3. Permintaan Seorang Adik

1.8K 287 57
                                    

Ada yang nunggu?

Ada yang kangen aku? Eh ceritaku maksudnya hahhaha

Boleh minta tekan bintangnya dulu sebelum baca ya...

Ramaikan part ini dengan komen kalian sebanyak - banyaknya di tiap line ya.....

Happy reading ❤️

"Biasa aja, Kaf," ujar Gafin setengah geli.

"Gue enggak akan mati secepat bayangan lo gara - gara penyakit itu."

Kafin sontak membulatkan matanya. Ia memberi jitakan kecil di kapala adik kesayangannya itu.

"Omongan lo ya!" Kafin berdecak. "Saring dulu kalau ngomong."

Tawa Gafin terdengar semakin geli. Membuat Kafin yang mendengarnya mendengkus kesal.

"Maaf ya, Kaf. Gue enggak maksud bohong sama lo selama ini. Cuma emang menurut gue, enggak penting juga penyakit ini."

"Enggak penting?" Mata Kafin membeliak. "Lo bikin gue ketakutan dan lo bilang enggak penting?"

Kafin membuang napasnya kasar. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Lo buat gue ketakutan. Lo enggak nyautin suara gue sama sekali, lo pegang dada lo terus sambil kesusahan buat napas."

Kafin kemudian kembali menoleh ke arah Gafin. "Yang kaya gitu lo bilang enggak penting?"

Gafin menghela napas. Ia kemudian berusaha menegakan tubuhnya, tapi Kafin justru memelototinya. Namun dengan sigap, Kafin membantu sang adik.

"Mata lo, Kaf!" seru Gafin sambil membalas tatapan itu.

"Lihat cewek cantik lo biasa aja, giliran lihat gue mata lo kaya mau keluar gitu," dengkus Gafin.

"Suka sama batangan ya lo?" Tuduhan Gafin itu membuat Kafin kembali melebarkan matanya.

"Sialan banget sih lo jadi adek!"

Melihat kekesalan tampak di wajah kakak laki - lakinya, Gafin tertawa.

"Makanya, cari pacar deh lo."

"Kaya lo punya pacar aja," kata Kafin tak mau kalah.

"Eh, jangan salah. Gini - gini gue udah punya target dari jaman masih kecil."

Kafin mendengkus. "Siapa?" tanya Kafin sembari memicingkan matanya.

"Siapa lagi? Lo pasti udah tahu 'kan?" Gafin mengedipkan matanya.

"Yaya?" tebak Kafin.

Tanpa harus menjawab secara lantang, senyuman di bibir Gafin sudah cukup untuk memberikan jawaban.

Kafin berdecak. "Lo serius suka sama anak kecil?"

"Enak aja anak kecil," balas Gafin tak suka. "Dadanya udah gede tau!"

Plak

"Ngeres amat sih lo! Kecil - kecil udah merhatiin dada anak kecil."

"Tandanya gue normal, enggak kaya lo! Sukanya sama batangan."

"Enak aja. Gue suka kok sama cewek."

"Enggak pernah cerita tuh lo sama gue. Mau  cari yang kaya apa lagi sih lo? Banyak tuh temen gue yang suka nanya - nanya lo. Gista juga gue perhatiin suka sama lo, masa iya enggak ada cewek yang nyantol sama lo?"

"Ya soalnya belum ada yang kaya Ka....." Kafin langsung menghentikan ucapannya. Ia tersadar baru saja nyaris menyebut nama gadis yang kecantikannya sudah berhasil membuat Kafin terpesona.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang