26. CLUE

951 107 4
                                    

Beberapa hari sudah berlalu sejak kejadian malam itu di rumah Sakura, tapi belum ada kabar apapun yang ia terima dari pihak kepolisian. Bahkan Sasuke juga belum menghubunginya, mereka terakhir bertemu saat Sasuke mengantarkan Sakura ke kantor polisi untuk membuat laporan.

Hari ini Sakura bangun lebih pagi, ia membersihkan rumah dulu sebelum berangkat ke rumah sakit. Setelah semua rapi, ia baru mandi dan bersiap untuk berangkat kerja. Gadis itu memilih kemeja lengan panjang berwarna peach dengan motif bunga di padukan dengan celana panjang warna hitam, sedangkan rambut merah mudanya hanya ia ikat ekor kuda.

"Semoga hari ini menjadi hari yang lebih baik di tempat kerja," doa Sakura sebelum ia melangkahkan kakinya keluar rumah.

Begitu sampai di tempat kerja, Sakura bergegas memeriksa semua laporan medis dari pasien-pasiennya, tapi raut wajahnya langsung berubah saat melihat hasil pemeriksaan salah satu pasiennya yang masih anak-anak.

"Ternyata dugaanku benar, ada tumor di tubuh Hiashi," gumam Sakura sambil membaca laporan yang sudah ia terima itu.

"Huh, awal hari yang tidak terduga," Sakura menghela napas lalu beranjak dari ruangannya menuju ruang rawat.

Sakura memulai aktivitasnya di gedung UGD yang menjadi tempat kerjanya beberapa tahun ini. Banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di pagi hari itu karena kemarin ia sudah cuti selama 2 hari. Setelah selesai memeriksa semua pasiennya, Sakura kembali ke ruangannya.

Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya yang cukup empuk, tangannya memeriksa ponsel yang sejak tadi ia simpan di saku jas dokternya saat bekerja.

"Hmm, kenapa belum ada kabar apapun dari kepolisian, ya?"

"Sebenarnya siapa orang yang masuk ke rumahku? Apa yang dia cari?" gumam Sakura, ia terus mengulang pertanyaan itu sejak beberapa hari yang lalu.

Ia mencoba mengingat-ingat dan merangkai semua petunjuk yang ia tahu berharap bisa menemukan jawabannya. Akan tetapi, ia kembali sadar dari lamunannya saat terdengar sesuatu dari pengeras suara.

"Kode biru! Kode biru!"

"Korban kecelakaan yang mengalami henti jantung paru dibawa ke Ruang Operasi 1!"

Sakura bergegas ke ruang operasi, ia terkejut melihat kondisi pasien. Kaki pasien benar-benar hancur.

"Jantungnya tidak berdetak," kata seorang dokter wanita yang merupakan Dokter Kepala di gedung UGD sekaligus senior Sakura.

"Sakura, ambil defibrilator! Kita harus membuat jantungnya berdetak," perintah wanita bernama Yugao itu ketika melihat Sakura datang.

Dokter Yugao melakukan CPR saat Sakura menarik troli defibrilator, ia langsung menyingkir saat Sakura membuka pakaian pasien dan menyemprotkan gel dingin.

"Berikan paddle defibrilator padaku!" perintah Yugao pada perawat yang ikut membantu di ruangan itu.

Perawat itu memberikan paddle defibrilator itu pada Yugao, sementara Sakura mengatur tegangannya. Yugao menempelkan paddle ke dada pasien dan tubuh pasien itu mulai mengalami kejang. Monitor jantung kembali berbunyi, detak jantung pasien kembali, cepat tapi konstan.

"Pasien stabil, tetapi napasnya masih lemah. Dia akan tersedak," kata Yugao setelah mengamati layar monitor jantung dan keadaan pasien.

"Kita harus melakukan intubasi, itu akan membantu napasnya teratur," sahut Sakura seraya memasang alat intubasi.

Prosedurnya sukses, kaki pasien yang hancur juga sudah ditangani dengan baik. Sakura berjalan keluar dari ruang operasi dengan lelah, Yugao berjalan di sisinya.

Destiny of Love 🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang