Istri kecil nakal

668 22 0
                                    

“Cape Mas, mau kapan ke rumah Ayah Buna. Apa besok aja.”

“Sore aja.”

“Mas ngak cape?”

"Insya Allah"

“Caffe gimana Mas?”

“Ada Billy.”

“Rumah?”

“Nanti saya sewa asisten buat selama kita nggak dirumah.”

“Makasih Mas, akh Serra udah nggak sabar kebandung ketemu teman-teman Serra.”

Di tengah-tengah gadis mungil itu membereskan tubuhnya ponsel berwarna hitamnya berdering menandakan telepon masuk, ia menyuruh Kahfi untuk mengambil ponselnya dan melihat siapa yang meneleponnya.

Nomor tidak di kenal.

Serra mengernyitkan keningnya hingga membentuk kerutan ketika melihat nomor tidak di kenalnya yang tertera di layar ponselnya, dengan buru-buru ia mengganti bajunya persetan jika tubuhnya di lihat suaminya toh sudah sah dan ini dalam keadaan genting karena takut nomor meneleponnya penting karena biasanya kalau nomor tidak di kenal terus menelpon lebih dari 3 kali kemungkinan ada 2 penipuan atau seseorang terdekat kita ingin meminta tolong kepada kita dengan ponsel orang lain.

“Assalamualaikum Serra.”

“Waalaikumsallam, siapa ya?” jawaban Serra membuat suaminya menoleh lalu menghampiri gadis mungilnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya. Ia harus tau dengan siapa istri mungilnya berbicara.

“Wah parah lupa sama sahabat sendiri. Ini gue Dina, yang di Bandung.”

“Astagfirullah, afwan. Dina! Masya Allah nggak yangka bisa calling-caling ngan lagi. Kemana aja kamu Din?”

Serra mengkomat kamitkan mulutnya kepada suaminya dengan mengucap “Dina temen Serra di Bandung.” Kahfi mengangguk setidaknya ia telah tau siapa istrinya berbicara dan yang paling penitng bukan seorang laki-laki.

“Kamu yang kemana aja. Tau-tau udah nikah.”

“Tau darimana Din?”

“Kan Ayah Buna kamu nyebar undangan syukuran. Ya kita semua kaget.”

“Heheheh Maaf.”

“Kenapa nikah nggak ngundang. Parah nih sahabat sendiri di lupain, save nomor pun nggak.”

Gadis mungil itu tertawa sedangkan Kahfi memilih pergi biarkan istrinya dengan luwes sesi kangen-kangenan dengan teman di tempat tinggalnya, “maaf ya Serra nggak bermaksud. Serra nikah juga cuman keluarga deket Serra sama Mas Kahfi karena kita berdua masih sekolah Din. Soal nomor, maaf ya Serra jarang pegang hp fokus sama rumah sama sekolah.”

“Waduh nikah muda amat nih temen gue. Kenapa kebobolan?”

“Enak aja nggak lah. Suami Serra nggak mau zina.”

“Asik, jadi agamis banget nih.”

“Alhamdulillah, insya allah Dina.”

“Btw ya, lo punya kenalan nggak yang ahli fotografer gitu. Ala-ala prewedding buat foto endorse gue, tau sendiri Bandung nggak secanggih Jakarta tapi yang murah ya. Nggak ada duit gue.”

Serra berpikir-pikir seraya menoleh kepergian suaminya dengan membawa beberapa kameranya, gadis itu tersenyum , “hmm, Mas suami Serra bisa tuh.”

“Ululu Mas suami, kenapa nggak Aa atau Kang atuh Ra.”

“Nggak mau sama ah sama yang lain. Serra mau beda.”

“Yaudah iya iya, tapi beneran Mas suami-mu itu bisa? Jago foto-foto gitu?”

KARRA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang