25. penunggu klinik tukang kompor

5.3K 979 120
                                    

Liat v-linesnya om mister bikin pikiran tante traveling kmn2 🤭😆

Diana POV

Tanganku bergerak memijat pangkal hidung, sakit kepala yang aku rasakan tidak kunjung mereda.

"Ka, gue ke klinik dulu ya, kepala gue pusing" Kataku sambil berdiri.

"Muka elu udah gak sepucat kemarin sore sih Din, tapi emang muka elu sekarang keliatan kurang istirahat, elu yakin gak mau ijin pulang aja?" Tanyanya setelah melongokkan lehernya melewati kubikel kami.

Jelas saja aku kurang istirahat, semalam setelah ciuman yang bikin adrenalinku memacu tinggi, aku tidak bisa tidur sampai waktu menunjukkan pukul 3 pagi.

Kata 'screw them' yang keluar dari mulutku tidak sesuai dengan apa yang aku rasakan.

Berciuman dengan Mark di dalam kamar kostan bikin jantung ini berdegup ngeri-ngeri sedap.

Adrenalinku terpacu karena memikirkan bagaimana kalau Ika tiba-tiba masuk kamar? Bagaimana kang Asep curiga karena Mark tidak kunjung keluar dari kamarku?

Aku tidak memperdulikan keriuhan yang disebabkan oleh makhluk-makhluk halus penunggu kamarku melihat kami berciuman.

Seperti kehilangan akal dan pikiran aku malah terbuai dengan permainan lidah Mark.

Memang bukan pertama kalinya aku berciuman dengan lelaki, tetapi baru kali ini aku merasakan sesuatu yang membuatku melayang.

Mark adalah pencium yang handal. Lidahnya sangat ahli mengecap isi mulut dan menghisap lidahku. Bibirku saja masih terasa bengkak akibat hisapannya.

Aku menelan ludah.

"Din, mending elu pulang deh, gue anterin, mau? Muka elu merah gitu, kayanya elu demam tinggi deh" Ika terlihat cemas.

"Gak gue baik-baik aja, cuma butuh istirahat sebentar di klinik" Jawabku sambil mundur sebelum tangan Ika menyentuh keningku.

Bisa bahaya nanti kalau Ika tahu suhu tubuhku ini normal tidak seperti yang dia kira.

"Kalo elu gak kuat, bilang gue ya, istirahat aja lamaan, kerjaan elu biar gue handle" Ika menepuk pundakku ketika aku berjalan melewatinya.

"Makasih Ka" Ucapku merasa bersalah tetapi memasang ekspresi wajah lemah agar dia tidak curiga.

Maafin, gue begini bukan karena sakit, tapi karena efek ciuman, batinku dengan wajah kian memanas.

Aku melangkah keluar ruangan menuju klinik.

"Pagi suster Nur" Sapaku setelah menutup pintu klinik dan melihat suster yang sedang berjaga di balik meja.

Suster Nur mendongak.

"Pagi, kenapa Din? Sakit? Apa yang di rasain?" Tanyanya kemudian lalu menutup buku yang tadi dia tekuri.

"Cuma pusing butuh tidur sus, gak apa-apa ya saya numpang tidur lagi?" Aku berjalan menuju ranjang, mataku melihat pergerakan dua pasang kaki menjuntai dari atas lemari obat-obatan.

"Halo mbak Dianaaa..." Suara riang milik penunggu klinik terdengar setelah aku mendongak ke atas lemari.

"Loh?" Aku terperanjat melihat sosok di sebelahnya.

"Kenapa Din?" Suster Nur mendengar suara kaget yang keluar dari mulutku.

"Eh gak kenapa-napa sus" Jawabku cepat.

"Ngapain kamu di sini?" Tanyaku tanpa bersuara pada sosok yang meringis ke arahku.

Susah juga nih karena adanya suster Nur aku tidak dapat berkata-kata normal pada makhluk halus yang wajahnya kulihat terlihat lebih bahagia.
Mungkin karena sudah terlepas dari Mark 'si majikan kejam'.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang