Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tafadholy membaca 🌿
Tina yang melihat kedua pasangan ini menampilkan wajah polos datarnya jadi di buat gemas, "itu calon anak kalian Serra dan suami."
Kahfi dan Serra masih diam, sepertinya apa yang barusan di dengar oleh mereka membuat telingannya seketika bising membuat mereka tidak bisa fokus untuk menangkap suara yang di katakan oleh kedua wanita yang sedang memberitahu tentang kondisi gadis mungil ini.
Fatya menyudahi aktifitasnya dengan membersihkan sisaan jelly yang tersisa pada perut datar Serra dengan Tina yang sedang membereskan alat-alat ultrasoud-nya setelah selesai masih dengan posisi mereka yang terdiam wanita yang bersetelan jas dokter menjabat tangan besar Kahfi.
"Selamat bapak Kahfi sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua. Kini usia kehamilannya masih 5 minggu jadi harus di jaga dengan baik nggak boleh kecapean."
Mendengar satu kata yaitu hamil membuat lutut cowok itu seperti jelly dan tubuhnya kaku menegang saat kalimat dari Fatya masih terngiang-ngiang di dalam benaknya dengan terus bertengkar dengan dirinya apakah benar istrinya tengah mengandung akibat perbuatan yang tidak di sengajanya sepuluh hari yang lalu, Kahfi sama sekali tidak menyangkan karena Allah maha baik.
"Saya akan jadi Ayah?" Fatya dan Tina mengangguk.
Kahfi langsung menatap istri mungilnya yang tengah terisak seraya memegangi perutnya yang masih datar menatap tidak percaya atas takdir yang begitu baik kepada rumah tangganya. Cowok itu memeluk dengan mendekap sangat lembut dengan isakan kecil saat memeluk tubuh istrinya yang bergetar hebat sama seperti dirinya yang terkejut sangat terkejut sampai tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan saling memeluk untuk menguatkan.
Sedangkan gadis mungil yang berada di dalam dekapan suaminya mematung dengan sama-sama terisak masih tidak percaya tentang hadiah yang Allah hadiahkan untuk keluarga kecilnya, ia masih tidak menyangka akan menjadi ibu muda yang kini usianya masih 17 tahun dan ia juga tidak menyangka ketidak sengaja yang di buat oleh suaminya membuat bahagianya kini sangat lengkap.
Fatya dan Tina melihat kedua pasangan insan ini tersenyum haru karena mereka bisa merasakan bahagianya mereka karena akan segera memiliki anak. Karena pada dasarnya tidak ada orang tua yang menyesali ketika di berikan amanah kepada Allah kecuali memang kalau hamilnya akibat perbuatan zina atau tidak di inginkan.
"Mas... Serra nggak salah dengar kan... Hiks..." ujar Serra dengan masih sesegukkan di dalam pelukan Kahfi dengan di jawab cowok itu mengangguk. Lalu cowok itu menguraikan pelukannya seraya berpindah menatap perut Serra yang masih datar, ia rendahkan posisinya menghadap perut datar istrinya lalu tangan kekarnya mengusap lembut, "assalamualaikum, ini Ayah."
Serra tidak bisa menyeka tangisnya karena terharu atas ucapan dan tindakan Kahfi yang barusan di lakukan suaminya, apalagi saat cowok itu membelai lembut perut masih datarnya juga saat Kahfi menyebutkan dirinya 'Ayah' gadis mungil itu sama sekali tidak tau harus seperti apalagi selain terus mengucapkan 'alhamdulillah' di dalam hatinya.
"Ini beneran Serra hamil? Kok bisa Dokter Bidan? Dokter Bidan nggak bercanda kan?"
Fatya tertawa kecil gemas diiringi Tina yang tersenyum bahagia, "kan punya suami."
"Tapi usia kandungan Serra kok sebulan lebih aja."
"Serra haid terakhir kapan?"
"Sebulan yang lalu."
"Terakhir berhubungan."
"Sepuluh hari yang lalu," ujarnya dengan wajah memerah begitupun juga dengan Kahfi yang merasa malu dan belum terbiasa dengan pembahasan yang memang wajar untuk di bahas.
"Nah sekarang usia pernikahan kalian berapa?"
"Mau 2 bulan."
"Sisa harinya itu adalah waktu ovulasi di mana sperma dan ovarium kalian menjadi janin. Serra anak Ipa pasti mengerti."
Serra tersenyum seraya menyeka tangisnya, ia tidak mau menangis terus. Kahfi berdiri menjauh dari istrinya untuk memberikan kesempatan kedua wanita yang berada di hadapannya yang sudah kenal sangat akrab kepada istrinya untuk memeluk atau sekedar mengucapkan selamat.
"Sebentar lagi Dokter akan jadi Uti."
"Dan suster akan jadi Aunty."
Mereka bertiga berpelukan dengan perasaan menghangat diringi senyum dan tawa bahagia mereka. Mereka bertiga sama sekali tidak meyangkan bahwa pasien beberapa bulan yang lalu datang masih dengan mengecek keadaan robekan di bagian intimnya kini telah berubah menjadi pasien ibu hamil.
"Dan Serra akan jadi Buna, Mas akan jadi Ayah." Kahfi tersenyum mendengar ucapan istrinya yang masih setia berpelukan.
Fatya dan Tina melepas pelukannya ketika gadis mungil itu berkata bahwa tubuhnya masih sangat lemar membuat tidak bisa berpelukan lama-lama.
"Tapi Dokter Bidan, kok Serra mual-mual ya terus pinggang Serra sampe perut melilit dan punggung Serra panas."
"Setiap ibu hamil berbeda-beda. Ada yang hanya mual, hanya punggung panas hanya melilit perutnya. Nah kamu termasuk yang semuanya jadi nikmatin saja, tapi sebaiknya sebelum usia kamu 4 bulan sebaiknya jangan kecapean terlebih dahulu ya."
"Tapi minggu besok Serra ada resepsi Dok."
"2 minggu lagi kok Dok," Kahfi memperbaiki jawaban istrinya yang membuat kening istrinya berkerut bingung, cowok itu tersenyum lalu mengangguk mengerti dan paham, "kok bisa?"
"Nanti aja."
Fatya berdehem dengan menghela napas kecil, "sebenarnya nggak boleh ya, tapi kalau memang sudah di jadwalkan acaranya boleh saja. Asalkan Serra duduk di kursi jangan di biarkan berdiri. Nanti biar Dokter kasih susu, vitamin, suplemen dan panduan buku ya biar bisa kalian pelajari."
"Dan juga nanti suster akan buat grup khusus dan spesial untuk kita ber-4 biar gampang kalau kita mau kasih edukasi. Ya kan Dok," usul Tina yang di jawab anggukan mantap Fatya.
Kahfi dan Serra mengerti lalu menyetujui apa yang di rencanakan kedua wanita yang berada di hadapannya.
"Dokter, Serra udah boleh pulang?" tanya Kahfi.
"Sudah boleh kok, nanti jangan lupa tebus susu, vitamin, suplemen dan buku panduan di administrasi ya."
"Baik. Terimakasih."
Sebelum Fatya dan Tina keluar dari ruangan karena di rasa telah selesai melakukan tugas pemeriksaan gadis mungil itu meminta mereka berdua untuk datang ke acara resepsinya 2 minggu lagi yang cewek itu juga tidak mengerti kenapa di undur.
"Pasti. Kita rindu Ayah Buna kamu soalnya." Itulah jawaban dari mulut mereka berbarengan membuat gadis mungil itu tersenyum.
🌹
Maaf typo🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRA (COMPLETE)
Teen FictionSeorang laki-laki yang berteman dengan hasutan setan penuh dengan gelap hidupnya mulai menemukan titik cahaya terang yang merupakan jalan Allah, menemui untuk mendapatkan keyakinan dirinya lalu menggapai hidayah yang sudah lama ia hempas. Hidupnya...