10. ke apartemennya mark

8.1K 1.2K 314
                                    

Mulmed di atas ini ceritanya adalah kembarannya om mister ya, jadi perbedaannya cuman di brewoknya aja, klo fabian mukanya penuh bulu, nah klo kembarannya bukan mukanya yg penuh bulu, tapi... 🤭😆😂

WARNING ⚠️ ada penampakan, bagi yg takut jgn baca malam2 👻😆😂

Fabian POV

"Saya baru tau arti nama Fabian itu pertama, jadi kamu itu kakak dari kembaran kamu ya?" Tanya Diana keesokan harinya dengan nada riang.

Kami berdua sekarang sedang dalam perjalanan menuju apartemen kembaranku setelah mampir sebentar ke apartemenku untuk mengambil sesuatu.

Aku hanya mengangguk.

"Terus nama kembaran kamu siapa?" Tanyanya sambil melirik sekilas ke arahku lalu kembali fokus menatap lurus ke jalan raya.

"Mark" Jawabku singkat.

Nama Fabian di ambil dari bahasa latin yang artinya pionir, pelopor, pertama. Sedangkan Mark di ambil dari sejarah, singkatan dari Marcus, penulis kedua dari perjanjian baru.

Jadi orang tua kami memberi nama Fabian untuk anak lelaki pertama dan Mark untuk anak lelaki kedua.

"Fabian sama Mark... Nama panjang kalian berdua? Atau nama keluarga?" Tanyanya lagi.

"Tidak ada" Jawabku masih singkat lalu membuang pandangan keluar jendela.

"Wah singkat-singkat ya namanya, kalau nama saya panjang kaya kereta, Diana Febriani Agustina Septianti Novrilia" Ucapnya riang.

Keningku mengernyit mendengar nama panjangnya, kok hampir semua nama bulan ada di dalam namanya, perempuan ini lahir tiap bulan apa bagaimana?

Pandangan mataku masih melihat ke luar jendela walaupun pikiran ini tidak menikmati apa yang aku lihat dan tidak menanggapi panjangnya nama perempuan di sampingku.

"Kamu kenapa? Dari tadi kok keliatan murung?"
Diana mencium gelagat anehku dengan cepat.

Dari kemarin, tepatnya sejak menyinggung soal kembaranku, aku berpikir keras dan menyesal, kenapa aku harus melibatkan Mark ke dalam masalahku ini?

Kenapa aku malah mengatakan bisa mempertemukan Diana dengan lelaki sebagai jodohnya dan sepertinya perempuan yang sedang mengemudi ini sudah mengambil kesimpulan sendiri kalau aku menyodorkan kembaranku sebagai jodohnya.

Tidak akan serunyam ini kalau saja Mark mempunyai sifat seperti aku. Sifat Mark sangat berbeda denganku, aku sosok yang gampang berbaur dengan orang lain sedangkan Mark lebih menutup diri.

Sangat sulit mendekati Mark untuk sekedar di ajak berbicara serius apalagi berbasa-basi.

Aku saja yang selalu berdua sejak berada di dalam rahim jarang mengobrol dengannya. Walaupun berada dalam rahim yang sama tetapi posisi Mark selalu memunggungiku. Baru ketika ada jatah pembagian makanan dari plasenta, dia mau memutar tubuh berhadapan denganku.

Sampai aku menghembuskan nafas terakhir di dunia ini, bisa di hitung dengan jari berapa kali kami berbincang-bincang.

Dan sekarang aku malah melibatkan dia, entah apa reaksinya apabila bertatap muka dengan Diana.

"Gak apa-apa" Jawabku pelan meliriknya sekilas.

"Kembaran kamu gak bakalan kaget kan kalo saya tiba-tiba datang?" Tanyanya kemudian.

"Gak tau juga" Akhirnya aku memutar sedikit tubuhku ke arahnya dengan kepala menggeleng pelan.

Jawaban yang kuberikan adalah jawaban jujur, aku malah tidak bisa membayangkan reaksi Mark.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang