"Mungkin nggak sih kalau...Kafin bukan anak kandung Ayah? Mungkin nggak, kalau ternyata Kafin itu bukti cinta Bunda Sifa dengan laki - laki lain dan itu bukan Ayah?"
"Kak...." Senyum masih bertahan di bibir Fay. Berusaha untuk setenang mungkin menanggapi pertanyaan sang putri. Walaupun tak mampu Fay pungkiri, jika pembahasan tentang Fagha, Sifa, juga Kafin membuka luka lama yang sesungguhnya tak benar - benar sembuh.
Tatapan Cal masih tertuju pada sang ibu. Dadanya berdebar kencang, menantikan kelanjutan jawaban yang akan diberikan Fay atas pertanyaan yang diberikan olehnya. Dalam hati, terbersit sebuah harapan bahwa jawaban yang akan diberikan oleh Fay mengenai status Kafin sebagai anak Fagha akan sesuai dengan harapannya. Kafin bukan anak dari ayahnya. Kafin bukan lah saudara kandungnya.
Ketika kecil, Cal berusaha menolak keberadaan Kafin di dekatnya. Saat dirinya kecil, rasa takut akan kekurangan perhatian dari kedua orangtuanya membuatnya terus menolak keberadaan Kafin sebagai adiknya. Namun kini, alasan Cal menolak bukanlah lagi rasa takut akan kurangnya perhatian dan kasih sayang dari ibu juga ayahnya. Alasan Cal ingin menampik kenyataan tersebut adalah karena Cal tak ingin kehilangan cintanya. Cinta terlarangnya.
"Kafin adik kamu."
Detak jantung Cal yang semula bergerak cepat, kini justru berhenti mendadak. Debaran yang semula terasa kuat di dada, kini berganti penuh dengan rasa sesak.
"Kafin anak ayah kamu. Anak kandung ayah kamu dan Bunda Sifa."
Kecewa. Satu kata yang mampu mewakili segala kecamuk di dalam hatinya. Cal benar - benar kehilangan harapan.
"Ja-jadi, Kafin benar - benar anak ayah?" tanya Cal memastikan. Masih ada nada harapan yang terdengar dari suaranya.
Dalam satu kali anggukan mantap, Fay kembali menegaskan. "Ya, dia adik kamu. Sama seperti Gafin. Jadi, Kakak juga harus janji sama Ibu ya? Sayangi Kafin seperti Kakak menyayangi Gafin ya. Jangan benci dia. Dia juga anak ayah dan ibu. Persis seperti kamu dan Gafin. Jadi jangan khawatir, jika ibu akan membeda - bedakan kalian bertiga. Karena kalian semua, sama - sama anak kami."
Dan pesan sang ibu benar - benar mematahkan harapan seorang Kamea Caley Rianda. Ya, bukan lagi patah. Hatinya kembali dibuat hancur kala pesan sang ibu yang seharusnya mengharukan justru membuatnya kembali menelan kekecewaan.
***
Cal kembali menghela napas panjang, kala sekelebat percakapannya dengan sang ibu kembali melintas di kepala. Tatapannya terlihat kosong memandang ke arah sebuah pigura foto keluarga. Ya seperti keluarga pada umumnya, ada foto sepasang ayah dan ibu, lengkap dengan tiga anaknya. Jika dilihat secara kasatmata, keharmonisan yang tampak di dalam foto tak mampu terelakan. Tanpa ada yang tahu bahwa hubungan keluarga itu tak lagi sempurna. Bukan hanya karena sepasang ayah dan ibu yang tak lagi terikat dalam tali sebuah pernikahan, tetapi juga karena ada hubungan cinta terlarang yang terjalin di antara kedua anaknya.
Tok tok
Cal buru - buru mengusap air mata yang tak terasa mengaliri wajahnya. Ia lantas menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup rapat kala suara ketukan kembali terdengar.
Tok tok
"Kak, lagi tidur?" Terdengar suara Fay memanggil sang putri.
"Enggak, Bu." Cal buru - buru menjawab. Ia lantas berjalan untuk membukakan pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
ActionKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...