16. si penunggu klinik

6K 1.1K 293
                                    

Jgn pose begini plis om mister hantu, ika aja udah terkesima tahh, siapa yg mau tanggung jawab klo pembaca pere2 di mari semuanya terkesima juga? Situ kan udin metong 😆

WARNING ⚠️ ada penampakan, bagi yg takut jgn baca malam2 👻😆😂

Yg kemarin jawab si mbaknya penunggu apartemennya mark salah semuaaaa 😆😆
Yg bener cuman neng @Tsabita3 doang walopun nyebutnya si item  gosong atas lemari UKS (seharusnya klinik kantor diana) 🤭😆
Tak apa, gak mengurangi keputusan juri, selamat anda mendapatkan voucher makan malam bersama penunggu sebelah apartemennya mark 👻

Diana POV

Pintu kamar Ika aku buka selebar mungkin dengan tiba-tiba, berharap tindakanku itu membuat kaget arwah baru yang berada di sini.

"Mbak Diana bikin kaget aja" Sosok yang tidak asing di mataku memperlihatkan cengiran lebar setelah dia berdiri karena terjatuh dari atas lemari pakaian Ika. Tangannya sibuk mengusap-usap dada.

"Untung saya udah mati, coba kalo masih idup terus jatoh dari atas lemari, apa gak..."

"Kamu nya ngapain di sini? Kok gak nungguin klinik di kantor?" Potongku cepat lalu menutup pintu kamar Ika.

Aku melangkah menghampirinya dengan pandangan heran, kok penunggu ini sampai pindah tempat segitu jauhnya.

Seingatku dia pernah bilang kalau tidak bisa lama-lama meninggalkan ruang klinik karena banyak arwah yang memperebutkan tempat tersebut.

Tetapi kenapa dia bisa berada di sini?

Aku hanya sendirian mengecek kamar ini karena Ika mendadak menolak ikut bersamaku dengan alasan menemani Fabian karena arwah lelaki itu tidak ingin beranjak dari kamarku.

Dan si bocah penunggu asli kamar Ika juga tidak mau ikut karena dia bilang takut pada sosok menyeramkan yang sekarang berdiri di depanku ini.

Heran, kenapa semakin banyak saja arwah takut sama arwah yang lain.

"Hehehe... gini mbak Din, saya di suruh sama Julpah buat jagain kamar ini buat laporan ke dia kalo nanti liat mister apa nggak"

Kedua alisku bertaut, Julpah dia bilang?

"Mbak Din kenal sama Julpah kan? Itu arwah yang naksir mister sampe pernah berantem berebutan sama si Tinah"

Penunggu klinik kantorku itu bergerak canggung di tempatnya berdiri.

Tangannya menarik-narik rambutnya yang panjang sehingga beberapa helai rambutnya jatuh ke lantai.

Mataku menatap lantai lalu ke sosok penunggu klinik secara bergantian.

Terjawab sudah siapa yang membuat lantai kamar Ika penuh dengan helaian rambut panjang, ternyata pemiliknya bukan kuntilanak seperti yang aku kira.

"Rontokan rambut kamu tuh bikin yang tinggal di kamar ini ketakutan, tau" Kataku lalu mengambil sapu di ujung kamar.

Si penunggu klinik memperhatikan gerakanku menyapu lantai hingga bersih.

"Sini, saya kuncirin rambutnya atau gak di kepang bangkok ya, biar rapian dikit rambutnya dan gak banyak rontok ngotorin lantai" Kataku setelah selesai menyapu dan memintanya duduk di ranjang Ika.

"Kalo di kuncir atau di kepang entar saya gak serem lagi dong mbak" Si penunggu klinik bergeming.

"Memangnya kamu niat mau nakutin siapa? Di klinik juga kamu gak nampakin diri" Sahutku sambil menepuk-nepuk tepian ranjang.

"Udah sini cepetan" Lanjutku lagi.

"Ya kalo mau nampakin diri, saya gak tega bikin suster Nur takut, dia udah nyaman banget kerja di klinik itu mbak, kalo saya gangguin terus dia berenti kerja, nanti dia kerja di mana? Udah tua gitu" Si penunggu klinik menghampiriku dengan langkah pelan.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang