Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tafadholy membaca 🌿
Ia kecup bibir mungil merah milik Serra tanpa melumatnya sama sekali. Sebenarnya ini bukan kali pertama cowok itu mencium perempuan, tetapi entah kenapa mencium perempuan yang ada di hadapannya sangat lah berbeda. Benar-benar membuat dirinya secandu ini dengan Serra.
Pipinya mungkin ia yakini saat ini sudah sangat merah, lalu ia jauhkan bibirnya dari bibir cewek itu. Ia langsung basahi bibirnya dan tersenyum tipis yang hanya dapat di rasakan dirinya di depan wajah perempuan itu.
Ia lalu ambil selimut yang lebih lebar di belakang jok milik Serra, karena menggunakan jaket miliknya tidak akan cukup menutupi tubuh mungil istrinya yang sudah sangat dingin.
Kahfi menggendong perempuan itu lagi, lalu ia sampirkan selimutnya ke bagian belakang hingga kedepan tubuh istrinya.
Dengan pakaian serba hitam di padukan dengan topi menghadap kebelakang kepala dan aksen kulit putihnya banyak sekali kaum hawa seperti suster, dokter dan pasien yang terkagum dengan sosok Kahfi.
Cowok itu sama sekali tidak perduli, ia terus langkahkan kakinya yang masih menggendong istrinya yang berada di dalam dekapannya hingga sampai ke tempat yang ia tuju yaitu ruangan Dokter Fatya, sebenarnya Fatya ini merupakan Dokter umum yang bisa menangani semuanya namun ia terkadang lebih ke obgyn/kehamilan.
"Suster, tolong istri saya."
"Adminitrasinya dulu pak."
Mata cowok itu sudah berubah menjadi tajam, "anda nggak bisa lihat istri saya." Kahfi berusaha berujar setenang mungkin di keadaan yang kini masih tersulut emosi.
"Baik pak mari ikut saya."
Kahfi pun mengekori perempuan berpakaian serba putih itu dengan wajahnya yang sangat cemas, sedangkan para manusia yang berlalu lalang merasa sangat kagum dengan sosok wajah tampan cowok itu. Cowok itu sama sekali tidak perduli dengan tatapan mereka yang mengaguminya.
"Ruang VIP?" Kahfi mengangguk membuat Suster itu menghelas napas karena ganteng-ganteng tapi irit bicara dan seram.
"Bapak lurus terus belok kanan, ada ruangan Mawar 03. Saya panggilkan Dokternya terlebih dahulu."
"Dokter Fatyanya ada?"
"Ada pak. Mau saya panggilkan?"
"Iya."
"Sebentar Pak."
"Terimakasih Sus."
"Baik sama-sama. Saya permisi."
Sepeninggalan perginya perempuan yang bekerja sebagai seorang Suster itu, cowok itu segera menuju tempat yang sudah di arahkan perempuan tadi. Setibanya di tempat tujuan ruang rawat VIP Mawar 03 Kahfi dengan satu tangan membuka knop pintu lalu menurunkan tubuh mungil Serra ke brankar berwarna putih itu seraya membuang napas nya secara kasar karena sangat lemas tangannya.
Kahfi menyelimuti kembali tubuh mungil istrinya, sebelum ia keluar ia celingak celinguk mencari suster tadi yang belum juga muncul di hadapannya, menurutnya lama sekali.
Ia memilih untuk masuk kedalam menemui istrinya yang masih tertidur tanpa mau bangun membuatnya semakin panik, lalu ia duduk di bangku samping ranjang tempat cewek itu yang masih setia dengan matanya yang terpejam.
"Bangun ya."
"Hiks."
Kahfi tersentak saat suara isakan kecil dari mulut mungil cewek itu. Ia berjalan ke nakas samping lalu membuat ramuan dengan air hangat yang sudah ia bawa lalu ia tuang minyak bayi yang biasa di gunakan istrinya ke dalam wadah yang sudah disediakan untuk membuat terapi yang biasanya Serra lakukan untuknya saat sedang sesak napas, cape, syok atau pilek.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARRA (COMPLETE)
Teen FictionSeorang laki-laki yang berteman dengan hasutan setan penuh dengan gelap hidupnya mulai menemukan titik cahaya terang yang merupakan jalan Allah, menemui untuk mendapatkan keyakinan dirinya lalu menggapai hidayah yang sudah lama ia hempas. Hidupnya...