Selama di perjalanan mereka sama-sama diam. Kahfi fokus menyetir dengan Serra yang mengoleskan minyak baby nya karena tangannya memerah akibat cengkraman cowok yang berada di sampingnya.
Ia memandang wajah suaminya yang dari kegelapan seperti ini masih terlihat sedikit bahwa benar cowok itu sedang marah karena rahangnya yang mengeras, tatapan matanya yang tajam lurus kedepan serta cengkraman tangannya di balik kemudinya hingga menampikkan urat-urat tangannya yang sangat besar.
Serra sangat takut, sudah lama ia tidak melihat suaminya marah kalau dulu saat SMA dia terbiasa dengan sifat seramnya namun karena selama hampir 2 bulan ia sudah terbiasa dengan sifat lembut cowok itu seakan menghipnotisnya lupa marahnya cowok itu seperti apa.
Gadis mungil itu beristigfar karena merasa bingung dengan sikap cowok di sampingnya yang tiba-tiba berubah, ia merasa bahwa pasti mantan tidak baiknya sudah berbicara macam-macam hingga membuat suaminya hilang kendali sampai membawa mobil saja sangat kencang membuat perempuan itu terus memanjatkan doa di dalam hatinya tanpa berani untuk bertanya tanya tentang apa yang terjadi dengannya.
Allah ada apa dengan suamiku.
Selamatkan lah kita ya Allah sampai rumah nanti.
Sesampainya di perkarangan rumah gadis mungil itu, Serra masih bisa tersenyum karena semarah apapun suaminya, suaminya masih tetap bersikap manis dengan istrinya seperti sekarang ini.
Cowok itu membuka knop pintu mobil yang sedang di dudukinya, dan betapa kagetnya tangan besarnya langsung mencengkram tangan kecilnya yang masih nyeri seraya menariknya dengan maksud mengajak masuk kedalam.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ayah Buna permisi kita mau ke atas mau tidur.”
Ucap salam kedatangan dan kepergian Kahfi dan Serra membuat Antonio dan Sarah saling bertatapan dengan wajah yang sama-sama bingung terhadap anak dan menantunya.
Karena tidak seperti biasanya terlebih anak perempuannya belum menyalimi tangan mereka dan mengucap salam.
Rasanya ada yang aneh di antara mereka, namun mereka membiarkannya dan tidak mau ikut campur.Mereka berpositif thinking dengan menganggap mereka kecapean dan lelah karena seharian mereka berada di luar untuk menjemput nafkah, jadi di wajar.
“Oh iya silahkan.”
Kahfi menarik tangan Serra menuju kamarnya, lalu menyuruh perempuan itu untuk sholat isya terlebih dahulu sebelum ia bertanya kepada istrinya tentang foto dan bukti rontgen yang barusan di berikan mantan yang katanya tidak baik baginya.
Mereka sholat sendiri-sendiri karena saat Serra keluar hendak memakai mukena suaminya telah sholat terlebih dahulu, membuat perempuan itu menghela napas ada apa sebenarnya dengan suaminya.
Tidak butuh waktu lama akhirnya Serra telah selesai melaksakan sholat isya lalu bergegas merapikan mukenanya dan tempat tidurnya.
Perempuan itu menoleh saat mendengar knop pintu kamar mandi yang terbuka memperlihatkan wajah suaminya yang masih sama dengan balutan pakaian santainya.
“Mas, kita belum makan. Serra lapar.”
“Diam.”
Serra pun merasa tidak enak perasaanya saat melihat rahang suaminya mengeluarkan urat dengan tangannya mencengkram keras tangannya Ia menggidik ngeri melihatnya.
Ia terus menatap punggung bidang milik cowok itu seraya terus mengumpat berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.
Ada apa sebenarnya? Kenapa Mas keliatannya marah. Apa Aa Fikri berbicara macam-macam.
"Mas mau ngapain? Masih sore kok tidur.”
Cowok itu tersenyum miring menghampiri istrinya yang sedang terduduk di pinggir ranjang, "jawab dengan jujur. Kamu udah nggak perawan kan?”
“Ma—Masss—Mas kamu ngomong apa?”
"Nggak usah ngelak lagi Ra!” ujarnya berbisik namun dengan nada penekanan di setiap katanya takut jika di dengar orang tua perempuan itu.
Tiba- tiba di ruang yang nyaman bagi Serra membuat gadis mungil itu menjadi merinding akibat perlakuan suaminya. Serra menelan salivanya.
Bulu kuduk Serra merinding, ia terigat dengan novel-novel yang ia baca selama ini. Tapi sebisa mungkin gadis itu berpikir positif.
Cowok itu mendekat ke arah Serra seraya memegang bahunya, mengelusnya hingga Serra merinding.
"Jawab saya Serra."
“Kamu ngaco Mas.”
“Buat apa kamu pergi ke Dokter kandungan dan saya nggak boleh ikut hah! Saya suami kamu bukan sopir kamu.”
“Mas, bukan gitu maksud Serra, Serra cuman mau janji kita terlaksana akan berbicara masalah yang masih kita nggak bisa buka.”
“Tapi itu berbeda, masalah yang saya tutupi nggak fatal bagi saya. Tapi kamu, itu masa depan kamu dan kamu udah bohong sama suami kamu Ra, apa orang tua kamu tau? Mereka hebat menyembunyikan semuanya.”
“Mas bukan gitu Mas, kamu salah paham.”
“Saya tanya, kamu masih perawan tidak?”
Tanya Kahfi dengan nada lembut seraya mendekat kearah wajah sediktit chubby perempuan itu lalu membelainya dengan lembut membuat perempuan itu takut saat kilatan wajah marah cowok itu menatap tajam menghunus indra penglihatannya.
Serra menahan napasnya seraya kedua tangannya mencengkram kuat sprei kasurnya.
🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRA (COMPLETE)
Ficțiune adolescențiSeorang laki-laki yang berteman dengan hasutan setan penuh dengan gelap hidupnya mulai menemukan titik cahaya terang yang merupakan jalan Allah, menemui untuk mendapatkan keyakinan dirinya lalu menggapai hidayah yang sudah lama ia hempas. Hidupnya...