Mungkin, berubah?

410 44 7
                                    

Aku akan terus pecahkan batu dan mencairkan es di dalam diri kamu 🌻.

Serra ngejar Kahfi sampai beberapa siswa dan siswi yang melihatnya memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya dan ada sebagian yang tidak menyukainya.

"Kahfi!!! Tunggu!!!"

"Kahfi mau kemana sih. Kok nggak bilang atau pamit setidaknya sama teman teman Kahfi. Kahfi nggak mau liat Serra??? Serra mau balikin sesuatu ke Kahfi."

"Kahfi. Tunggu Serra."

Serra terus mengejar cowok itu yang punggungnya semakin menjauh diikuti ketiga temannya, persetan dengan orang di sekelilinginya yang melihatnya sedari tadi. Kahfi langsung mencengkram tangan Serra membuat gadis itu otomatis berhenti.

"Jauhin gue."

Kahfi menatap tajam mata Serra yang sendu itu.

"Kenapa Serra harus menjauh dari Kahfi. Serra suka sama Kahfi, Serra mau deket sama Kahfi. Itu hak Serra bukan Kahfi, walaupun Kahfi juga punya hak. Tapi izinkan Serra dekat sama Kahfi."

"Murahan."

"Salah Serra apa sama Kahfi? Serra cuman suka sama Kahfi, emang salah?"

"Besar."

"Serra nggak ngerti. Yaudah Serra pergi, Serra tahu Kahfi emosi sama Serra karena Serra udah halangin Kahfi pergi. Serra minta maaf. Serra mau pamit deh, Serra cukup malu hari ini, tapi nggak papa. Asal itu Kahfi yang lakuin Serra terima."

"Sana."

Serra sebenarnya ingin pergi tapi kakinya sama sekali tidak bisa pergi. Ia tertunduk menahan air matanya yang siap keluar, kali pertama cewek itu ingin menangis.

Menurutnya hari ini cowok itu benar-benar kasar dengannya. Tidak hanya tindakannya namun perkataanya.

Kahfi menyadari perbuatannya, sadar sangat sesadarnya. Namun, ia harus bisa membuat dirinya jauh dari cewek yang terus mengejarnya sehingga mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Entah kenapa, cowok itu merasa cewek ini memiliki daya tarik dan magnet yang kuat seakan menarik dirinya untuk terus bersentuhan dan yang lainnya untuk melakukan zina. Kahfi sama sekali tidak mau.

"Pergi!"

"Sabar!" ujarnya berusaha melangkahkan kakinya berbelok arah membelakangi cowok itu. Serra berusaha untuk tidak terlihat lemah apalagi menangis di depan Kahfi dan yang lainnya.

Dengan keyakinannya dalam hati, Serra memutar badannya 180 derajat menghadap tubuh tinggi kekar cowok itu dan langsung menatap Kahfi yang menatapnya dengan tatapan tajam dan bahkan sangat tajam sekarang dan ia juga mendengar beberapa siswa dan siswi yang berada di tengah atmosfer ketegangan mereka sedang berbisik bisik menjelek jelekan tentang dirinya.

Serra nggak boleh cengeng.

Alis Kahfi mengkerut menandakan ia bertanya, "Serra nggak bisa pergi. Kaki Serra kaku nggak bisa gerak." ucapnya memberanikan diri.

"Bodoh."

Kahfi langsung menarik ujung hijab yang dikenakan Serra hingga membuat sang pemilik hijab itu kesakitan. Sungguh, siapapun yang melihat kejadian ini merasa kesal dengan cowok ganas nggak punya hati itu seperti Kahfi.

"Aw, Kahfi sakit. Lepasin Serra, Serra cuman mau sama Kahfi, tapi kenapa Kahfi harus tarik hijab Serra."

Serra berusaha menutupi dahinya yang terurai rambut-rambut yang berhasil mencelos akibat tarikan kasar dari tangan kekar nan lentik cowok di hadapannya.

KARRA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang