29. diana bertanya, mark blm menjawab

5.3K 1K 374
                                    

Kedua jempol tante lsg reflek menyatu lalu melebar buat ngezoom meriksa ban celananya yg kebuka 🤤
Jgn pada ngikutin ya, ternyata ga kliatan apa2
Cuman bulu nimbul sedikit, udah gitu doang 😅

Diana POV

Aku terlambat bergerak memutar tubuh untuk melarikan diri ketika melihat sosok pria keluar dari mobil yang terparkir di dekat gerbang pagar kostan.

Sudah sangat larut malam dan keadaan kondisi tubuhku ini sangat letih, ingin segera sampai di kamar sehingga tidak membuatku siaga tidak mengenali mobil evoque biru milik pria tampan yang selalu mengisi pikiranku belakangan ini.

Mark melangkah menghampiriku dengan langkah lebar, tangannya menarik pergelangan tanganku sebelum aku mencoba peruntungan untuk kabur dari hadapannya.

Apalah daya, sedari tadi melangkah pun sangat pelan, bagaimana bisa menghilang dari pandangannya secepat kilat.

Dengan sekali hentakan Mark memutar tubuhku lalu merengkuhnya masuk ke dalam pelukan hangatnya.

Tubuh Mark yang berotot dan pundak bidang miliknya mampu memberikan kenyamanan yang aku inginkan saat ini.

Mataku langsung terpejam, Mark kian memelukku erat.

Ya ampun, enaknya berada di pelukan pria tinggi yang otot-otot anggota tubuhnya menonjol di mana-mana.

"Kenapa kamu pulangnya larut malam begini?" Tanyanya berbisik.

Mataku masih terpejam tidak berkeinginan untuk mengeluarkan kata karena masih ingin menikmati pelukan yang Mark berikan.

"Diana?" Panggilnya pelan.

"Hmm..." Hanya suara lenguhan saja yang keluar dari mulutku.

"Banyak kerjaan?" Tanyanya lagi, tangannya mengusap pelan punggungku, menghantarkan perasaan hangat di dadaku.

"Apa karena kamu datang ke kantornya siang jadi pulangnya selalu malam?" Mark melancarkan pertanyaan yang lain.
Ternyata Mark menyadari apa yang aku lakukan selama menghidarinya.

Aku menggeleng dengan mata masih terpejam.
Ini kenapa aku malah jadi keenakan begini di pelukannya, bukannya mendorong tubuhnya ke belakang untuk melonggarkan tubuh kami, tetapi rasanya gak mau melepaskan diri dulu.

Karena tersadar aku mendorong tubuhnya dengan tenaga yang masih tersisa, jujur saja, seharian aku berkutat dengan banyak kerjaan di kantor lalu langsung membantu permintaan si ibu pergi ke rumahnya dan baru selesai sejam yang lalu.

Si menantu tidak percaya kalau aku di minta oleh mertuanya, dia pikir aku ini penipu, sangat susah meyakinkan dia.

Aku pikir mudah saja karena orang yang sedang kesusahan biasanya tidak berpikir panjang, tetapi lain hal dengannya.

Sangat sulit meyakinkan si menantu walaupun aku sudah di bantu si ibu dengan memberikan bukti-bukti kalau aku di minta oleh mertuanya.

"Kamu udah makan?" Mark seperti memancingku untuk mengeluarkan kata-kata setelah akhirnya melepaskan kukungan tubuhnya, punggungnya menegak.

Penerangan di depan pagar kostanku sangat minim, tetapi aku bisa melihat guratan kekhawatiran darinya.

Lagi-lagi hanya kepalaku yang menggeleng pelan.

Aku melewatkan jam makan malam, dan karena sudah terlalu malam aku malas sekedar berhenti di restoran makanan cepat saji yang buka 24 jam.

Mark menatapku lembut. Tangannya mengusap wajahku lalu berjalan ke arah mobilnya.

Pria itu meraih sebuah termos ukuran 400 ml berwarna silver dari dalam mobil, menutup pintu dengan tergesa lalu berjalan cepat ke arahku lagi dan mengulurkan termos padaku.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang