34. diana jelas marah

4.7K 950 189
                                    

Om, mo'on maap nih tante mo nanya, eta lengan varises apa knp sih ya? Klo urat di lengan aja sebegitu gedenya bijimana urat yg di bawah sono 🙄🤔😆
Urat kaki yaaa urat kaki loh yg tante kamsud 🤭🙈

Mark POV

"Kamu ngapain ikut kita?" Tanyaku begitu menyadari keberadaan Julpah yang duduk di bangku tengah.

Kami sedang dalam perjalanan menuju kantor Diana, perempuan yang sedang duduk di kursi penumpang itu memintaku langsung mengarah ke kantor tidak mampir ke kostannya dengan alasan akan memutar terlalu jauh.

"Mau ikut aja, emang gak boleh? Takut ganggu ya? Saya mah gak bakalan ganggu"

"Palingan duduk manis ngeliatin sambil megangin ember buat nadangin iler, hihihi..."

Julpah, satu-satunya arwah yang tidak mengenal kata takut pada kami itu malah menyandarkan punggung ke belakang dengan nyamannya sambil terkikik.

"Mumpung saya inget dan kamu lagi ada di sini, Jul"

Aku melirik Diana yang kini berwajah serius memutar tubuh ke belakang agar dapat melihat Julpah.

"Iya, dalem mbak Diana, mumpung inget apa?" Tanya Julpah dengan berwajah manis.

"Kamu ya yang ngasih tau arwah lain kalo kemarin saya bantu ibu itu?"

Ahh, iya benar, aku sampai lupa juga untuk menanyakan hal itu pada Julpah, ingatanku akhir-akhir ini seperti terhalangi sesuatu.

Di pikiranku hanya ada bayangan Diana menari-nari.

Untuk mengerjakan desain klien yang deadline nya hampir berakhir saja aku baru ingat semalam, itu pun karena kliennya menelpon.

Diana sangat berpengaruh bagiku, perempuan itu mampu membuatku lupa akan segala nya.

Aku sangat menyukai Diana, aku tidak dapat menyangkal perasaan ini.

"Ihh... gak pernah sih saya buka mulut ke arwah-arwah lain mbak Din"
Aku melirik Julpah dari kaca untuk melihat kejujuran dari wajahnya.

Arwah itu berkata jujur, Julpah memang genit tetapi untuk urusan menjaga kerahasiaan sepertinya dia bisa di andalkan.

"Terus siapa kalo bukan kamu? Yang tau kan kamu sama Mark aja" Diana menyisir rambutnya gusar lalu kembali menghadap depan.

"Mungkin ibu itu kali yang ngomong ke arwah lain" Julpah mencoba berspekulasi sambil mencondongkan tubuh ke depan.

"Gak mungkin, saya udah bikin perjanjian sebelumnya kalo ibu itu bilang ke arwah lain saya gak bakalan nolongin" Diana mematahkan dugaan Julpah.

"Um... apa mungkin ada arwah lain yang liat kamu sedang berbicara dengan ibu itu? Terus dia ngikutin kamu untuk memastikan apakah kamu benar-benar sedang menolong ibu itu?" Kali ini aku membuka suara.

"Ahh bisa jadi tuh mbak Din, om Mark pikirannya tajem banget deh, jadi penasaran anu yang bikin mbak Diana mukanya sampe merah itu tajem juga apa ngga" Julpah mengusap lengan atasku sehingga membuat aku bergidik.

Diana terbatuk, dengan cepat aku mengambil air mineral kemasan botol dan membuka tutupnya untuk Diana.

"Kenapa sih denger begitu aja batuk-batuk? Pas ngerasain kok gak batuk" Julpah kian menggoda Diana.

"Berisik lu Jul" Ucap Diana setelah menyeka mulut.

Aku tersenyum.

Tadi pagi aku tidak dapat mengontrol diri, pertahanan diriku nyaris runtuh, aku memang sangat ingin memiliki Diana seutuhnya.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang