Buka jgn, jgn buka, buka jgn...
tante tuh salfok sama urat2 tangannya euyy... malah bayangin yg ngga2 liatnya 🤦🏽♀️🙈Diana POV
"Maaf bu, saya gak bisa bantu selesain masalah ibu" Aku memelankan volume suara serendah mungkin agar teman seruangan tidak mendengar suaraku.
"Jadi neng Diana beneran pensiun ya udah gak nolongin para arwah lagi?" Tanyanya dengan wajah sedih.
"Iya bu" Jawabku masih dengan suara pelan.
Aku menoleh ke arah kubikel Ika karena melihat gerakan tubuhnya.
"Belom selesai juga?" Tanyanya sambil mengusap-usap kedua ketiaknya.
"Belom" Jawabku dengan menggeleng lemah.
"Suruh pergi kek, ntar orang-orang curiga loh" Ika mengedarkan pandangannya.
Sudah tiga puluh menit ibu ini memohon padaku untuk menolongnya menyampaikan pesan kepada menantunya.
Sebenarnya aku tidak tega mendengarnya sedari tadi. Si ibu bercerita kalau menantunya itu adalah janda, suaminya yaitu anak lelaki dari ibu ini sudah lama meninggal.
Jadi selama ini menantunya hidup bersama ibu ini sebelum si ibu meninggal dunia dua bulan yang lalu.
Si menantu sekarang sedang kesulitan masalah uang, anaknya masih kecil-kecil dan si menantu hanya bekerja sebagai buruh cuci gosok.
"Ibu bingung mau minta tolong siapa lagi" Ucapnya dengan wajah menunduk.
Aku menghela nafas panjang.
Dilema, kalau aku memenuhi permintaannya pasti akan datang arwah-arwah lainnya untuk kembali meminta pertolonganku.
"Sekali ini aja neng, ibu gak bakalan bilang siapa pun"
Aku menghadap ke layar komputer dengan pikiran semrawut.
"Nanti temuin saya jam lima di lobi bawah ya bu" Ucapku akhirnya.
Wajah ibu itu terlihat senang mendengar keputusanku.
"Makasih banyak neng Diana, iya, ibu tunggu di lobi ya jam 5, makasih banyak neng" Katanya sebelum sosoknya memudar dari hadapanku.
Aku kembali menghela nafas panjang, kali ini lewat mulut dengan hembusan kencang seakan melakukan hal tersebut bisa membuang segala pikiran yang ada.
Apakah keputusanku ini benar? Bagaimana nanti kalau ada arwah yang tahu kalau aku menolong ibu itu?
"Saya bakalan tutup mulut" Suara arwah dari arah belakang sukses membuatku berjengit kaget.
Julpah tersenyum lalu mengambil duduk di tempat yang tadi di duduki oleh si ibu.
"Ada siapa lagi Din? Bulu ketek gue masih aja berdiri nih" Ika mengeluh dengan ekspresi wajah frustasi.
"Ikut saya" Kataku sambil berdiri. Julpah mendongak lalu mengikutiku berdiri.
"Gue ke klinik dulu, Ka" Pamitku memutuskan untuk menjauh dari Ika dari pada melihatnya tidak berhenti mengusap-usap kedua ketiaknya.
"Jangan ke klinik kali mbak, di sono kan ada si penunggu klinik sama penunggu apartemennya Mark" Julpah menarik tanganku lalu menyeretku ke arah tangga darurat setelah kami keluar dari ruangan.
"Ada apa lagi?" Tanyaku setelah pintu di belakang kami menutup.
Julpah tersenyum.
"Mbak Diana beneran gak mau ketemu sama om Mark?" Tanyanya tanpa basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Messenger
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 26/7/20 - 16/1/21