Bentar2 mark, tante blm siap2 jgn buka baju dulu 😆😆
Diana POV
Galak.
Hanya satu kata itu saja yang terlintas di benakku untuk menjabarkan sosok Mark.
Bagaimana tidak galak? Selama aku dan Fabian mengatakan maksud tujuan kami padanya, berkali-kali pria itu mendengus dengan mengeluarkan kata-kata tidak bersahabat dan tatapan tajam padaku dan Fabian secara bergantian.
Memang sih, maksud dan tujuan antara aku dengan Fabian untuk menemui Mark itu berbeda, aku yang telah dijanjikan akan dipertemukan lelaki sebagai jodoh yang tidak lain dan tidak bukan adalah kembarannya itu sangat bersemangat untuk melihatnya secara langsung.
Sampai-sampai aku menerima permintaan Fabian yang sangat menyusahkan dan membutuhkan waktu lama tanpa pikir panjang.
Sedangkan maksud dan tujuan Fabian menemui Mark karena penasaran dengan perkataan kembarannya itu ketika mengusirku.
Kami berdua langsung berasumsi sepertinya Mark menjadi korban pelampiasan kekesalan perempuan-perempuan yang pernah di kencani oleh Fabian.
Dari awal kami masuk ke unit apartemennya sampai kepulangan kami, Mark tidak sekalipun menunjukkan raut wajah bersahabat.
Ok, tidak perlu beramah tamah padaku yang notabene orang yang baru saja di kenalnya, tetapi seharusnya dia bersikap ramah pada Fabian, si kembarannya.
Jadi menyesal sudah bersusah payah memapah tubuh besarnya ke dalam kamar ketika Mark tiba-tiba jatuh pingsan, aku memapah dia di bantu oleh penunggu apartemennya itu.
Beruntung si mbak bisa memegang dan menyentuh benda padat walaupun dia sudah menjadi arwah. Coba kalau tidak bisa ya, nasibnya pria galak itu akan tergeletak di atas lantai dingin sampai dia siuman dari pingsannya.
Dan selama aku berada di sana, Mark tidak menawarkan minum sampai kami pulang, dasar manusia tidak punya sopan santun.
Ok, tidak perlu menawarkan minuman kepada Fabian si kembarannya yang sudah meninggal itu tetapi aku kan makhluk hidup yang masih bernafas dan butuh asupan cairan di dalam tubuhku ini.
Pokoknya selama kami berbincang tidak ada sedikit pun tatapan lembut atau senyuman manis yang diperlihatkan olehnya.
Benar-benar pria satu itu, pantas saja penunggu apartemennya berkali-kali mengatakan Mark itu galak.
Aku melirik Fabian yang duduk manis di kursi penumpang, Mark dan Fabian sungguh pribadi yang sangat berbeda.
Kenapa aku bisa menerima untuk membantu Fabian karena aku ingin tahu kembarannya, siapa yang akan menolak kalau akan di perkenalkan dengan duplikat pria tampan yang sudah tidak bernyawa tetapi ketampanan wajahnya nyaris menghipnotisku.
Fabian di masa hidupnya adalah playboy dan di dunia sesudah kematiannya dia masih mempunyai magnet bagi arwah-arwah perempuan.
Siapa yang menyangka kalau keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda? Fabian sosok ramah dan mengerti caranya berkomunikasi, tetapi Mark?
Lagi-lagi aku menyesal kemarin sudah ngotot pada Fabian untuk bertemu Mark terlebih dahulu.
Dasar naluri jomblo, di iming-imingi lelaki langsung menyetujui permintaan Fabian yang sangat-sangat menyusahkan ini.
Aku kembali teringat, ketika pria itu menolak mentah-mentah usulan yang muncul tiba-tiba ketika aku memintanya untuk menolongku meminta maaf pada perempuan-perempuan yang pernah di kencani oleh Fabian dan menyimpan dendam.
"Elu yang ngelakuin itu semua kenapa gue yang harus bertanggung jawab? Elu pikir gue pegawai yayasan sosial?" Ucapnya kemarin dengan mata berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Messenger
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 26/7/20 - 16/1/21