24. yes screw them!

5.3K 1K 134
                                    

Om mark, sering2 aja senyum ya, drpd nunjukin muka judes, ga cocok. Yg cocok judes tuh si mbaknya yg ga punya idung 🤭😆

Mark POV

Aku mengantar Diana sampai ke tempat tinggalnya, perempuan ini sekarang sedang berbaring di ranjang.

Wajahnya yang pucat beberapa saat yang lalu membuatku khawatir, Diana pasti sudah sangat lelah menghadapi permintaan para arwah-arwah.

Suhu ruangan di kamarnya tidak terlalu dingin karena Diana memintaku untuk tidak menutup pintu kamar dengan alasan takut kena gerebek.

Walaupun tidak terlalu tahu arti sebenarnya dari kata 'gerebek' yang dia katakan, karena tidak ingin berdebat dengannya yang terlihat masih pucat aku menuruti permintaan Diana tanpa banyak bertanya.

Ika pun sudah aku hitung beberapa kali bolak-balik dengan alasan mengecek keadaan Diana.

Aku jadi berpikir apakah mereka menyangka aku akan berbuat sesuatu yang tidak wajar padanya?

Tubuhku memutar mengecek suhu yang tertera di AC, masih suhu yang sama tetapi kenapa keadaannya menjadi dingin?

Aku mengusap tengkuk yang mendadak panas berbalik dengan suhu yang kian mendingin. Pundakku pun terasa berat.

Sepertinya ada sosok yang memelukku dari belakang karena rasanya sama seperti yang pernah aku rasakan waktu di apartemen dulu.

"Julpah, jangan ganggu kembaran saya" Suara Fabian terdengar seiring kemunculan sosoknya.

Aku menoleh ke arahnya yang berdiri di ujung ranjang milik Diana.

"Lagian mister gak pernah mau saya peluk dari belakang" Terdengar jawaban dari suara arwah perempuan  genit yang harus aku hindari.

"Memangnya kamu pikir saya apa? Ngegendong kamu kemana-mana?" Tanya Fabian dengan nada suara kesal.

"Mbah Surip" Jawaban Julpah membuat keningku mengernyit.

Siapa itu mbah Surip? Mendengar namanya saja bikin aku nyaris bergidik, aku tahu 'mbah' itu panggilan untuk orang yang sudah tua, apakah dia arwah paling tua dan di hormati mereka?

Semoga saja sosoknya tidak menyeramkan, cukup bagiku melihat wujud dari penunggu apartemenku dan si penunggu klinik berkulit gelap itu.

Pundakku berangsur normal. Sosok Julpah muncul tidak lama kemudian dan duduk di tepian ranjang Diana.

"Halo om Mark" Sapa Julpah genit sambil mencolek lenganku.

Aku menatapnya tajam.

"Mbak Diana kenapa?" Tanyanya.

"Harusnya kamu tahu akibat dari sesuatu yang kamu sebar ke arwah-arwah di kantornya" Jawabku sambil menyenderkan punggung dan bersedekap.

"Loh? Emang kenapa?" Raut wajah Julpah tampak bingung.

"Elu nyuruh Diana berhenti nolongin kami?" Fabian menyender di dinding.

"Yeah" Jawabku singkat.

"Sayang kali om Mark bakatnya mbak Diana di sia-siakan" Julpah menampilkan raut wajah tidak setuju.

"Saya mau tanya sama kamu, kalo kamu di posisi Diana, bagaimana..."

"Saya justru malah seneng bisa bantu makhluk lain" Julpah memotong perkataanku.

"Selama lebih dari satu dekade? Tidak mendapatkan imbalan apa-apa dan kalian meminta pertolongannya nyaris setiap hari, apa kamu tidak merasa lelah?" Tanyaku lagi.

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang