Merem aja cakep 😍
WARNING ⚠️ ada penampakan, bagi yg takut jgn baca malam2 👻😆😂Diana POV
Sedari pagi aku tidak fokus bekerja, jemari tanganku tidak bergerak mengetik dan hanya bisa mengetuk-ngetuk meja, mataku sayu menatap layar komputer.
"Din, jangan bengong lu, kemasukan arwah si kakek lu ya?" Ika bertanya pelan setelah menggeser kursinya mendekat.
Aku menoleh padanya dengan pandangan malas, mata ini sebenarnya sangat berat aku buka karena terjaga sampai waktu menunjukkan pukul 3 pagi.
"Ngantuk gue, Ka" Jawabku lalu menguap.
"Gimana pembicaraan sama arwah itu?"
"Dia mau minta tolong elu kan? Bukannya mau isengin kita berdua?" Lanjut Ika penasaran.
Aku kembali menoleh ke samping dengan pandangan sayu.
"Nanti aja ngebahasnya ya Ka, beneran ngantuk banget, kepala gue jadi kliyengen karena kurang tidur"
"Eh, kalo mau tidur mending di klinik aja, gak enak ntar pak Saiful liat elu tidur di sini" Ika menyebutkan nama atasan kami yang memang sering datang ke ruangan kami secara tiba-tiba.
Aku pun berdiri,
"Kalo ada yang nyari bilang aja perut gue mules-mules ya, Ka" Tanganku menepuk pundak Ika pelan lalu berjalan keluar ruangan.
Tanpa perlu menoleh aku bisa mengetahui ada arwah yang mengikutiku sejak menutup pintu ruangan.
Langkahku berhenti,
"Jangan ikutin saya, kondisi saya sekarang gak bisa berpikir" Ucapku pelan.
Hawa dingin menerpa tengkuk, rambut panjangku pagi ini memang aku kuncir ekor kuda sehingga terpaan hawanya sangat terasa aku rasakan.
Kalau orang biasa mungkin akan bergidik ngeri, karena aku sudah mengalami hal ini lebih dari 12 tahun, aku hanya menganggap ini hanya terpaan angin semilir biasa.
"Kamu gak bisa nolongin saya?" Pria yang semalam memperkenalkan diri dengan nama Fabian itu muncul di samping dengan wajah penuh harap.
Leherku mendongak tinggi dengan pandangan sayu menatapnya.
Ck, tinggi bener ini arwah padahal tinggi badanku 163 cm, mungkin tinggi pria di depanku ini kisaran 185 cm ke atas.
"Nanti saya pikirkan, sekarang saya mau istirahat dulu" Jawabku lalu kembali melangkah.
Aku tersentak kaget karena tubuhku menembus tubuh Fabian yang tiba-tiba menghadang dari depan.
Hawa dingin kembali kurasakan setelah melewati tubuhnya.
"Tolong saya, cuma kamu yang bisa nolongin saya" Pintanya penuh harap dengan menjajari langkahku.
Tanganku bergerak memijit pangkal hidung yang berdenyut.
Tanpa memperdulikan Fabian aku melangkah cepat memasuki ruang klinik yang letaknya di ujung gedung.
"Kamu kenapa Din? Mukanya pucet banget?" Tanya seorang perempuan, suster jaga di klinik perusahaan.
"Kepala saya pusing, suster" Jawabku sambil berjalan ke arah ranjang pasien.
Aku menyungingkan senyum tipis ke arah sosok lain yang berada di ruang klinik ini, perempuan itu sedang berjongkok di atas lemari berisikan stok obat-obatan membalas senyumanku dengan melambaikan tangan.
Sosok penunggu klinik ini sedikit menyeramkan ketimbang wujud penunggu kamar kostan aku dan Ika.
Kenapa aku bilang sedikit menyeramkan? Karena warna kulitnya semua hitam, hanya bola mata dan giginya saja yang tampak putih, rambutnya panjang terurai, jadi geregetan kalau ada kesempatan aku ingin sekali-kali mengepang rambutnya agar tampak rapi.
Kan biar mengurangi kesereman wujud aslinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Messenger
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 26/7/20 - 16/1/21