Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tafadholy membaca 🌿
Dengan kecepatan yang sangat cepat mobil dengan warna hitam pekat membelah jalan raya hingga mungkin di luar sana tengah sedang melihat angin sekelebat lewat karena terlalu kencang pacuan gas yang di kemudikan cowok yang kini tengah terus tersenyum dengan binaran yang terhias di manik matanya.Tak perlu waktu yang lama untuk menuju rumah Karina dan Ginajar orang tua mereka saat tiba di depan perkarangan rumahnya dengan sangat terburu-burunya hingga mobilnya ia parkir di luar karena penjaganya terlalu lama membuka pintu untuk kendaraannya masuk.
Dengan sangat cekatan cowok itu membuka sabuk lalu knop pintu dengan cepat keluar dari mobil seraya berlari menuju pintu putih besar membuka pintu dengan perasaan berkecamuk yang entah di namakan apa perasaan ini.
Penjaga pagar milik rumahnya yang biasa di panggil Pak Paijo menatap bingung anak majikannya yang sangat terburu hingga tidak mengetahui dirinya tengah berada di dekatnya, sedangkan cowok itu sebenarnya mengetahui bahwa sudah terdapat pria paruh baya yang sedari tadi hendak ingin membuka pintu lalu di cegah olehnya karena kelamaan namun ia tidak sama sekali mengucap salam atau bertegur karena kini tujuannya hanya tertuju dengan satu yaitu ingin menemui istrinya agar di maafkan apa yang ia lakukan 10 hari yang lalu atau tepatna 1 minggu 2 hari yang lalu.
Tapi sebelum ia masuk ke pintu besar klasik itu Kahfi menoleh terhadap Paijo yang menatapnya dengan bingung, "Assalamualaikum Pak Paijo. Maaf Saya buru-buru."
Ucapan cowok itu langsung di jawab Paijo dengan berbarengan wujud Kahfi menghilang dengan cepat di hadapannya membuat pria paruh baya itu tersenyum, tentu ia mengetahui anak majikannya kenapa terburu-buru karena ia mengetahui bahwa anak majikannya tidak kerumah selama beberapa hari dan tidak menemui istrinya yang sangat ramah itu sampai saat istri anak majikannya tinggal disini gadis mungil bernama Serra itu selalu menemaninya selama menjaga rumah besar milik Karina dan Ginanjar karena kebetulan gadis mungil itu seraya berkebun.
Kahfi dengan langkah besar melangkahkan kakinya yang panjang itu menuju ruang tengah dan menemui Karina yang sedang terduduk membaut perasaannya berdenyut, ia salah menyakiti istrinya itu sama saja ia menyakiti perasaan Karina yang merupakan ibu yang sangat hebat bagi hidupnya untuk dunia dan akhirat.
Cowok itu langsung mendekat seraya mendekap Karina memeluknya sangat erat hingga tanpa cowok itu sadari bulir yang sudah ia tahan turun di wajah tidak terurusnya membuat perasaan Karina meluruh ikut sedih dengan keadaan putranya.
"Umi—Maafin Kahfi, Kahfi pengecut nggak berani ke rumah ini untuk menemui Umi, Abi dan Nenek dan mengakui kesalahan selama ini."
"Sayang,"
"Kahfi kalut Umi, Kahfi bodoh terlalu percaya sama orang itu Umi, Kahfi juga terlalu fokus mencari keberadaan Serra 10 hari ini tanpa bisa berpikir jernih clue dari sahabat Serra kalau istri Kahfi berada di rumah ini Umi."
"Kahfi, sayang dengerin Umi."
Karina melepaskan pelukannya hingga merenggang lalu menatap wajah berantakan tidak terurus anaknya, perempuan paruh baya itu menatap sendu di balik ke iba—an–nya. Lalu tangannya yang masih mulus menangkup membingkai wajah tirus cowok itu mengelusnya dengan lembut tanpa perduli tangannya tertusuk dengan bulu halus tajam putranya.
"Umi—0Kahfi bodoh selama ini karena terlalu percaya dan terpancing emosinya, padahal dia itu mantan yang Serra udah katakan bahwa dia mantan tidak baiknya. Kahfi sangat bersalah telah tidak percaya dengan Serra dan berbuat sesuatu hal kasar sama istri kahfi Umi—"
Karina tersenyum menatap wajah putranya dengan buliran air mata yang tidak kuat ia penjarai, "Umi sudah mendengar ceritanya dari Serra, Sayang. Serra anak yang baik, dia tidak mengadu kepada orang tuanya justru sangat unik dan jarang ada seseorang yang mengadu masalahnya dengan orang yang bersangkutan. Sangat mulia dan berani, beruntunglah kamu sayang."
Karina sudah mengetahui hal yang terjadi secara detail dari mulut menantu cantiknya saat Serra tiba di rumah ini dengan tangisan dan wajahnya yang memerah seraya membawa bukti dari rumah sakit bahwa yang di katakan dan du tuduhkan putranya bahwa ia tidak perawan oleh seorang laki-laki yang memang mengaguminya itu tidak benar.
Perempuan paruh baya itu sudah paham kenapa menantunya tidak ingin memiliki anak ini selain ingin berkuliah dulu agar anaknya mendapatkan orang tua yang berpendidikan namun ada hal lain lagi. Ia masih ingat sekali apa yang di ceritakan menantunya saat datang menemuinya.
"Umi, Kahfi udah salah paham dengan Serra. Serra memang tidak perawan tetapi bukan karena berhubungan dengan Doni seperti yang di tuduhkan Mas Kahfi,
"Tapi karena Serra kecelakaan motor karena mantan Serra yang tidak mau bertanggung jawab dengan Serra malah menuduh Serra dan membuat gosip bahwa Serra bukan kecelakaan hingga membuat vagina Serra robek hingga harus memerlukan bantuan medis selama berbulan-bulan itu jadi bukan arena berhubungan dengan Doni yang merupakan calon suami sahabat Serra sendiri yaitu Dian Umi...
"Dan bukti serta foto yang di bawa Mas Kahfi saat itu bukan punya Serra Umi, Serra nggak tau A Fikri dapat darimana. Yang jelas foto itu bukan Serra dan hasil pemeriksaan rontgen itu bukan punya Serra sama sekali."
Kahfi mengangguk patuh seraya mengusap halus air mata yang membasahi wajah Karina yang masih sangat cantik dengan usianya yang sudah menginjak 42 tahun itu.
"Iya Umi, Kahfi sangat bersyukur sama Allah. Kahfi janji sama diri Kahfi kalau Kahfi akan merubah sikap Kahfi menjadi lebih baik lagi."
Karina tersenyum lalu memeluk tubuh rapuh putranya, "samperin Serra sana Sayang, dia kangen sama kamu pake banget tuh."
Mendengar apa yang barusan di katakan Karina di telinganya membuat cowok itu tersenyum lalu merenggangkan pelukannya seraya memberi senyuman tulusnya yang selama ini tidak pernah ia tunjukkan selama 3 tahun terakhir ini membuat Karina bahagia sangat bahagi karena ia sangat beruntung memiliki Serra yang bisa menggantikan posisi Darren yang merupakan mantan calon pengantinnya 3 tahun yang lalu membuat cowok itu berubah dan sekarang insya allah dengan izin Allah perempuan paruh baya itu yakin bahwa putra semata wayangnya bisa menjadi seperti dulu dengan adanya Serra di dalam kehidupannya.
"Ada di mana Serra Umi?"
"Di kamar kamu."
Dengan senyuman Kahfi meninggalkan Karina namun sebelum ia ke tempat istrinya berada tak lupa ia mengucapkan salam seraya mengecup pipi tirus Karina dengan lembut seraya pergi ke atas menuju kamarnya dengan perasaan sangat gemeteran ia takut jika Serra tidak mau memafkannya, namun sebisa mungkin ia menangkis pemikiran itu karena ia dengan hati yang tulus mengakui kesalahannya dan ingin memperbaiki semuanya dari awal dengan istrinya.
Pintu berwarna hitam sudah tepat berada di hadapannya, dengan perasaan gugup sampai membuat tangannya basah dan lututnya lemas seperti jelly ia mengucapkan bismillah saat membuka knop pintu.
Di bukanya pintu hitam gaya minimalis itu dengan sangat perlahan lalu ia masuk dengan jejak kaki kecil dan langkah kecilnya untuk mengetahui keberadaan istrinya berada.
Gadis mungil yang sangat ia rindukan kini sedang terduduk di kasur big sizenya dengan buku bacaan di tangannya membuat bulir mata yang sudah ia bendung sudah tidak bisa lagi ia tahan hingga luruh, melihat gadis mungilnya membuat perasannya semakin sangat bersalah ketika memory dalam otaknya mengingat sekilas kejadian sepuluh hari yang lalu.
Kahfi berlari dan langsung mendekap istri kecilnya dengan tangisan yang isakannya sangat sangat seperti orang yang sangat bersalah. Sedangkan gadis mungil itu mematung dengann berbarengan buku yang sedang ia baca jatuh.
Serra masih belum membalas pelukan dari sosok yang tengah mendekapnya karena ketika ia mengingat kejadian sepuluh hari yang lalu membuat perasaanya teriris, yang bisa perempuan itu lakukan kini menangis dan berusaha untuk melupakan semuanya.
Cowok itu yang merasa pelukannya hanya bertepuk sebelah tangan mengangguk mengerti tentang apa yang dirasakan gadis mungil yang tengah ia peluk, "maafin saya."
🌹
Maaf ya kalau ada typo🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRA (COMPLETE)
Teen FictionSeorang laki-laki yang berteman dengan hasutan setan penuh dengan gelap hidupnya mulai menemukan titik cahaya terang yang merupakan jalan Allah, menemui untuk mendapatkan keyakinan dirinya lalu menggapai hidayah yang sudah lama ia hempas. Hidupnya...