Kini sudah pukul 19.00 malam waktunya untuk tidur karena mengingat betapa letihnya hari ini karena tidak menyangka yang datang ke acar tasyakurannya sangat banyak. Serra dan Kahfi meminta izin untuk ke kamar karena sudah lelah.
Posisi kamar Serra jauh dari kedua kamar orang tua dan Sanna berada di belakang menghadap taman dengan pintu kaca jadi bisa tidur dengan melihat teman dengan lampu dan sedikit binaran cahaya dari bintang di langit.
Rumah Serra sederhana tanpa tingkat tidak besar dan tidak kecil.
“Mas jangan kaget ya sama rumah dan kamar Serra. Kecil Mas maaf.”
“Nggak papa.”
Tiba di depan pintu berwarna bening kaca menghadap ke bangku taman Kahfi terkejut dengan kamar milik istrinya yang sangat nyaman dan unik, “saya suka.”
“Suka apa Mas,” balas Serra yang sibuk membuka pintu berlapis kaca miliknya.
“Kamar kamu."
“Iya Mas, ayuk masuk.”
Kahfi masuk dengan langkah kaki perlahan, kesan pertama yang ia lihat unik kamar dengan nuansa coklat dan aroma seperti biasa gadis itu ‘minyak telon baby’ tidak pernah hilang dari indra penciuamannya selaam gadis itu berada di sampingnya.
Tempat tidurnya hanya muat satu orang tetapi bisa dua orang jika badannya kecil dengan menghadap ke pintu kaca yang sudah terhias bangku taman dengan bintang yang sedikit terlihat.
Kahfi di buat takjub dengan kamar yang sangat simple namun sangat nyaman jika di pandang apalagi di buat tidur pikirnya, kamar yang tidak terlalu besar dengan nuansa serba putih sangat memanjakan mata.
Cowok itu bergerak menghadap ke kiri tempat dinding berlatar abu-abu yang beda sendiri dengan penuh foto-foto masa kecil hingga SMA nya saat di bandung sebelum pindah ke jakarta.
Cowok itu mengulas senyum kecinya melihat tubuh kecil istrinya yang sudah dari dulu memiliki tubuh yang sangat mungil itu, “dari dulu kecil aja ya badannya.”
“Biarin yang penting Serra sehat terus ada yang mau. Terbukti nggak semua lelaki suka yang semok-semok.”
“Ternyata ini yang kamu maksud.”
Kahfi melangkahkan kakinya sedikit lebih maju lalu berjinjit untuk melihat di paling atas untuk melihat sebuah foto dengan pakaian sangat terbuka di bandingkan foto yang sebelumnya, cowok itu mematung memandangi sosok di dalam foto tersebut.
“Maaf. Serra dulu sangat nakal sampai buat Ayah sama Buna benci sama Serra.”
Kahfi membalikkan badannya melihat tubuh lesuh istrinya dengan kepala di tundukkan, cowok itu merengkuhnya, “semua orang memiliki masa lalu yang buruk. Nggak masalah bagi saya, saya pun dulu buruk. Yang terpenting kan kita sudah di jalan yang benar.” Serra mengangguk.
“Kamu nggak takut kalau nggak ditutup?”
“Nggak Mas, tapi kalau abis nonton setan Serra tidurnya bukan disini tapi kamar Buna.”
“Loh?"
“Serra nggak mau kalau lagi merasakan hal-hal mistis di kamar Serra, jadi sebelum terjadi Serra pindah. Daripada Serra pindah kamar.”
“Takutan banget ya.”
“Iyalah, serem Mas. Yaudah bentar Serra rapihin tempat tidur, maaf ya Mas tempat tidurnya kecil.”
“Nggak papa. Saya mau ke taman ya.”
“Iya, oh iya Mas mau pake penghangat nggak? Bandung dingin kalau malam, nanti nggak bisa tidur kan kita besok mau foto-in Dian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRA (COMPLETE)
Teen FictionSeorang laki-laki yang berteman dengan hasutan setan penuh dengan gelap hidupnya mulai menemukan titik cahaya terang yang merupakan jalan Allah, menemui untuk mendapatkan keyakinan dirinya lalu menggapai hidayah yang sudah lama ia hempas. Hidupnya...