20. ANDRIAN-STYLE CRAVINGS [ 1 ]

10.4K 580 18
                                    

Dengan geram billa meraih kerah baju andrian untuk di pakaikan dasi, cowok itu tadi tidak mau memakai dasi nya dengan alasan risih. Tapi billa tetap billa tidak mau menerima alasan apapun dari cowok itu.

"Sayang! Mah. Enggak mau ya pake gini-ginian." Celetuk andrian menatap tangan billa yang terus trampil memasangkan dasi di kerah bajunya.

"Kenapa hari ini, hari senin andrian! Kamu harus rapih bukan kaya mau tawuran!" Omel billa. Entah lah kenapa sekarang dirinya menjadi cerewet seperti ini.

Cowok itu menghembuskan nafasnya pelan, meraih pinggang ramping billa lalu sedikit menunduk agar istrinya lebih mudah memasangkan dasi nya.

"Nah! Udah siap." Kata billa. Tanganya masih bergerak merapihkan seragam milik andrian.

Billa tersenyum manis menatap andrian dari atas sampai bawah. Andrian yang di tatapan seperti gugup seketika, ia menggaruk kepalanya merasa bingung. OH jangan lupakan jantungnya yang sudah berdetak kencang.

"Kalo begini terus kan rapih. Sayang liat papah kamu gantengkan?" Tanya billa kepada anaknya, ia mengusap perutnya dengan senyum-senyum sendiri.

Cowok itu memalingkan wajahnya yang sudah memerah, tidak menyangka bahwa billa akan berkata seperti itu.

"Jangan mati ... jangan mati ... "

Batin andrian, ia menyentuh dada nya yang terasa di tonjok-tonjok.

Karena sudah siap dengan pakaian sekolahnya, billa dan andrian kini sudah memasuki mobil dan bersiap untuk berangkat kesekolah.

Oh iya setelah pernikahan mereka. Mereka berdua masih tinggal di rumah orang tua billa, karena billa belum mau pindah rumah. Dan andrian cukup tau untuk itu, makanya lelaki itu memberi waktu kurang lebih satu minggu untuk billa tetap dirumah itu. Nanti setelah satu minggu mereka akan pindah ke apartemen andrian.

●●●●

"Apaan?"

"Ceritain!" Seloroh brayen menduduk paksa andrian di bangku cowok itu sendiri.

"Apa?"

"Yang kemarin!" Ujar jerremy. Cowok itu sudah memeggang balok kayu yang entah di dapat dari mana.

Andrian menganggukan kepalanya paham.

"Emang penting buat lo berdua?"

"Wah minta di cipok nih bibir!" Ucap brayen menyentil bibir andrian yang baru saja berucap seperti itu.

Rival sedari tadi hanya diam menatap mereka bertiga, karena ia sudah tau jadi ia hanya diam.

"Kapan-kapan gue cerita kalo gak sibuk." Katanya enteng.

"Lah. Lo sekarang diem bae gak sibuk mending lo cerita sama gue!" Paksa brayen. Cowok itu sudah seperti mati penasaran.

Cowok itu hanya menatap malas sahabatnya.

"Nanti aja. Disini bahaya!"

Brayen bertepuk tangan, akhirnya rasa penasaranya sebentar lagi akan musnah.

Jerremy mengamati andrian dari atas sampai bawah, dari bawah lagi lalu ke atas. Ia memeggang dagu nya seperti berfikir, cowok itu menatap manik andrian tepat di depan wajah cowok itu.

"Yang sudah beristri mah beda ya?" Kata jerremy.

"Wangi, rapih dan semakin tampan!" Sambungnya lagi lalu tersenyum meledek.

"UUhhh tampan." Sahut brayen.

"San--"

"LINDU!"

"LINDU KEMBALIIN SEMPAK GUE GOBLOK!"

Brak

"YEN ... BRAYEN TANGKEPIN LINDU YEN! DIA BAWA SEMPAK GUE ANJING!"

Brayen yang namanya di bawa-bawa langsung menegakan tubuhnya lalu ikut mengenjar cowok hitam manis yang sedang berlari membawa sebuah gulungan yang dirinya yakini sebuah sempak.

"WLEEE! SEMPAK NYA IJO GAMBARNYA DORA!" Ledek cowok hitam manis itu yang di sebut-sebut dengan nama lindu.

"ANJ- LO NDU! BALIKIN GAK."

"BENTAR LAGI BEL NDU! GUE BELUM PAKE SEMPAK GOBLOG!" Rasanya tingting ingin menagis saja sekarang. Mana lagi sebantar lagi upacara dan dirinya belum menggunakan sempak. Ia hanya menggunakan celana saja.

Dan untuk kenapa sempaknya bisa di lepas. Ck! Entalah saya pun tidak tahu bagaimana ceritanya.

"MINGGIR GAK LO! MINGGIR!" Teriak lindu. Karena brayen menghalangi jalannya.

"LO JANGAN IKUT CAMPUR BRAYEN!"

"Wah malah nantang nih anak!" Ujar lindu. Menatap brayen yang terus berjalan mendekat seperti om om yang ingin menerkam prawan.

"HAYOLO KENA BULUNGNA!" Pekik lindu senang.

Cowok itu tadi mencomot burung brayen dari depan.

"OASU! BANGSAT LO NDU!"

"MAMPUS LO! MAKANYA JANGAN MAIN-MAIN SAMA GUE! KE GEP KAN BULUNG LO!" Katanya. Setelah itu berlari dengan tingting yang terus mengejarnya dari belakang.

"Korban pelecehan!" Gumam jerremy yang tadi benar-benar melihat burung brayen di comot dengan sadisnya.

"Gue memiliki dendam pribadi sama tuh orang!" Seru brayen dari arah pintu depan.

"MAS BRAYEN BULUNGNA GEDE!"

"WOYLAH ANJING!"

●●●●

Andrian menatap penuh minat ke arah sosis bakar yang di jual di pinggiran jalan. Pedagang kaki lima, ia meneguk ludahnya saat melihat saus yang meleleh di atas sosis tersebut.

Menatap kesamping, ada billa yang sedang minum boba nya. Tadi setelah pulang sekolah. Cewek itu katanya ingin minum es boba dan andrian dengan senang hati menurutinya, karena ia tau pasti billanya sedang mengidam.

"Bill!" Panggil andrian menggoyangkan lengan billa.

"Apa? ... Mau?" Tanya billa. Andrian menggeleng.

"Mau itu," andrian menunjuk pedagang osis dari dalam mobilnya.

"Yaudah ayo beli." Tapi andrian malah menggeleng tidak mau.

"Kenapa kan katanya mau itu. Yaudah ayo beli."

"Belinya bukan disini!" Kata andrian.

Billa paham. Lalu bertanya lagi

"Mau dimana, di tempat lain. Yaudah ayo" tapi cowok itu menggeleng lagi.

"Lah terus gimana?"

"Mereka bawa pulang! Nanti belinya dirumah, nanti kalo udah beli di suruh balik lagi kesini." Ucap andrian enteng. Ia terus menatap penuh minat ke arah osis bakar.

" Astaga! "

𝐀𝐍𝐃𝐑𝐈𝐀𝐍 [ 𝐎𝐍 𝐆𝐎𝐈𝐍𝐆 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang