30. she worthy

5K 1K 209
                                    

Tante sensor lagi yaaa 😅😆

Mark POV

Jujur saja, aku tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh Diana.

Waktu kemarin kami berada di kamarnya aku memang sempat mendengar perkataan dari para arwah di luar kamarnya.
Tetapi aku tidak terlalu memusingkan hal itu.

"Mark"

"Kamu gak sadar bisa liat dan mendengar arwah, kamu gak sadar hal itu?" Tanyanya dengan menatapku serius.

"Wait, what?" Aku mencoba mencerna perkataannya barusan.

"Selama ini kamu beneran gak sadar kalo bisa liat dan mendengar mereka?" Diana memberikan pertanyaan yang kini mudah aku mengerti.

"Bukannya mereka menampakkan diri ke saya?" Sekali lagi aku menanyakan hal yang sama dan kulihat Diana menarik nafas panjang.

"Selama ini gak pernah Mark, kemarin saya juga bilang kalo mereka gak menampakkan diri ke kamu" Ucapnya dengan yakin.

Benarkah demikian?

Aku berpikir dalam diam.

"Um... apa karena mereka sering melihat saya mondar-mandir berkunjung ke kamar kamu, jadi mereka tanpa sadar menampakkan diri?" Tanyaku setelah beberapa saat terdiam mencari-cari jawaban yang masuk akal.

"Gak mungkin" Diana menggeleng.

"Terus?" Tanyaku.

"Coba di ingat-ingat sejak kapan kamu bisa liat mereka" Diana menatapku dalam dan dia sangat yakin kalau aku bisa melihat arwah yang tidak menampakkan diri pada manusia normal seperti aku.

Aku kembali terdiam berusaha mengingat-ingat.

"Seminggu yang lalu?" Tanya Diana tidak sabar karena melihatku lama berpikir.

"Saya gak ingat" Jawabku cepat, otakku tidak bisa mengingat secara jernih, di ingatanku hanya terisi memori aku menyentuh dan mencium Diana.

Memori di mana aku sangat ingin memilikinya, memori di mana aku mati-matian menahan diri walaupun sudah sangat berhasrat ketika berciuman dengannya.

Tidak, ingatan itu tidak mungkin membantu walaupun aku memberitahunya sebagai jawaban candaan.

Saat ini aku merasa senang karena bisa bertemu dan melihat wajah Diana secara langsung setelah sekian lama dia menghindariku.

Diana masih menatapku, perlahan aku memutar tubuh agar dapat membalas menatapnya dengan fokus.

Perempuan ini sudah tampak lelah, dan aku masih menyita waktunya yang berharga untuk beristirahat.

"Kamu sebaiknya masuk ke kamar dan istirahat" Kataku lalu membelai pipinya pelan.

Diana berjengit, sangat terlihat jelas dia masih canggung menerima sentuhanku.

Aku terkekeh.

Hanya dia yang dapat membuatku banyak terkekeh ataupun tersenyum belakang ini. Fabian saja menyadari perubahanku.

Memang kami tidaklah dekat walaupun saudara kembar, tetapi sepertinya Fabian bisa mengambil kesimpulan kalau aku sangat tertarik pada Diana.

"Kayanya saya gak bakal bisa tidur nyenyak" Diana memutar tubuhnya menghadap depan.

"Kenapa? Bukannya kamu sekarang ngerasa capek?" Tanyaku.

"Memang capek, tapi ada hal yang bikin saya bakalan terjaga semalaman" Jawabnya pelan.

"Ahh, where's my hot water flask?" Aku teringat tempat lemon tea hangat yang selalu aku buatkan untuknya setiap malam.

"Nyari apa?" Tanyanya.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang