7. akhirnya menampakkan diri

7.9K 1.2K 264
                                    

Fab, cukurlah jenggotnya, jgn sampe bikin ciwi2 di mari mikir, 'gue klo nyapu ga usah bersih2 ahh biar dpt suami brewokan' 😅😆

Fabian POV

Tanganku melambai ke arah Diana, perempuan berwajah manis berambut panjang itu menatapku dengan mata melebar, mungkin dia kaget melihatku sedang berjongkok.

Keinginan untuk menampakkan diri secara dramatis, pupus sudah.

Yang ada sekarang dia malah melihatku sedang berjongkok yang mana sangat jarang bisa dilakukan oleh kebanyakan orang asing.

"Kamu si mister yang di omongin arwah-arwah lain ya?" Tanya Diana langsung tanpa berbasa-basi dengan pandangan mata menyelidik.

Punggung Ika, teman Diana yang berdiri di sampingnya langsung menegak waspada.

"Mister yang di omongin arwah-arwah lain?" Aku berdiri dengan alis bertaut.

"Om gak denger obrolan ibu-ibu di depan kamarnya kak Diana?" Suara anak kecil yang sedari tadi mengobrol menemaniku selama di kamar ini terdengar.

"Nggak, obrolan tentang apa?" Tanyaku dan menunduk menoleh ke arahnya yang masih berjongkok di sampingku.

"Kamu yang selama ini ngikutin saya, kan?" Diana bertanya padaku sebelum si anak menjawab pertanyaanku.

"Yang ngikutin kita di rumah makan itu, Din?" Tanya Ika menimpali.

"Oh iya inget, kamu arwah yang sama yang tempo hari muncul ngebantu saya pas malam-malam itu, kan?" Lanjut Diana lagi tidak memperdulikan pertanyaan temannya.

"Terus yang tadi di kantor berbuat mesum sama arwah lain di dekat dispenser, iya kan?" Desak Diana.

"Bukan, itu bukan seperti yang kamu liat" Aku membela diri dengan tangan menepuk kening, gara-gara si arwah genit itu Diana jadi salah paham.

"Siapa yang berbuat mesum?" Tanya Ika ingin tahu.

"Bukan berbuat mesum? Terus apa namanya kalo kalian peluk-pelukan sampe tangan arwah perempuan itu hampir megang 'barang' kamu?" Tanya Diana dengan mata mendelik ke arah pangkal pahaku.

"Dia... ah kenapa jadi bahas arwah genit itu sih" Kataku kesal karena diingatkan kembali kejadian yang membuatku memutuskan untuk penampakkan diri tanpa persiapan matang.

"Arwah genit?" Tanya Diana bingung.

"Din, jangan malah ngobrol sama dia kek, siapa lagi sih arwah genit? Kita balik ke kamar elu aja yuuu... serem nih gue" Rengek Ika, ku lihat wajahnya pucat pasi dan menarik lengan Diana.

"Bentar Ka, gue belum nanya maksudnya dia cegah arwah-arwah yang lain buat nemuin gue dan elu gak tau sih dia sampe ngaku-ngaku jadi manajer gue" Diana mendelik menatapku.

"Manajer?" Tanya Ika bingung.

"Iya, masa dia bilang ke arwah-arwah lain kalo dia manajer gue, sejak kapan gue punya manajer? Arwah pula, walaupun gue terkenal di kalangan para arwah gue gak butuh manajer" Jawaban Diana lebih di tujukan padaku karena matanya memicing ke arahku.

"Maaf, ada alasannya kenapa saya mengaku jadi manajer anda" Kataku.

"Alasan? Apa? Saya gak perlu manajer" Diana mendengus.

"Gak usah di tanya-tanya deh Din, mendingan elu bilang aja ke dia, jangan nakutin gue gitu" Ika masih berusaha menarik lengan Diana agar tidak berjalan memasuki kamar.

"Coba jelasin apa maksudnya kamu ngaku-ngaku jadi manajer saya, terus maksudnya nakut-nakutin teman saya dengan penampakan jejak telapak kaki itu?" Tanyanya lagi padaku tanpa memperdulikan temannya yang semakin merengek.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang