20. Ancaman

1.1K 195 17
                                    

Aku pelan - pelan ya....

Pelan pelan upnya hehhe

Tapi, aku lagi happy banget. Biasanya kalau happy jadi idenya banyak yang muncul...
Moga2, aku jadi bisa ngetik banyak yaaaa...

Jangan lupa vote dan comment nya ya! I love you

Happy reading ❤️

Grep

"Astaga!" pekik Kafin terkejut. Baru saja membuka pintu kamar mandi, tubuhnya sudah disambut dengan pelukan hangat oleh sang kakak perempuan yang saat ini menyandang status sebagai kekasihnya itu.

"Kamu kok di sini lagi? Kalau orang - orang tahu gimana?" tanya Kafin panik sembari melirik ke arah pintu kamarnya. Kafin baru dapat sedikit bernapas lega saat mengetahui pintu kamarnya tertutup rapat.

"Kangen, Yang ...." bisik Cal sambil terus mengecupi bagian atas dada Kafin, dimana tato bertuliskan huruf K tercetak.

Kafin tersenyum kecil. "Kita semalem tidur di ranjang yang sama, Cal. Masa iya kangen lagi?"

Cal mendongak masih dengan lengan yang melingkar kuat di leher sang kekasih. Sementara bibirnya mengerucut lucu, lengkap dengan tatapan yang dibuat sendu.

"Rasanya kangen - kangen terus sama kamu. Masa iya aku enggak boleh kangen sama pacar sendiri?"

Kembali Kafin dibuat gemas dengan ekspresi yang ditampilkan Cal kepadanya. Saking gemasnya, Kafin memberi cubitan kecil di pipi putih sang kekasih.

"Tapi nanti kalau orang - orang nyariin kamu dan tahu kamu ada di kamarku sambil peluk - peluk gini gimana? Belum lagi kamu yang sambil cium - ciumin tato aku sampe ninggalin bekas. Mau bilang apa kita?"

"Biarin aja, biar orang pada tahu trus kita dinikahin," ujar Cal santai kemudian diakhiri dengan tawa. Wajahnya terlihat berbinar saat mengucapkan kalimat tersebut. Berbeda dengan raut wajah Kafin yang langsung meredup.

Pemuda itu kemudian mengembuskan napas kasar kemudian menarik tangan Cal agar melepaskan pelukan dari lehernya. Ia memilih untuk berjalan meninggalkan Cal dan menuju lemari pakaiannya.

Cal memejamkan matanya sejenak. Gadis itu bukannya tak tahu bahwa topik pernikahan menjadi hal sensitif di antara hubungan terlarang mereka.

Tubuh Cal berbalik. Ia kemudian berjalan dan langsung memeluk tubuh Kafin dari belakang.

"Yang ... maaf," cicit Cal merasa bersalah. "Aku enggak maksud buat kamu bete gini. Jangan marah ya, Yang...."

Kafin menghela napas panjang. Ia berusaha menarik tangan Cal yang melingkar di perutnya. Namun, pelukan Cal justru bertambah erat.

"Cal, lepasin dulu. Aku mau pakai baju dulu."

Cal menggeleng. "Enggak mau!" tolak Cal tegas.

"Aku enggak mau kamu marah sama aku. Yang...." rengek Cal lagi.

Kafin mendesah panjang. Pada akhirnya, ia menyerah. Kafin menarik tangan Cal, tubuhnya kemudian berbalik dengan tangan yang langsung merangkum wajah cantik kakak perempuan sekaligus kekasihnya itu.

"Aku enggak marah, Yang ... tapi jangan gitu lagi ya. Kamu buat aku--"

Cup

Belum usai kalimat yang diucapkan Kafin, bibirnya sudah lebih dulu dibungkam oleh bibir Cal. Bukan sekedar kecupan biasa. Cal sengaja melumat bibir kekasihnya. Menyesap setiap rasa yang menguar dari benda kenyal yang menjadi favoritnya tiga tahun belakangan ini.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang