Beneran liat dia senyum itu bikin tante meleleh 😆
Mark POV
Aku mengamati perempuan berpenampilan kasual yang selalu tampak cantik alami di hadapanku.
Diana memotong daging steaknya pelan-pelan lalu menyesap es jeruk pesanannya dalam diam.
Lagi-lagi acara makan kami di lewati dalam kesunyian.
Aku tahu Diana gugup. Sama halnya denganku, tetapi kalau kami sama-sama diam mau sampai kapan kami seperti ini.
Keinginanku sekarang ini adalah menjadi lebih dekat lagi dengannya dan ingin merasakan sentuhan balik darinya, tidak perlu sentuhan yang membangkitkan gairah, setidaknya dia membalas pelukanku.
Yang aku inginkan adalah merasakan sentuhan Diana, bukannya dari arwah perempuan genit yang sudah berkali-kali menyentuhku sejak pertama kali bertemu.
Heran juga kenapa Diana membiarkan arwah itu menyentuhku sesuka hati.
Walaupun Julpah arwah, tetapi bagiku sama saja, dia tetap perempuan.Seharusnya Diana melarang perempuan lain menyentuhku. Apakah itu hanya berlaku kalau dia mempunyai rasa padaku?
Berarti untuk sekarang ini dia tidak menyukaiku ya?"Enak?" Tanyaku setelah menyesap equil sparkling water dingin dengan irisan lemon.
Kepalanya hanya mengangguk menanggapi pertanyaanku lalu kembali melakukan mengiris daging pelan-pelan.
"Om Mark jahat ih, tadi pagi udah nyuruh saya ngepel masa gak traktir saya makan siang?" Julpah tiba-tiba menampakkan diri di sampingku.
Punggungku menegak siaga, baru saja arwah ini berada di dalam pikiranku dan tidak butuh waktu lama dia muncul.
"Kamu mau bikin takut seisi restoran ini?" Dengan cepat pandanganku mengedar, terkejut dengan kemunculan sosoknya yang tiba-tiba.
"Dia nampakin diri ke kamu doang Mark" Diana membuka suara lalu memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya.
"Tetap aja, namanya di sini tempat umum" Sahutku cepat memberi alasan.
Julpah mengerling padaku.
Arwah perempuan genit ini sangat berbeda karakter dengan penunggu apartemenku.Julpah tidak menunjukkan rasa takut seperti yang biasa di tunjukkan oleh si penunggu yang sejak kemarin hilang entah kenapa.
Mungkin benar dia sudah tidak tahan lagi olehku dan memutuskan untuk pindah menunggu tempat lain, aku tidak tahu pasti.
"Jangan bikin ulah ya Jul, saya megang alat makan nih, pilih mau ditusuk pake garpu apa pisau kalo saya kesel?" Matanya memicing tajam ke arah Julpah.
"Emang mau pilih garpu atau pisau, benda-benda itu bisa nancep ke tubuh saya?" Julpah menantang Diana dengan senyum penuh kemenangan.
"Mau nyobain? Kalo saya berusaha keras saya bisa nancepin garpu ini ke muka kamu" Diana mendengus sambil memperlihatkan garpu yang dia pegang ke Julpah.
"Enakan tuh nancepin garpu ke daging steak, mbak Diana, masa ke saya" Julpah menyeringai.
Bersyukur juga arwah perempuan genit ini ikut bersama kami karena kehadirannya memecahkan keheningan di antara kami.
Diana mencibir. Tatapan mataku terpaku mengarah ke bibir bawahnya yang maju.
Bagaimana rasanya kalau aku mencicipi bibir Diana yang tampak menggoda itu?
Hanya membayangkannya saja air liurku nyaris keluar.
Kepalaku menggeleng pelan guna mengenyahkan pikiran kotor yang tiba-tiba muncul walaupun mataku masih terpaku pada satu titik pandang yang sangat menggugah dan membuatku berkali-kali menelan ludah secara tidak kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Messenger
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 26/7/20 - 16/1/21