Mana vote dan komennya? Banyakin dong hihiii
Menurut kalian, ending dari cerita ini akan kayak gimana sih?
Selamat membaca ya, semoga kalian suka ❤❤❤
"Gimana, Kak? Suka sama buku - bukunya?" tanya Fay antusias. Binar penuh harap terpancar jelas di wajahnya di sela - sela rasa cemas atas respon yang akan diberikan oleh putri kesayangannya itu. Dadanya berdebar kuat, takut jika respon dari Cal tak sesuai dengan ekspetasinya.
Cal mengangguk semangat. Raut wajahnya terlihat begitu cerah. Berbeda dengan raut wajahnya beberapa hari belakangan yang terlihat muram bahkan tegang tanpa adanya senyuman manis khas milik putri satu - satunya dari seorang Alfagha Hizran Rianda itu.
"Suka, Ibu. Kakak suka banget!" sahut Cal riang. "Terima kasih ya, Bu. Kakak padahal baru niat mau ikut pre order bulan depan. Eh tahunya udah dapet sekarang aja."
Kebahagiaan tak mampu ditutupi lagi. Sederhana memang. Namun apa yang dilakukan sang ibu kepadanya, sanggup membuatnya benar - benar merasa bahagia. Bukan sesuatu yang berlebihan. Faktanya, Cal memang sering kali merasa kurang dari segi perhatian dan kasih sayang dari Ibu dan Ayahnya.
"Alhamdulilah. Syukur kalau Kakak memang suka sama buku - bukunya," ujar Fay setelah bernapas lega. "Ibu sempat khawatir kalau buku - buku ini bukan selera Kakak lagi. Soalnya 'kan Ibu sudah jarang nemenin Kakak buat beli buku." Walaupun tetap tersenyum, raut kesenduan juga tak dapat ditutupi oleh Fay. Ada rasa sesal yang membuat dadanya terasa ditusuk benda tajam. Ah, Fay merindukan putri kecilnya.
Cal tersenyum tipis. Rasa canggung tiba - tiba melingkupinya. Walaupun tak terucap, Cal tahu ada kesedihan yang terpancar dari wajah wanita yang telah mempertaruhkan nyawa demi menghadirkan dirinya di dunia ini.
"Eh, Ibu pulang jam berapa?" tanya Cal yang sebenarnya berusaha mengalihkan pembicaraan. "Gimana soal klien yang semalam? Udah beres, Bu? Ini bukunya juga dapat dari mana? Padahal kan belum di jual di toko buku."
Senyum di bibir Fay, perlahan pudar. Fay bukannya tak menyadari bahwa sang anak memang sengaja mengalihkan pembicaraan. Ah, Fay berharap dirinya belum telat untuk kembali merengkuh hati anaknya kembali.
"Em, Kak. Ngobrolnya sambil tiduran lagi gimana?" tanya Fay hati - hati. Hari ini, ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama putri cantiknya itu. "Kamu nggak ada jadwal 'kan?"
Cal tak langsung menjawab. Ada keraguan yang tiba - tiba mencuat dari dalam hatinya. Walaupun sejujurnya, kebahagiaan juga mengiringi keraguan tersebut.
Kepala Cal menoleh ke arah jam yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul 10.15. Kepalanya kembali menoleh ke arah sang Ibu.
"Gimana, Kak? Mau nggak hari ini quality time berdua sama Ibu?" tanya Fay sambil menggigit bibir bagian bawahnya pelan. Ada rasa takut jika sang putri memilih untuk menolak permintaannya.
"Memangnya...." Cal tampak menjeda kalimatnya. Sedikit ragu untuk melanjutkan pertanyaannya. "Ibu nggak kerja hari ini? Atau nemenin Adek kontrol misalnya?"
Fay menggeleng. Senyum tipis kembali terbit di bibir tipisnya. "Ibu lagi kepingin bolos terus menghabiskan waktu sama Kakak hari ini. Kalau soal Adek, dia hari ini kontrol sama Papa Satya. Yaya minta ikut sekalian katanya, soalnya lagi libur sekolah 'kan dia."
Cal mengangguk paham. Namu belum jua memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Fay. Membuat sang ibu kembali merasakan keresahan.
"Jadi gimana, Kak? Mau nggak?" tanya Fay lagi sembari bercicit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood
ActionKisah cinta antara laki - laki dan perempuan, merupakan hal biasa yang memang sudah menjadi naluri bagi setiap orang untuk merasakannya. Lalu, apa yang akan terjadi jika kisah cinta itu melibatkan dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah...