fitnah (2)

347 23 0
                                    

“Bahkan ya, Serra sama Dani itu sudah berbuat lebih dari sekedar ciuman kalau lo mau tau.”

“Gue nggak akan semudah itu percaya sama lo. Sepertinya istri gue bener lo benar-benar ular.”

Fikri tersenyum meremehkan menghadap wajah cowok itu yang mukanya sudah menjadi sangat masam, “oh ya? Seperti lo di tipu sama Neng.”

“Jangan panggil istri gue dengan sebutan itu.”

“Tapi well. Istri lo masih panggil gue dengan sebutan ‘Aa’.”

Ucapan cowok itu sukses membuat Kahfi tertohok, “hm, istri gue hanya menghormati mantan tidak baiknya. Walaupun gue nggak tau kenapa istri gue benci banget sama lo, tapi yang gue nilai kalau lo sudah berbuat sesuatu yang buat istri gue trauma dan sangat takut kalau ketemu sama lo!”

“Mungkin karena kita pernah melakukan sesuatu bersama-sama yang nggak lo ketahui.”

“Jangan bohong lo!”

Kini badan tegap cowok itu sudah maju mendekat ke arah badan tidak besarnya Fikri, cowok itu hanya membalas dengan smirknya, “sebelumya gue mau tanya sama lo.”

“Banyak omong lo.”

“Santai bro, gue nanya dulu sama lo baru gue kasih tau.”

“Apa!”

“Hak lo udah di kasih.”

“Udah.” Bohongnya.

“Gimana rasanya?”

“Seperti biasa, nggak ada yang aneh.”

“Lo harus peka, Serra itu udah nggak perawan karena Dani.”

Fikri tertawa saat melihat wajah Kahfi yang sudah memerah, matanya sudah berubah menjadi tajam, “lo! Jangan bercanda. Nggak lucu.”

“Muka gue emang lagi bercanda?”

Kahfi menoleh menghadap wajah yang sedang dibuat-buat serius oleh cowok itu, Kahfi menghela napas kasar karena tidak menemukan ketidak seriusan dari wajah dan tatapan dari cowok yang ada di hadapannya.

Darah di tubuh Kahfi sudah mendidih, Fikri tertawa sumbang dengan mudahnya cowok itu tersulut emosinya.

“Mana buktinya gue belom percaya.”

“Buktinya ada di lo, kalau lo bisa bedain mana cewek perawan dan nggak mungkin lo udah tau jawabannya.”

“Gue nggak se—hina itu nyobain sana sini wanita.”

“Bego, otak pinter lo yang harus lo asa. Buat apa ada internet dengan koneksi kenceng di jakarta kalau bukan buat browsing.”

“Males.”

“Nih biar lo pinter, ada bukti foto waktu Serra di rumah sakit, dia terbaring dengan pakaian seksi dan dibawahnya ada keterangan. Wanita itu kelelahan sehabis berhubungan dengan seorang pria karena terdapat luka pada organ intimnya.”

Fikri memberikan sebuah amplop yang sudah di manipulasi oleh cowok itu seolah-olah dibuat bahwa Serra gadis mungilnya pernah di bawa ke rumah sakit akibat sehabis berhubungan.

Kahfi menerimanya dengan tangan bergemetar dan rahangnya mengeras menatap tajam amplop yang sudah ada di tangannya.

Kahfi membuka amplop berwarna coklat tersebut ada beberapa foto perempuan itu dengan tubuh yang sangat terbuka bahkan sangat tidak lazim untuk di lihat dan sebuah hasil yang menunjukkan bahwa perempuan itu terluka di bagian intimnya karena berhubungan.

Sebisa mungkin cowok itu tidak terpancing bukti yang sudah berada di tangannya, namun emosi menguasainya dan dengan mudahnya dia percaya karena bukti itu sudah ada di tangannya. Ia juga mengira bahwa bukti ini akurat karena terdapat foto yang menampilkan persis seperti tubuh istrinya dan hasil rontgen atas nama perempuan itu.

“Udah percaya?”

“Belom.”

“Buktikan sendiri bego. Mau aja lo sama Serra si jalang polos itu.”

Tanpa sadar ucapan terakhir Fikri sudah terdapat dua orang wanita yang sudah membawa beberapa makanan di tangan mereka masing-masing dengan wajah yang sangat gembira dan bahagia karena mereka bercerita semasa kecilnya.

“Mas, Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,” ucap Serra dengan masih menampikkan wajah bahagianya seraya menyalimi suaminya.

Sedangkan Dian menghampiri Fikri dengan muka masamya ogah mengucap salam dengan cowok itu, “Hai FiK,  Hai Kah.”

Tidak ada jawaban di antara mereka membuat kedua perempuan ini bingung menatapnya, terlebih wajah itu yang Kahfi tampilkan membuat Serra merinding entah apa yang barusan di katakan cowok itu yang membuat wajah suaminya menjadi kelihatan terbesit marah. Sama perisi seperti wajah dulunya saat mereka bertemu.

“Mas, ada apa?”

Kahfi menatap dengan wajah dingin, datar dan tajamnya menatap wajah pucat pasi istrinya dan manik coklat terang yang gelap saat malam hari itu penuh dengan ketakutan,  “pulang Ra.”

Cowok itu langsung mencekat tangan mungil perempuan itu dengan sangat kencang lalu menyuruhnya untuk pulang dengan hentakan tarikan tangan besarnya membuat sang pemilik tangan merasa kesakita, Kahfi mengajak paksa pulang perempuan itu meninggalkan sepasang tanpa hubungan di tempat ini. Dian dan Fikri.

Dian menoleh ke arah wajah bahagia dan senyum licik dari wajah iblis miliknya membuat perempuan itu marah dan sangat kecewa karena menyesel telah membawa Fikri dan menyebabkan mungkin sesuatu kesalah pahaman di antara mereka berdua.

Plak!

“Lo ngomong apa aja sama suaminya Serra sampe marah kayak gitu keliatannya!”

“Karena gue benci sama Serra gadis polos itu akhirnya gue bilang kalau Serra nggak perawan karena Dani.”

“Lo nggak punya otak.”

Dian langsung bergegas pergi  hendak mengejar kedua insan yang barusan meninggalkannya dengan cepat sebeum Fikri menghalanginya.

“Mau kemana lo!”

“Mau bilang yang sesungguhnya sama mereka.”

“Tapi sayang mereka udah pulang.”

“Kan bisa besok yang penting mulut busuk lo itu sekarang gue bakar.”

🌼

KARRA (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang