21. Kejutan untuk Cal

1.2K 193 24
                                    

Okeeey...

Lanjut ga nih?

Aku coba lagi ya, bareng sama ngetik extra partnya Delshan.

"Pelan - pelan, Yang..."

"Iya, ini aku juga pelan - pelan, Sayang."

"Aww....sakit, Yang..." rintih Cal sambil memejamkan matanya. Air mata perlahan keluar melalui sudut matanya.

"Iya, sabar. Bentar lagi selesai..." Rintihan dari bibir Cal memang berhenti, tapi cengkeramannya di punggung Kafin menguat.

"Ya--"

"Uti udah bilang 'kan, Kak."

Seketika, bibir Cal terkatup rapat. Ucapannya langsung terhenti kala sang nenek datang sembari membawakan segelas air untuk dirinya.

"Hati - hati naik sepedanya, kamu 'kan belum lancar naik sepedanya," lanjut Hyra sambil mendudukan tubuhnya di samping Cal.

"Tadi 'kan penasaran, Uti. Anak - anak kecil aja pada bisa. Masa Kakak enggak bisa?"

Kafin menggelengkan kepalanya. Tangannya masih aktif membersihkan dan mengobati luka yang tercipta pada beberapa bagian kaki gadis tercintanya akibat terjatuh dari sepeda.

"Udah selesai, Kak." Panggilan keduanya otomatis berubah setiap kali berada di hadapan orang lain. Keduanya, terutama Kafin masih memiliki akal sehat untuk tidak membuka tabir hubungan mereka yang selama ini mereka tutupi.

Cal kembali memalingkan wajahnya ke arah sang adik. Ia menatap Kafin dan menyunggingkan senyum kecil. Jenis senyuman yang artinya hanya dapat dipahami oleh Kafin dan Cal.

"Makasih ya, Adekku sayang," ujar Cal sambil mengedipkan satu matanya.

Kafin lantas mengangguk pelan. Senyuman tipis tak lupa Kafin berikan untuk membalas senyuman dari sang kakak. Pemuda dua puluh dua tahun itu kemudian beranjak untuk mengembalikan kotak P3K ke tempat semula.

"Tapi 'kan Uti jadi enggak enak sama Ibu kamu, Kak."

"Enggak enak kenapa, Uti sayang?" tanya Cal sambil terkekeh. Gadis itu menoleh ke arah Hyra dan langsung merangkul lengan neneknya itu.

"Ya kamu jarang - jarang nginep di rumah Uti. Giliran nginep eh malah jadi luka - luka gini," ujar Hyra sambil menyelipkan anak - anak rambut sang cucu ke belakang telinga. Pandangannya kemudian beralih pada beberapa luka yang tersebar di kaki dan lengan sang cucu karena terjatuh dari sepeda.

Cal kembali terkekeh. "Ih Uti tenang aja. Ibu enggak akan marah. Kalau pun marah, ya marahnya ke aku. Enggak mungkin ke Uti."

Hyra ikut terkekeh lalu menggeleng pelan. Ia merapikan anak - anak rambut Cal ke belakang telinga.

"Adek kok enggak ikut nginep sini sih, Kak?" tanya Hyra. "Uti padahal kangen banget loh sama Adek.

"Adek juga kangen Uti..." Cal dan Hyra kompak menoleh. Senyum Hyra semakin lebar kala melihat kehadiran salah satu cucunya yang lain.

"Adek? Ya ampun ... sini, Dek!" Hyra memanggil Gafin. Tangannya melambai, meminta adik dari Cal dan Kafin itu mendekat ke arahnya.

Tanpa menunggu lama, Gafin langsung berlari mendekati sang nenek. Sebuah pelukan hangat penuh kerinduan Gafin berikan kepada Hyra dan langsung dibalas dengan pelukan tak kalah hangat dari sang nenek.

"Uti, Adek kangen banget," ujar Gafin dengan nada manja khasnya. Hal itu sontak mengundang tawa gemas meluncur dari bibir sang nenek.

"Adek bohong, ah!" sahut Hyra dengan nada merajuk.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang