18. kapan kita mulai?

6K 1.1K 285
                                    

Lirikan matamuuu menarik hati
Oh senyumanmu manis sekaliii
Sayang sungguh sayang
Dirimu sudah matiii... 😆😅

Eh ga mati deh, ini kan mark bukan fabian 😂

Mark POV

"Dia siapa?" Tanyaku dengan tatapan tidak bersahabat pada perempuan yang tampak memandangiku tidak berkedip sejak dia datang ke apartemenku bersama Diana.

Perempuan bertubuh mungil itu duduk di samping Diana menatapku fokus seperti tidak ada orang lain di antara kami.

"Teman saya, namanya Ika, dia maksa ikut karena masih takut untuk kembali ke kostannya" Jawab Diana.

Eh?

Karena bingung mendengar jawaban Diana aku hanya bisa menggaruk kepala bagian belakangku.

"Ka, jangan gitu ah" Lanjut Diana sambil menepuk pipi kanan perempuan itu.

"Cakep Din, cocok sama elu, sama-sama galak, gue fix sama Fabian aja" Ucap perempuan itu malu-malu dengan suara pelan tetapi masih terdengar olehku.

"Elu gila ya mau sama orang udah mati" Diana menatapnya tidak percaya.

"Cakep Din, yang penting sering-sering aja elu suruh nampakin diri, mayan buat segerin mata" Lanjut Ika lagi, berkata demikian sambil merapat ke tubuh Diana dengan berbisik-bisik.

"Dia kenal Fabian?" Tanyaku bingung.

"Apa dia salah satu korban dari Fabian?" Tanyaku lagi.

"Bukan, bukan, perkenalkan nama saya Ika dari gugus 9, tadi kan Diana udah bilang kalo saya temannya, lebih tepatnya teman sekantor dan teman satu kostan" Jawabnya sambil memperlihatkan cengiran lebar.

"Terus tau Fabian dari mana?" Tanyaku menyelidik sambil mengusap tengkuk dan pundakku yang terasa berat sejak kedatangan mereka berdua, tidak mengindahkan kata-kata 'dari gugus 9' yang terdengar aneh di pendengaranku, mungkin perempuan bernama Ika itu menyebutkan nama daerah dia tinggal, entahlah aku tidak peduli.

Ika tidak langsung menjawab pertanyaanku melainkan menarik pelan lengan Diana.

Sedangkan Diana tampak melirik ke arah sofa single dengan menggerak-gerakkan matanya.

"Kenapa gak menampakkan diri?" Tanyaku dengan mengikuti arah pandangan Diana lalu menutup telingaku karena tiba-tiba merasa ada hembusan angin dingin.

"Julpah" Ucap Diana dengan mata melotot ke arahku.

"Julpah? Yang duduk di sana bukan Fabian?" Tanyaku bingung lalu menggerakkan leherku ke kanan dan ke kiri karena merasa pegal.

"Bukan, saya manggil arwah yang dari tadi meluk kamu dari belakang"

Jawaban Diana mampu membuatku terdiam mematung.

"Julpah siapa Din? Nama penunggu apartemen di sini?" Tanya Ika bingung.

Diana diam tidak menjawab pertanyaan temannya, perempuan itu malah menggeleng-gelengkan kepala dengan sesekali berdecak.

"Kita ke sini tuh mau bahas permasalahannya Fabian, tolong fokus!!!" Suara Diana meninggi.

Sesaat kemudian terdengar suara gaduh dari arah dapur.

Penunggu apartemenku itu kalau kerja tidak pernah benar, apa saja yang ada di tangannya bisa hancur berantakan.

Kali ini aku yang berdecak lalu berdiri tetapi tubuhku kembali jatuh terhempas ke atas sofa seperti ada yang menarik lenganku.

"JULPAHH!!!" Teriak Diana kesal.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang