1. Awal Kisah

20.7K 1K 79
                                    

Selamat membaca^^




"REVAN!! ASTAGAH LO KALAU JALAN TUH PELAN DIKIT BISA NGGAK?!"

Teriakan menggelegar tersebut membuat orang yang berada di sekitar tempat itu langsung menatap keributan yang tengah terjadi antara Debi dengan seorang laki-laki yang bernama Revano Aldryan, pasangan yang baru saja meresmikan hubungan mereka sejak 2 hari yang lalu.

Revan tidak peduli dan justru terus melanjutkan langkah kakinya tanpa memperdulikan Debi yang wajahnya memerah karena menahan kesal.

"Bener-bener ya tuh cowok!" Gerutunya saat dia memutuskan untuk berhenti dan menatap punggung pacarnya yang kian lama semakin menghilang dibalik tembok.

Debi yang kesal langsung berbalik begitu saja tanpa melihat kondisi di sekitarnya, alhasil dengan tidak segaja dia menabrak seseorang. Kepalanya terkena dagu orang itu sehingga membuatnya oleng dan terjatuh.

"WOI SIALAN! MATA LO KEMANA!?" Bukannya meminta maaf justru Debi malah memaki orang yang tidak bersalah tersebut sembari memegangi kepalanya yang sakit.

Cowok itu hanya menatap sekilas dan tanpa membalasnya lalu dia pergi begitu saja. Karena dia melihat tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari gadis itu, lagipula perempuan yang ada di hadapannya ini seperti singa yang sedang mengamuk.

"WOII NYEBELIN BANGET LO JADI COWOK!" teriaknya lagi.

"Nggak Revan, nggak tuh cowok semuanya nyebelin! Emang dasar cowok tuh nyebelin semua!"

Hentakan kakinya sebagai tanda dia benar-benar dalam mode kemarahan tingkat tinggi. Siapa saja bisa dia maki dan dia hujat sepuasnya. Lagipula, siapa yang berani melawannya? Dia berasal dari keluarga Hardikusumo anak dari salah satu pemilik saham di sekolah.

Di dalam kelas, Debi duduk di bangku paling pojok belakang. Ada Jane sahabat satu-satunya yang dia punya. Karena yang betah dengan sifatnya hanyalah Jane.

"Kenapa, Deb?" tannya Jane saat dia sadar kalau sahabatnya sedang tidak baik-baik saja.

"Biasa," jawab gadis itu sembari mengusap wajahnya dengan kasar.

"Revan lagi?" tebak Jane dan mendapat anggukan samar dari gadis itu.

Jane menghela nafasnya, "gue udah bilang kan, jangan buru-buru terima si Revan. Lo tau sendiri kalau dia mantannya banyak," kata Jane.

"Aduh Jane...." Debi menghela nafasnya lalu menyentuh pundak Jane. "Orang bisa berubah seiring berjalannya waktu kan."

"Lo terlalu banyak baca novel sih, jadi halu kan. Lo lupa kalau kelamaan nggak nyadar, lo justru yang ke bunuh dengan statement lo sendiri. Lo nggak bisa merubah karakter seseorang sesuai dengan kemauan lo," kata Jane mengingatkan.

Debi justru tertawa. "Gue bisa kok, lagian apa yang nggak gue bisa coba? Revan itu pacar gue, jadi gue berhak buat ngatur dia."

"Jangan terlalu ngatur, Deb. Revan masih pacar kali, bukan suami lo." Jane tertawa.

"Coming soon,"

"Anjirr, yaudah buruan lo kerjain tugas. Bu Mariska bentar lagi masuk." Jane menyuruh Debi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Mariska satu minggu yang lalu.

"Tenang aja, gue udah ngerjain. Jadi lo tinggal bangunin gue aja nanti kalau Bu Mariska datang. Ngantuk banget habis ngedrakor semalem, mau tidur dulu." Seolah tidak peduli dengan Jane, Debi pura-pura menguap dan memposisikan dirinya di posisi yang paling nyaman untuk tidur.

Jane hanya bisa geleng-geleng kepala, sahabatnya itu memang tidak pernah berubah dari dulu. Tetap saja manja, dan tidak mau diatur. Mungkin itu sudah bawaan dari diri Debi yang termasuk anak manja, sudah berulang kali Jane berusaha untuk menasehati Debi tapi gadis itu seolah kebas dengan tuturannya. Hanya kecil kemungkinan kalau perkataannya didengar Debi. Ibunya saja sampai kepalang dengan tingkah anaknya.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang