hai bandung (2)

328 20 0
                                    

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” ujar mereka berbarengan yang di jawab “Waalaikumsallam Warahmatullahi Wabarakatuh,” oleh Antonio, Sarah dan Sanna berbarengan.

“Dulu dahal gue yang paling ganteng, sekarang udah pindah haluan ke lo aja,” sindir halus Sanna membuat Kahfi tertegun malu.

Sedangkan Serra mencubit lengan kekar Abangnya yang selalu sering menggoda kalau tidak dirinya ya suaminya.

“Ayah Buna ih Serra kangen banget, gimana Buna udah sehat  Kata Abang Buna nggak bisa datang karena sakit ya? Sakit apa? Padahal tau nggak sih Yah Bun, Serra sama Mas Kahfi tuh dapat beasiswa universitas swasta bergengsi tanpa biaya beruntung kan apalagi kita udah menikah bisa ambil kelas karyawan.”

“Atu-atu Ra, cerocos aja. Gimana kuat lo sama adek gue?”

“Kuat lah.”

“Abang ih, Serra nggak nanya Abang.”

Mereka tertawa membuat Serra mendegus sebal, Sarah merengkuh tubuh mungil anak perempuan satu-satunya dengan lembut seraya mempersilahkan Serra dan Kahfi untuk duduk baru Sarah dan Antonio menjelaskan kepada mereka, “maaf sayang, Buna nggak bermaksud. Buna tiba-tiba aja pusing."

“Iya Serra, Ayah juga minta maaf karena harus jaga Buna kamu yang sakit jadi nggak bisa datang.”

Serra mengangguk walaupun dalam hatinya masih kecewa, Kahfi yang melihat mendekat lalu mengusap pundak istrinya pelan.

“So sweet amat mantu sama mertua,” Ledek Sanna membuat Antonio tersenyum, “momen langka ya Bang.” Sanna mengangguk.

“Masya Allah hampir lupa Ayah, Selamat ya untuk anak dan mantu Buna, kalian anak kebanggan Ayah sama Buna.”

“Iya selamat ya kalian, makanya Buna sama Ayah apalagi Abang pas dateng langsung antusias gitu. Aturan syukuran pernikahan kalian malah di tambah syukuran atas keberhasilan kalian. Double gitu.”

Kahfi menatap tidak percaya ternyata keluarga Serra sangat terbuka dan sayang dengannya, “Masya Allah terimakasih banyak Kahfi nggak nyangka. Kahfi pikir acaranya cuman satu teryata dua.”

Serra memeluk Kahfi dari samping, “ulululu.”

“Makasih ya Ayah Buna Abang. Kita sayang kalian.”

“Sama-sama. Tapi anak Ayah tambah gemukan, kamu udah isi?”

“Ih Ayah, anaknya pulang malah nanyain itu,” cicit Serra dengan wajah merah padamnya.

“Bener Serra udah hamil?” kini giliran Sarah yang penasaran membuat Kahfi menghela napas panjang.

“Belum Buna, doakan saja yang terbaik untuk kami,” jawab Kahfi dengan senyumnya membuat perempuan mungil disampingnya tertegun.

“Lalu, kamu kasih apa aja anak saya bisa gendut gini.”

“Mana yang gendut si Yah, badan Serra masih kecil tau.”

“Pipi kamu itu nak, agak chubby sekarang badan juga lebih berisi dikit.”

“Alhamdulillah kalau Serra tinggal sama Kahfi bahagia.”

“Udah-udah ayok Abang disini kayaknya cuman jadi kacang atas kejombloan abang yang tidak memiliki pasangan,” kini Serra tertawa seraya menjulurkan lidahnya ke arah Sanna, “udah di bilang deketin Kak Suster Tina nggak mau, keduluan kan jadinya.”

“Ini adek Abang udah jadi istri orang masih aja tengil,” canda Sanna dengan wajah marah di buat-buat lalu menghadap ke wajah sosok cowok yang sedari tadi melihat perdebatan mereka, “yang sabar bro sama adik kecil gue.”

KARRA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang