Sebuah bangunan apartemen kecil 2 lantai yang sudah terlihat tua, cat-catnya sudah mulai mengelupas begitu juga dengan anak tangga yang terbuat dari kayu yang mulai lapuk, tampak tidak layak untuk di huni. Tetapi karena letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit akhirnya Sakura memilih tinggal di sana, harga sewa yang ditawarkan juga sangat murah dibandingkan apartemen lain. Sakura juga tidak keberatan untuk tinggal di lantai 2 dan bertetangga dengan sang pemilik apartemen, Nenek Koharu, yang tinggal dibawahnya.
Hari ini gadis merah muda itu tidak berangkat ke rumah sakit seperti biasa, karena ia sudah menukar shift kerjanya untuk hari yang penting. Pagi masih belum berlalu, Sakura sudah rapi dan bersiap untuk pergi, tapi ia dikejutkan dengan suara ketukan dari pintu depannya. Gadis itu membukanya dan tercengang melihat gadis berambut pirang yang sebaya dengannya sudah berdiri di depan pintu dengan membawa 2 buket bunga Lili putih.
"Ino? Sedang apa kau di sini?"
"Kau mau mengunjungi Paman dan Bibi, ya?" tanya Ino.
"Iya, aku baru mau pergi," sahut Sakura.
"Ayo, kita pergi bersama. Aku juga ingin mengunjungi orangtuamu," ajak Ino yang tampak bersemangat.
"Heh? Kau mau ikut?"
"Iya, aku juga merindukan mereka," jawab Ino lirih.
Sakura menyetujuinya, lalu keduanya pergi ke tempat orangtua Sakura berada sekarang. Tempat itu cukup jauh dari tempat tinggalnya saat ini, tapi tidak mengurangi kerinduannya pada ayah dan ibu yang sudah tidak bisa lagi ia lihat.
Kedua orangtua Sakura sudah meninggal 2 tahun yang lalu, tepat 1 minggu setelah Sakura ditempatkan sebagai dokter residen di ruang UGD Konoha Hospital. Keduanya meninggal saat terjadi kebakaran besar di rumah mereka. Waktu itu Sakura sedang mendapatkan shift malam, dan dia sangat terkejut waktu ambulans datang dan membawa ayah serta ibunya yang sudah tidak sadarkan diri ke UGD.
Sang ayah sudah lebih dulu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit, sementara ibunya menyusul 1 jam kemudian. Hingga kini memori pahit itu tidak pernah hilang dari ingatan gadis itu. Setelah kejadian itu, Sakura pindah ke apartemen yang ia tempati sekarang, karena rumahnya memang sudah habis terbakar dan hanya menyisakan sedikit barang yang Sakura bawa bersamanya.
Ino mencari tempat yang tepat untuk parkir mobilnya, lalu mereka berdua menyusuri jalan kecil di tengah lahan yang sangat luas. Keduanya berhenti di depan 2 buah batu nisan yang bertuliskan Kizashi Haruno dan Mebuki Haruno, Sakura meletakkan bunga Lili yang tadi di bawa oleh Ino di atas makam keduanya, air matanya langsung menetes. Meski 2 tahun sudah berlalu, tapi rasa kehilangan Sakura masih begitu pedih ia rasakan.
Ino dan Sakura menundukkan kepala dan mendoakan orangtua Sakura yang telah tiada, Ino langsung merangkul Sakura yang sudah tidak mampu lagi menahan kesedihannya, air matanya tumpah di dalam pelukan Ino. Gadis bermanik aquamarine itu juga tidak bisa menahan kesedihannya melihat sahabat karibnya menangis.
Setelah dari pemakaman, Ino mengajak Sakura untuk makan, walaupun harus memaksa karena Sakura selalu menolak.
"Apa rencanamu hari ini?" tanya Ino sambil menikmati Udon yang tadi ia pesan.
"Tidak ada, aku mau pulang dan istirahat," jawab Sakura seraya menyeruput Ocha hangatnya.
"Aku rasa kau memang butuh banyak istirahat, lihat saja tubuhmu semakin kurus. Kau dokter yang merawat orang sakit, tapi malah mengabaikan kesehatannya sendiri," sahut Ino, Sakura hanya tersenyum.
Keduanya menghabiskan makanan mereka lalu kembali ke tempat tinggal Sakura. Setelah sampai, Sakura keluar dari dalam mobil diikuti Ino, gadis pirang itu bahkan mengikutinya sampai di depan pintu rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love 🌸
FanfictionSasuke adalah seorang anggota pasukan khusus bernama Anbu yang memiliki sifat arogan dan tidak peduli dengan sekitarnya, sementara Sakura adalah dokter yang terkenal sangat ramah dan hebat, tapi memiliki memori yang menyedihkan. Keduanya bertemu dal...