Hai Bandung

474 20 3
                                    

Mereka sudah berada di pertengahan jalan menuju kota Bandung tempat seorang gadis mungil itu tinggal.

Suasana yang sangat asri masih pedesaan dengan udara yang di penuhi dengan embun, Kahfi melirik istrinya yang sedang menengadah kepalanya ke atas untuk melihat langit pagi dengan langit berwarna orange bertemu jingga yang sangat indah.

Mobil yang mereka miliki merupakan type mobil sport yang lumayan mewah karena terdapat kaca di atasnya yang bisa terbuka, mereka membelinya dengan penghasilan yang ia dapat dari kerja keras mereka, Caffe dan jasa foto miik Kahfi yang alhamdulillah melejit.

Bahkan followers semua sosial media Soul’sCaffe dan Jasa fotografer yang mereka namai ‘KAHRA’ merupakan singkatan nama mereka sangat laris hingga mereka mampu membagi hasilnya untuk mobil, dan resepsi pernikahan mereka.

Mereka tentu bahagia, karena mungkin ini rezeki yang Allah kasih dari susahnya kita berhijrah bersama-sama di dalam hubungan sakral mereka yaitu suami istri.
“Suka?” tanya Kahfi saat melihat gadis mungil nya terus menengadah ke atas tanpa rasa cape atau pegal dengan lehernya.

“Banget Mas, untung tadi kita berangkat habis subuh. Jadi masih bisa liat sunset Mas.”

“Nggak cape?”

“Nggak kok Mas, Serra suka.”

“Naik aja ke atas, saya nggak mau nanti lehernya keseleo sampai disana.”

“Beneran  boleh Mas? Nanti Serra di bilang cewek yang nggak sopan lagi.”

“Masih sepi Ra, masih jam 05.30. Nanti kalau udah jam 6 baru rame, lagian arah menuju desa tempat kamu tinggal masih jarang orang yang lewat apalagi tempat tinggal.”

Serra langsung tersenyum simpul ke arah suaminya membuat cowok itu menghela napas karena wajah cantik istrinya membuat ia terlena sehingga tidak bisa fokus untuk menyetir.

Gadis mungil itu berdiri membawa tubuhnya menuju lubang kotak yang kacanya sudah terbuka lebar dari tadi lalu tangannya berpegangan pada sangga pegangan di sekitarnya yang sudah di sediakan oleh mobilnya itu sendiri.

Matanya terpejam seraya bersenandung sholawat menikmati hawa dan indahnya pemandangan langit hari ini.

30 menit pun berlalu Serra sudah puas dengan apa yang ia rasakan hari ini, Kahfi langsung menutup kotak kaca di atasnya untuk memakai AC karena sudah terlalu banyak debu yang masuk dengan berbarengan Serra duduk lalu memakan snack yang di bawa.

“Mas mau?”

“Nggak, dikit lagi sampe.”

“Sarapan dulu Mas, Serra suapin ya.”

Dengan wajah tersipunya akhirnya Kahfi menerima tawaran dari istri kecilnya itu.
Setelah menempuh lebih dari 2 jaman sekarang sudah menujukkan pukul 07.45 akhirnya mereka telah sampai ke perkarangan desa tempat perempuan mungil itu tinggal.

Cowok itu terkejut saat melihat penampakan lingkungan tempat tingga istrinya, benar-benar sangat asri, jalanan pun hanya selebar mobil miliknya dengan tanah di bawahnya yang tidak rata dihiasi sisi kanan kiri terdapat sawah yang siap panen.

“Wah Ra indah banget.”

“Iya dong, beda kan sama Jakarta yang panas. Disini sejuk, Mas pasti betah.”

Kahfi mengangguk simpul fokus dengan apa yang ia lihat dengan memperhatikan kemudinya yang harus ekstra hati-hati karena jalanan yang cukup mengerikan ini, tangan kekar cowok itu lalu membuka kedua jendela hingga angin dari arah barat menerpa rambutnya membuat sang gadis mungil yang berada di sampingnya segera mengambil topi milik suaminya lalu mengenakannya hingga rambut hitamnya tidak menerpa wajah sang suami yang sedang menyetir.

KARRA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang