eh andrian udah dateng, sini duduk nak" kata mamah andrian, antusias. Menyambut anak semata wayangnya ini.

Andrian duduk dan menatap papahnya yang sedang menatapnya juga, apalagi mendapatkan tatapan menyelidik seperti itu. Tidak heran lagi kemana mata pria tua itu tertuju, pasti kepada beberapa luka di wajahnya.

"Tawuran lagi?" Tanya papah nya. Andrian mengangguk. Toh! Memang benar.

Romeo selaku papah andrian menghela nafasnya pelan. Harus bagaimana lagi dirinya mendidik anak bandelnya ini. Sudah ber kopang kaping dirinya beri peringatan tapi andrian tidak sama sekali mendengarkan.

"Pap-"

"Baru pulang di marahin ngajak berantem." Sela andrian sebelum romeo mengomeli dirinya.

"Kam-"

"Andrian sini mamah obatin dulu luka nya ya."

Andrian tersenyum miring, saat melihat papahnya yang lagi lagi tidak jadi mengomel. Emang hanya mamahnya yang paling best.

Romeo mengepalkan tanganya, lalu meniupnya. mata tajam nya terus menatap andrian yang menampilkan tatapan meledek. Anak laknat titisan cebong!

●●●●

Setelah luka nya terobati andrian masuk kedalam kamarnya. Kamar yang beberapa minggu ini dirinya tinggalkan dan memilih menetap di apartemenya, yang dirinya beli hasil dari beberapa taruhan dan juga balap liar.

Menghembuskan nafasnya lelah. Saat bayangan gadis yang hampir tertabrak tadi tiba-tiba menghantui pikirannya. Entah kenapa andrian pun tidak tahu, terlalu tiba tiba apalagi melihat bibir itu mata bulat yang sempat kaget itu meningatkan dirinya kepada seseorang di masalalunya.

Menatap langit-langit kamarnya yang menampilkan angka 25. Hari lahirnya dan juga hari lahir seorang gadis kecil di masalalunya.

"Lo dimana?" Gumamnya.

"Gue kangen."

Andrian akan mengucapkan kata-kata tersebut setiap dirinya akan memejamkan mata sebelum tidur. dirinya selalu berdoa kepada tuhan agar, sang kuasa mengembalikan seseorang kepada dirinya.

"ANDRIAN BANGUN KAMU!!"

Andrian terkejolak kaget karena teriakan menggelegar dari luar kamar, ia berdecak kesal karena kaget, Apalagi jantungnya yang sudah berdetak dua kali lebih cepat. Bayangkan saja betapa menyebalkan nya jika lagi enak-enak tidur mendadak kaget, rasa ingin melepar semua barang barang yang berada di sekitar.

"GUE UDAH BANGUN SATT!!!"

"BILANG APA KAMU!! HAH!!!"

"SAT!"

"KELUAR KAMU ANDRIAN, ANAK KURANG AJAR!!" Itu teriak papahnya tidak mungkin mamahnya. Karena mamahnya selalu membangunkan nya jam setengah enam, sedangkan ini masih jam tiga ayahnya sudah berkoar koar. Minta di lelepin!

"BANGUN SHOLAT SUBUH KAMU!!!"

"NGGAK SHOLAT LAGI M."

"KAMU LAKI. BODOH!!"

●●●●

"Hari ini lo ada job balapan."

Andrian menaikan sebelah alisnya.

"Biasalah anak ngen-"

"Dewa?" Tanya rival selaku sahabat andrian, yang sifat dan tingkah lakunya 11,12 dengan andrian bedanya rival di kategorikan sebagai "penjahat kel*min"

"Tuh anak gak bakal bisa menang cuma menye menye doang, nantangin tapi kalah terus jingan!" Ujar jerremy yang sudah jengah dengan tingkah dewa.

"Oke!" Telak andrian, tanda menyetujui. Karena jika tidak. Mungkin bajingan itu akan menyerang Vegras dan para anggotanya.

Jerremy memutar bola matanya malas saat mendengar kata oke dari mulut manusia kutub di sampingnya selalu saja seperti ini. Kenapa tidak di tolak saja?

"Kenapa gak lo tolak si ndri?"

"Gue butuh duit."

Ketiga sahabatnya menoleh secara bersamaan menatap tidak percaya ke arah andrian.

Butuh duit. Katanya.

"Waras gak lo? Duit udah tujuh turunan gak bakal abis begitu, lo bilang butuh duit?"

"Bukan duit gue."

"Mau duit. kerja lah"

"Males!"

"Balap lebih enak. Ya gak ndrii" kata brayen, seraya menepuk pelan bahu tegap milik andrian.

Andrian menganggukan kepalanya lalu terkekeh pelan.

Jerremy yang merasa tidak ada pembelaan hanya diam dengan wajah malas.

"Dah. Lah dari pada disini sama lo, lo pada mending gue apel ayang mbeb." Kata jerremy seraya menujuk satu persatu sahabatnya. Dan berlalu pergi begitu saja.

"Cih, kek punya pacar aja lo babi!" Gumam brayen, merasa tidak terima jika sahabatnya punya pacar. Entah karena apa itu.

"Btw. Gue denger denger sini sekolah kita ada anak baru," tanya brayen kepada rival. Rival yang di tanya hanya menganggukan kepalanya.

"Siapa namanya tuh?" Dengan jahil brayen malah mencolek dagu rival dengan gemas, dan hal tersebut langsung di tepis kasar oleh sang pemilik.

"Jaga tangan lo!"

"Baru dagu, bukan itunya!"

"Btw. Namanya siapa, lo pasti taulah secara kan lo tau semua tentang sekolah ini."

"Gabriella sallsabilla,"

Deg

Jantung andrian entah kenapa berdetak cepat saat mendengar nama tersebut, nama yang tidak asing menurutnya, dan sangat familier.

"Gue butuh data!" Celetuk andrian tiba tiba.

"Data apa maksud lo?"

"Anak baru."

"Tu-"

"Gak usah banyak bacot!"

"Ck."

Brayen menatap andrian intens, ada apa gerangan dengan sahabat kutub nya ini, tidak biasanya seperti ini.

Andrian berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan gudang, dirinya terus memikirkan siapa orang pemilik nama tersebut. Jika benar dugaanya bahwa orang tersebut adalah masalalunya maka jangan harap andrian akan melepaskan begitu saja.

𝐀𝐍𝐃𝐑𝐈𝐀𝐍 [ 𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang