Sasuke membuka matanya dengan gelisah, sudah dua hari dirinya tidak bisa tidur nyenyak meski sangat mengantuk. Dan masalah ini di mulai sejak Sasuke pulang setelah bertemu dengan Sakura di kafe. Pemuda itu bangun dan beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setidaknya dinginnya air bisa sedikit menyejukkan kepalanya.
Setelah memakai seragamnya, Sasuke meninggalkan gedung apartemen tempat tinggalnya dengan mengendarai motor. Begitu sampai di markas ANBU, Sasuke langsung di sambut dengan senyuman lebar khas Naruto, tetapi laki-laki dingin itu mengabaikannya.
"Hey, ada apa dengan ekspresi wajahmu itu?" tanya Naruto, tapi temannya tidak menjawab.
"Hey, Sasuke! Kenapa pagi-pagi kau sudah begini? Memangnya aku punya salah padamu?" Naruto masih pantang menyerah berbicara dengan Sasuke, dia terus mengikuti Sasuke.
"Pergilah, jangan menggangguku!" hardik Sasuke.
"Tunggu! Apa ini ada hubungannya dengan Sakura? apa kalian bertengkar?"
"Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu kan? Aku mau berangkat untuk melaksanakan misi!," jawab Sasuke dengan ketus.
Naruto mengerutkan dahinya, sepertinya mood buruk Sasuke memang berhubungan dengan Sakura. Sebenarnya ia tahu untuk tidak mengganggu Sasuke saat laki-laki itu sedang berada dalam dark mode, tapi tetap saja ia tidak bisa membendung rasa penasarannya.
"Sasuke, apa kau sedang patah hati?" Naruto bertanya dengan hati-hati, ia juga sedikit menjaga jarak dari Sasuke.
Sasuke berhenti, ia sedikit menoleh ke belakang sambil berusaha menahan emosinya.
"Berhentilah mengurusi urusan orang lain, dan fokus saja dengan tugasmu, Naruto!" sahut Sasuke lalu pergi meninggalkan markas diikuti oleh Kiba yang menjadi partnernya dalam tugas kali ini.
Sasuke dan Kiba berjalan menuju mobil dinas yang akan mereka gunakan. Sasuke menyerahkan kunci mobil agar Kiba yang menyetir karena saat ini pikirannya sedang kacau.
"Aku tidak mengerti mengapa mereka menyebutnya patah hati? Rasanya bukan hanya hati tapi setiap bagian dari tubuhku patah semua," batin Sasuke, ia berusaha mengendalikan pikiran dan emosinya serta mengabaikan perasaan kecewa di dalam hatinya.
🌸🌸🌸
Sudah dua hari Sakura melihat Tenten berada di sisi ranjang rumah sakit menemani Neji yang masih di rawat. Tenten hampir tidak pernah meninggalkan sang suami kecuali untuk hal-hal yang mendesak. Biasanya setelah memeriksa keadaan Neji, Sakura langsung meninggalkan kamar pasien, tapi hari ini dia duduk di samping Tenten yang masih setia mendampingi suaminya. Dia mengusap punggung sahabatnya itu dengan lembut, mencoba membagi kekuatannya untuk Tenten.
"Terima kasih, Sakura. Kau, Hinata dan Ino sudah memberikan kekuatan dan dukungan untukku," ucap Tenten lirih.
"Itu gunanya teman kan? Saling berbagi dan saling menguatkan," sahut Sakura lembut.
"Padahal kemarin Neji sudah membuka matanya, tapi sepertinya kondisinya masih lemah," kata Tenten.
"Dia hanya butuh lebih banyak istirahat, kau tahu kan bagaimana sibuknya dia ketika sedang sehat," hibur Sakura.
"Tenang saja, Tenten, kondisi Neji sekarang sudah sangat membaik. Dia akan segera pulih," tambah dokter muda itu, Tenten hanya mengangguk.
"Bagaimana kabarmu, Sakura? aku dengar beberapa hari yang lalu kau di serang oleh orang gila di dalam lift, memang apa yang sebenarnya terjadi?"
"Aku juga tidak tahu, orang itu tiba-tiba menyerangku di dalam lift, tapi untungnya ada Sasuke yang menolongku," jawab Sakura.
"Sasuke? Kenapa dia ada di rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Love 🌸
FanficSasuke adalah seorang anggota pasukan khusus bernama Anbu yang memiliki sifat arogan dan tidak peduli dengan sekitarnya, sementara Sakura adalah dokter yang terkenal sangat ramah dan hebat, tapi memiliki memori yang menyedihkan. Keduanya bertemu dal...